Selama beberapa hari ini, Jeny tenggelam dalam lautan air mata. Bukan karena memikirkan bayinya yang disembunyikan Kai. Namun, dia merasa sangat dipermalukan karena keadaan sekarang berbalik.
Bukankan dulu Sabrina yang selalu disiksa seperti ini? Kenapa sekarang malah dia yang merasakan?
Sungguh tidak terduga, perlakuan buruk ini justru datang dari lelaki yang amat dicintainya. Padahal, dulu Kai begitu memuja Jenny dan membenci Sabrina!
Jeny tidak bisa diam. Ardan memang berkhianat dengannya, tetapi pria itu masih bisa dimanfaatkan. Cintanya itu. Jeny tahu Ardan mencintainya. Akan dia gunakan cinta laki-laki itu untuk menemukan bayinya. Daripada malu, lebih baik Jenny habisi dia.
Jeni menatap layar ponselnya. Menunggu jawaban Ardan. Dia tahu bahwa keputusan ini mungkin akan membawa konsekuensi, tetapi tidak punya pilihan lain.Suara dering terdengar di ujung sambungan. Ardan mengangkatnya tidak lama kemudian.
"Jeni?" tanyanya dengan nada heran dan skeptis. Sebelumnya, Jeny telah berjanji tidak akan pernah menghubungi Ardan lagi setelah apa yang terjadi antara mereka. Namun, kali ini situasinya lain.
"Ardan, aku butuh bantuanmu." Suasana menjadi tegang seketika itu juga.
Ardan merasa bingung dan tidak tahu harus bereaksi bagaimana atas permintaan tersebut. Dia masih belum bisa melupakan apa yang telah terjadi antara mereka dan sekarang Jeny kembali meminta bantuannya? Apa yang harus dia lakukan?
Ardan bertanya kepada Jeni, "Bantuan apa yang kamu perlukan, Jeni?" Suaranya terdengar enggan.
Jeny tidak peduli. "Aku membutuhkan bantuanmu untuk menemukan anakku kembali." Kata-kata tersebut keluar dengan penuh amarah.
Ardan terkejut mendengar permintaan tersebut. "Gimana caranya?"
Pemuda itu tidak mau gegabah. Meski dia mencoba memahami situasi yang tengah dihadapi oleh wanita yang disukainya ini.
Jeni merespon dengan cepat, "Kita harus menyebarkan berita tentang penculikan bayiku yang dilakukan oleh Kai."
Mendengar nama Kai membuat Ardan semakin waspada. Dia tahu bahwa ini bukanlah perkara sederhana dan bisa membawa risiko besar bagi mereka semua.
"Nggak!" Ardan menolak. "Kamu sadar atau nggak, Jen, kalau itu sangat berisiko? Jika kita membuka kasus ini ke publik, Kai bisa menjadi lebih agresif dan bahkan mungkin akan menyerang balik kita."
Jeny merupakan orang yang ambisius. Dia tidak akan peduli dengan risiko apa pun asalkan dapat mencapai tujuannya."Jangan kamu kira bakal mudah mengancam Kai." Ardan mengingatkan.
Jeny, yang sudah terlalu lelah dengan segala permasalahan ini, hanya membalasnya dengan tegas, "Aku nggak peduli seberapa sulitnya. Yang aku mau adalah kamu segera mengurus ini supaya kita bisa mengunggah berita soal penculikan anakku oleh Kai."
Sepertinya kalau terus memaksa Jeny, tidak akan ada habisnya. Ardan punya ide lain.Dia menyarankan agar mereka mencoba mengancam Kai lebih dulu sebelum membuka kasus ini ke publik. "Katakan saja kalau kamu akan sebarkan berita seandainya anakmu nggak dikembalikan segera.""Meski Kai adalah orang kaya," ujar Ardan lalu menjeda sejenak, "bukan berarti dia bisa selalu selamat dalam segala hal."
Kai, yang akan segera dinobatkan sebagai pimpinan di perusahaan, tentu tidak akan mengambil risiko dengan merusak nama baiknya. Ancaman itu pasti akan membuatnya menyerah dan membebaskan anak Jeny.
Jeny mempertimbangkan rencana tersebut sejenak sebelum akhirnya setuju. Dia tahu bahwa ini mungkin adalah kesempatan terbaik mereka untuk mendapatkan anaknya kembali.
Namun, Ardan tiba-tiba melontarkan pertanyaan yang cukup memyebalkan baginya. "Apa tujuanmu sebenarnya dengan menginginkan anakmu kembali, Jen?" tanyanya dengan serius. "Kamu nggak berencana untuk menyakitinya, kan?"
Jeny tidak menjawab dan hanya menyuruh Ardan untuk segera mengerjakan apa yang sudah mereka rencanakan. "Kamu nggak perlu tahu. Kerjakan saja, nanti akan ada bayaran untukmu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sabrina dan Kai
FanfictionSuaminya berselingkuh, katanya. Sabrina harus berjuang bersama untuk membuktikan kalau itu tidak benar.