17

48 2 0
                                    

Kai, memberikan  rekaman percakapan kepada Albi.

"Simpan ini dengan baik," ujar Kai tegas kepada Albi, asisten pribadinya yang telah dipercaya selama bertahun-tahun.

Albi menatap rekaman itu sejenak sebelum memasukkannya ke dalam saku jas. Dia mengerti betul bahwa apa yang dipegangnya saat ini adalah sesuatu yang sangat penting dan harus disimpan dengan baik.

Kai kemudian melanjutkan instruksinya. "Kamu harus memanipulasi percakapan ini supaya terlihat jelas bahwa Jeni itu memang akan mencelakai bayinya," perintah Kai sambil menunjuk ke arah rekaman tersebut. "Dan aku di sini menyembunyikan karena  ingin melindunginya."

Albi mengangguk mengerti. Dia tahu betul apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara melakukannya.

"Sisanya untuk perkara tes DNA dan yang lain-lain, kamu nggak perlu berkata apa-apa. Aku yang akan urus," tambah Kai.

Albi kembali mengangguk, memberikan isyarat bahwa dia mengerti instruksi dari majikannya tersebut.

"Kamu boleh keluar sekarang, kerjakan apa yang aku suruh," perintah Kai dengan nada tegas namun tenang.

"Baik, Pak," jawab Albi dengan hormat. Dia beranjak dari kursinya dan meninggalkan ruangan tersebut untuk melakukan tugas yang diberikan.

Semalam berlalu dan berita yang disebarkan melalui media sosial tersebut semakin meluas dan viral. Publik dibuat heboh oleh pemberitaan tersebut dan banyak spekulasi serta opini bermunculan. Di tengah kegaduhan tersebut, keluarga besar Kai mulai membicarakan masalah ini. Mereka menuntut pria itu agar mengantisipasi supaya masalah tidak semakin melebar, apalagi berpengaruh juga pada perusahaan mereka. Kai pastikan dia bisa menyelesaikan ini.

Namun, di balik penampilannya yang selalu terlihat tenang dan tak terusik, Kai sebenarnya sangat frustrasi. Suara-suara kritis dari dalam maupun luar keluarga memenuhi pikirannya. Meski dia selalu berhasil menjaga wajahnya tetap dingin dan tatapannya tajam saat menghadapi lawan-lawannya.

Malam itu dia begitu gelisah, menatap ke luar jendela kamar tidurnya yang besar. Cahaya bulan menerangi wajahnya yang tampak muram dalam lamunan. Tiba-tiba Sabrina memeluknya dari belakang. Hangat pelukannya memberikan sedikit kenyamanan bagi Kai di tengah badai pikiran yang sedang melanda dirinya.

Kai tetap diam, tidak ada suara yang keluar dari bibirnya. Sabrina bisa merasakan denyut jantung suaminya yang tampak sedikit lebih cepat dari biasanya.

"Aku merindukanmu, malam ini biar aku memelukmu sebentar," ucap Sabrina dengan lembut. Suaranya bergetar pelan, mencerminkan kecemasan dan rasa sayangnya pada Kai.

Kai tetap diam, tidak tahu harus bersikap bagaimana saat ini. Dia malu pada istrinya karena merasa telah mengecewakannya.

Melihat reaksi suaminya tersebut, Sabrina berpikir kalau pelukannya itu tidak berguna. Dia mulai melemaskan pelukannya dan akan melepaskan diri dari Kai.

"Tetaplah begini!" pinta Kai tiba-tiba dengan nada memohon. Kata-kata tersebut keluar begitu saja dari mulutnya tanpa dipikirkan terlebih dahulu. Kai mengusap lengan Sabrina yang berada di perutnya.

Mendengar permohonan suaminya tersebut, Sabrina tersenyum kecil lalu merengkuhnya lebih erat lagi. Pelukannya kali ini lebih hangat dan penuh kasih sayang.

Pagi itu, Kai berangkat ke kantor seperti biasa. Namun, suasana hari ini terasa berbeda. Unggahan yang dibuat oleh akun anonim di media sosial telah membuat wartawan lapar berita mencecar Kai dengan pertanyaan dan permintaan klarifikasi. Pengawalan untuk Kai diperketat. Beberapa petugas keamanan tambahan dikerahkan untuk mengamankan area sekitar kantornya serta memastikan bahwa dia bisa bekerja dengan aman dan nyaman.

Sementara itu, Sabrina pun tidak bisa keluar bebas lagi. Dia harus dijaga ketat oleh beberapa petugas keamanan yang ditugaskan oleh suaminya. Meski terasa sangat mengganggu,  dia tahu bahwa semua ini dilakukan demi kebaikannya. Dia hanya bisa mengirimkan vitamin dan makanan tambahan untuk kakeknya lewat suster yang merawatnya. Dia juga menanyakan kabar sang kakek melalui suster tersebut karena  tidak bisa pergi menemui kakeknya.

Di tengah situasi yang semakin genting, Kai mendapatkan angin segar dari Albi. Asistennya itu datang dengan wajah penuh harapan dan membawa sebuah informasi penting yang bisa menjadi titik balik dalam kasus ini.

"Pak." panggil Albi seraya masuk ke ruangan kerja Kai, "Aku punya sesuatu untukmu."

"Duduk!" perintah Kai kepada Albi. Suaranya terdengar sedikit berat.

Albi mengangguk dan duduk di kursi di depan meja kerja Kai. Dia merogoh saku jasnya dan mengeluarkan sebuah ponsel. Layar ponsel tersebut menunjukkan halaman profil media sosial yang tampak sangat familier bagi Kai.

"Aku sudah menemukan akun palsu yang mengunggah postingan berita tentang Anda, Pak," ungkap Albi seraya memberikan ponselnya kepada Kai.

Kai menerima ponsel tersebut dan memeriksanya dengan seksama. Matanya menyipit saat melihat foto profil akun tersebut.

"Ini Ardan," gumam Kai penuh emosi. Dia laki-laki yang beberapa waktu lalu sempat berurusan dengannya karena mencoba meracuni Sabrina, istrinya. Kai masih ingat betul bagaimana Ardan mencoba untuk merusak kehidupan rumah tangganya dengan segala cara yang bisa dia lakukan demi membantu Jeni.

Mendengar nama Ardan disebut oleh Kai, Albi hanya bisa diam dan menunggu instruksi selanjutnya dari majikannya itu.

Emosi yang selama ini terpendam dalam dada Kai akhirnya meledak. Semua tekanan dan kegelisahan yang telah lama dia tahan, kini bergejolak bagai gunung berapi yang siap meletus. Dengan tiba-tiba, dia memukul meja kerjanya dengan keras, menghasilkan suara gaduh yang menggema di seluruh ruangan.

"Atur pertemuanku dengan dia!" perintah Kai dengan suara berat dan penuh amarah. Wajahnya tampak tegang dan matanya menyala-nyala menunjukkan kemarahan yang mendalam.

"Baik, Pak," jawab Albi dengan sigap sambil bangkit dari kursinya.

Kai merasa marah bukan main. Dia tahu betul Jeni itu licik dan penuh tipu daya. Wanita itu bisa melakukan apa saja demi ambisinya. Namun, Kai memiliki senjata andalannya sendiri untuk membuat Ardan mundur tanpa perlu dipaksa. Prtarungan ini tidak akan mudah, tetapi Kai menyukainya. Sudah lama adrenalinnya tidak terpacu begini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 15, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sabrina dan KaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang