2.

81 13 0
                                    

"Nyonya. " Asisten rumah tangganya menyapa ketika Sabrina berada di dapur.

Sabrina baru saja memindahkan sop dari panci ke mangkuk, sebelum dia sempat pelepah sarung tangan yang dipakainya, pelayan yang tadi mengatakan sesuatu yang sangat penting.

"Tuan Kai sudah pulang."

Apa? Sabrina terkejut sendiri. Dapur di rumah ini masih berantakan, aroma dari masakan yang baru saja dia buat tentu saja masih menguar. Ini baru pukul 11.00 siang kenapa laki-laki itu sudah pulang?

"Bantu aku bereskan ini." Sabrina berencana untuk menyembunyikan hasil masakannya. Karena tidak mau Kai tahu kalau dia sengaja menggunakan dapur utama.

Bukan termasuk untuk membantah kata-kata sang suami, tapi memang selama beberapa jam tadi Sabrina merasa bosan. Hanya berdiam diri di rumah. Mau menjenguk kakeknya pun sekarang tidak enak kalau pergi sendiri. Makanya tadi untuk mengisi waktu luang, dia sengaja membuat menu makan siang untuk dirinya sendiri.

Dia kira Kai akan pulang sore atau malam hari. Makanya, mengukur pasti akan ada kesempatan untuk membersihkan dapur lebih dulu sebelum dia pulang. Tapi, ternyata ini di luar dugaan. Kai bahkan pulang lebih pagi dari yang diduga.

"Kamu sedang apa?"

Sabrina terlonjak kaget. Untuk beberapa detik dia hanya saling tetap dengan asisten rumah tangganya yang memegang semangkuk sop buatannya.

"Aku--"

Kai menghidu aroma pasukan dia tercinta sangat menggoda. "Kamu masak sesuatu?"

Sabrina mengangguk perlahan. "Maaf," ujarnya datar. "Aku nggak tahu kalau kamu bakal pulang lebih awal. Jangan takut, habis ini aku akan bersihkan dapur kamu sampai nggak ada aroma masakan sama sekali."

Kai memberi tanda agar pelayannya mendekat untuk dia berikan dasi dan juga tas kerja agar mereka menaruh di tempatnya. Laki-laki itu  kemudian duduk.

"Aku mau."

Sabrina tercengang dengan apa yang Kai katakan barusan. Bibirnya sampai tidak mampu mengucapkan sepatah kata pun.

Kai mengerling padanya. " Aku mau makan masakan kamu."

Sabrina tahu bahwa laki-laki itu telah mengatakan cinta padanya. Tapi, dia tidak pernah yakin bahwa Kai akan menerima Sabrina sepenuhnya, sampai dia lupa apa yang pernah dia katakan dulu.

Awal pernikahan mereka, Sabrina pernah bermimpi menjadi seorang istri yang baik bagi suaminya. Dia dengan begitu semangat pergi ke dapur untuk menyiapkan makanan kesukaan bagi Kai. Tapi, yang dia dapati adalah sebuah pengalaman pertama yang sangat menyakitkan.

Pada saat Kai masih sangat memuja Jeni, dia berkata membenci aroma masakan yang dibuat Sabrina. Kemudian, menghina kalau itu lebih buruk dari sampah. Setelah kejadian itu, Kai mengultimatum Sabrina tidak boleh lagi menggunakan dapur utama. Dia benci pada masakan Sabrina sekalipun itu hanya aromanya.

Kai mengedikkan  dagu di saat Sabrina masih melamun, pelayan di rumahnya yang lebih peka dengan segera menyiapkan peralatan makan untuk tuan mereka tersebut.

Semangkuk sup, ayam goreng, dan juga sambal bawang disajikan. Mereka membawakan air untuk Kai mencuci tangan, baru pergi menjauh setelahnya.

Sabrina masih mematung menyaksikan apa yang ada di depan matanya saat ini. Tapi, ketika Kai akan mengisi nasi di piringnya baru dia tergerak untuk melayani.

"Kamu yakin akan makan ini?" tanya Sabrina ketika dia menyiapkan nasi dan juga lauk untuk Kai.

"Mau."

Sejenak jemari Sabrina mengepal tanpa sadar. Entahlah, dia harus merasa senang untuk saat ini atau harus mengingatkan Kai tentang bagaimana omongannya dulu.

"Kalau nggak selera, jangan dibuang nanti biar aku yang makan." Sabrina menaruh sajian makanan tersebut setelah berniat untuk pergi.

"Mau ke mana?" Kai meraih tangan Sabrina ketika akan ditinggalkan.

"Aku nggak mau ganggu kamu makan."

"Tetap di sini, temani aku makan sampai selesai." Kai kemudian beranjak untuk menyiapkan kursi bagi  Sabrina agar perempuan itu duduk di dekatnya.

"Makan bersamaku, di sini."

Meski ragu pada awalnya, Sabrina duduk juga. Kai mengukir senyum padanya. Laki-laki itu juga dengan baik menyiapkan makanan untuknya. Padahal, melayani orang lain bagi Kai adalah sebuah kemustahilan.

Kai kembali duduk. Dia nikmati makanan itu. Pada suapan pertama laki-laki itu tercenung. Sebelas tahun yang lalu, dia pernah menikmati masakan dengan rasa seperti ini. Sebuah rasa yang membuatnya jatuh cinta.

Pria itu menyuapkan makanannya lagi. Ya ... dia menemukan kembali sesuatu yang sudah sangat lama dia rindukan.

Itu berarti ....

"Kenapa?" Sabrina memecah lamunan Kai ketika dia lama tercenung.

Kai enggan menjawab yang jujur. "Masakanmu enak aku suka." Kata-kata itu membuat Sabrina merona wajahnya. Kai suka melihat itu karena membuat  Sabrina semakin kelihatan cantik. "Mulai hari ini, kamu yang akan siapkan makanan untukku. Jangan orang lain. Dan ...."

"Dan apa?"

Kai tidak dapat mengelak kalau dia masih mempunyai sedikit kekhawatiran tentang kedekatan Sevan dengan Sabrina. Dia takut kalau laki-laki itu juga nantinya akan dapat kesempatan untuk menikmati masakan Sabrina.

"Kamu nggak boleh siapkan ini untuk laki-laki lain kecuali adik kamu Dio dan juga kakek."

Sabrina tersenyum tipis.

Kai menghabiskan makanannya. Setelah beres, dia ingat untuk mengambil salah satu benda yang disimpan di sudah cukup lama. Itu adalah sebuah kotak bekal milik Jeni ketika pertama kali dia menerima makanan dari gadis itu.

Kai  yang pada saat itu merasa diberi makanan berniat untuk mencucinya. Tapi, mendadak ketika melihatnya ada di rumah dia jadi tidak punya niat untuk mengembalikan. Kemudian, dia mencari kotak bekal lain yang jauh lebih bagus dan mahal untuk diberikan pada Jeni. Sementara kotak bekal yang biasa tersebut disimpannya baik-baik.

Sekarang dia keluarkan lagi dari tempat penyimpannya, lalu menunjukkan pada Sabrina. Kebetulan istrinya kini berada  di kamar.

"Kamu tahu ini? Kai menunjukkan kotak bekal itu.

Sabrina membulat matanya. "Itu milikku!"

Perempuan itu berbinar-binar matanya saat melihat kotak bekal lama miliknya yang lama hilang.  Dia meraih wadah makan  siang tersebut dari tangan Kai.

"Ini milik ibuku." Sabrina memeluknya. "Aku kehilangan ini saat masih sekolah dulu. Ada yang mencuri bekalku."

Kai terdiam. Perasaannya campur aduk antara marah, kesal sekaligus malu. Dia tahu siapa orang yang mencuri bekal tersebut.

"Kenapa ini ada di kamu?"

Kai mendekati Sabrina, kemudian jari jemarinya menelusup ke belakang tengkuk perempuan tersebut menarik perlahan hingga kening mereka beradu.

"Aku yang mencurinya dulu."

Sabrina ingin menjauh, Kai menariknya lagi. "Maaf, aku nggak tahu kalau itu punya kamu."

"Kenapa kamu ambil ini?" Sabrina masih bingung.

Kai teringat tentang Jeni yang memberikan ini padanya. Pada saat itu adalah pertama kali dia merasa sesuatu yang sangat nikmat masuk dalam mulutnya. Dia belum pernah merasakan ada sesuatu yang tulus di dalam sebuah rasa. Dia nekat menyimpannya karena tidak mau kehilangan kenangan pertama dalam hidupnya.

"Karena aku mencintai kamu sejak awal." Kai memberikan jawaban yang membingungkan.

Sabrina dan KaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang