——————-/////Kavka bersandar pada bingkai pintu, ia bertanya sambil merengut. "Kenapa dandannya begitu banget sih, Day?"
Tangan Daya yang sedang asik menyapukan blush ke pipi langsung terhenti. Baru dia mau buka mulut sebagai tanda akan dimulainya perang, detik berikutnya ia langsung mengurungkan niat. "Berisik" sautnya singkat.
Jangan ditanya Daya kesal atau tidak. Tapi yang jelas, matanya keliahatan udah siap buat ngeluarin tembakan laser ke arah Kavka. Gimana enggak? Setelah buru buru bikinin sandwich kesukaan Kavka, dia nyempetin dandan. Hasilnya? Bukannya dipuji cantik malah dinyinyirin.
Di pintu, Kavka udah mulai cengengesan. Dia lega lihat Daya udah nggak nambahin polesan di mukanya. Lagian buat apa? Daya kenapa harus cantik banget begitu buat pergi ke kantor.
"Aduh." ringis Kavka lebay karena Daya menyenggol lengannya dengan kasar saat keluar kamar.
Dari belakang, Kavka ngekorin Daya persis anak ayam. Sampai depan pintu mobil, dia langsung sigap bukain pintu plus cengiran ala cover boy. Tapi Daya nggak ngegubris sama sekali. Mukanya ditekuk udah persis kertas lipat.
"Day.." Kavka memanggil Daya. Satu tangannya memegang kemudi, sedangkan tangan satunya megangin perutnya yang keroncongan. Matanya melirik sandwich di dalam kotak bekal di atas pangkuan Daya.
"Daaay....lapeeeeer." ulang Kavka.
"Nih." Daya menyodorkan sandwich yang masih dalam bungkusan plastik wrap.
Bibir Kavka manyun dua senti. "Masa masih diplastikin gini makannya?" keluhnya.
"Bodo." balas Daya tak acuh. Udah dibikinin makanan, diledekin, eh sekarang juga minta disuapin. Ngelunjak bener nih laki, batinnya.
"Suapin dong, Day. Gue kan lagi nyetir. Bahaya kalau nyetir satu tangan." pinta Kavka lagi. Suaranya dibuat merengek rengek supaya Daya luluh.
"Lo!" seru Daya kesal. Kesal karena tindakannya selalu tidak sejalan dengan niat. Mana tega dia dengar suara perut keroncongan pria itu. Ia membuka plastik wrap dan langsung menyuapi Kavka.
Kavka membuka mulut lebar dan sandwich yang berbentuk segitiga itu langsung digigit setengahnya.
"Mhhh mhhh..." desahnya keenakan. "Disuruh makan sandwich buatan lo seumur hidup juga gue mau." racaunya tak jelas karena ngomong sambil ngunyah."Aaa..." Kavak membuka mulut tanda meminta suapan berikutnya.
"Aduh!" pekik Daya. Kavka malah tertawa terbahak bahak setelah puas menggigit jari Daya. Tentu saja dia sengaja. Toh niatnya dari awal minta disuapi memang untuk itu.
"Aduh! Aduh!" Kavka mengaduh kesakitan. Lengannya habis dipukuli Daya. "Ampun Day! Ampun! Bahaya tahu gangguin orang nyetir!"
Menyadari omongan Kavka ada benarnya. Daya langsung menghentikan aksinya. Nggak lucu kalau mereka sampai kecelakaan lalu lintas.
Tapi kebaikan hati Daya dikhianti. Dasar si Kavka licik, ia dengan cepat memiting kepala Daya dan tertawa puas.
"Kav! Kav! Lepasin! Ampun!" seru Daya sambil memukul mukul tangan Kavka.
"Janji dulu tuh muka jangan ditekuk terus." balas Kavka sambil tetap fokus di kemudi. Habisnya akhir akhir ini Daya marah terus. Lucu juga sih lihat bibirnya manyun manyun, tapi diketusinnya itu yang bikin Kavka pusing.
"Iya! Iya! Rambut gue nih! Kusut!"
Kavka melepaskan Daya. Daya merapikan rambutnya dengan jari. Kemudian ia berdeham karena suasa yang tiba tiba jadi krik krik. Bikin canggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are Married Anyway
Romansa"Day.. Pipis dulu sana, pee after sex bagus buat kesehatan." ucap Kavka yang kepalanya sudah nongol lagi dari balik pintu. Pee after what????? wajah Daya langsung memerah. Mereka memang baru melakukan seks. Demi semua Dewa Dewi Olimpus! Haruskah Kav...