10

555 64 1
                                    

Apartemen Jimin sepi. Entah pergi kemana si pemilik rumah yang tidak menunjukkan hawa keberadaan semenjak Taehyung pulang. Mendesis dengan langkah tertatih, Taehyung mengutuk setiap leluhur Jeongguk karena berhasil membuatnya lumpuh nyaris tidak bisa berjalan.

Dia duduk malas di sofa, mengenakan turtleneck kebesaran milik pria bermata hitam itu untuk bersantai dan menghirup aroma familiar menutupi sebagian wajahnya yang panas.

Taehyung memutar perkataan Jeongguk saat mengantarnya selang 9 menit lalu. Menatap jauh pada lampu terang yang menyorot penglihatan Taehyung perih terkena cahaya menyilaukan.

“Jangan cemberut, apa aku membuatmu marah?”

“Tidak.”

Tawa mengudara hangat menarik Taehyung dalam dekap akrab yang melelehkan tembok pertahanan runtuh. Ia bersandar nyaman, membiarkannya surai ikalnya diusap dan dimainkan oleh jemari tangan Jeongguk.

“Aku harap kamu tidak menyesal, hyung. Kamu tahu aku mendekatimu untuk sesuatu?”

“Tidak tahu, kamu belum mengatakan apapun sejak semalam.” sanggah Taehyung sinis namun tidak menjauh dan diam saat Jeongguk mengecup pipi sampai sudut mata memar penuh kasih sayang.

"Aku pernah mengatakannya dulu dan masih sama seperti sekarang.”

“Bodoh, itu sudah lama. Siapa tahu kamu bohong.” mencibir tak percaya, Taehyung ingin sekali menendang Jeongguk terbang melewati dimensi dunia lain.

Dia terkekeh geli, menyelipkan anak rambut dibelakang telinga Taehyung sembari berkata lugas. “Aku menyukai, selalu menyukaimu. Kenapa harus bohong kalau yang aku suka hanya kamu dan tidak ada yang bisa menghalanginya."

Bajingan!

Dia pandai membual melontarkan racun manis untuk membakar perlindungan Taehyung dari kata suka atau cinta.

Taehyung meraung tersipu malu pun jengkel hebat karena terus terngiang-ngiang kalimat akhir. Wajah dia merah padam, mengambil ponsel yang sudah lama tidak diperiksa dan mengirim pesan pada Jimin untuk menanyai keberadaan nya sekarang.

[ Hei, kamu ada dimana? ]

Lupakan, Taehyung tidak bisa menaruh seluruh perhatiannya pada Jeongguk. Masih ada hal lain yang harus diurus. Alasan bolos kerja, misalnya.

Belum juga dapat gaji tapi sudah melanggar peraturan dan berakhir dengan pemotongan sadis.

Tidak ada keterangan, pasti Namjoon akan tahu jika melihat absensi nanti.

Drrt!

Ada balasan dari Jimin, Taehyung berbaring lurus dan menyalakan power on televisi.

[ Dengan temanku, mungkin pulang terlambat. Kamu kemana saja tadi malam? Aku telepon tidak diangkat. Tadi Namjoon-hyung bilang kalau kamu juga tidak masuk kerja. Hei, jangan bohong atau aku akan mengusirmu nanti! ]

Panjang sekali omelan Jimin. Taehyung bisa mendengar suara berisiknya meskipun lewat pesan teks.

Menggerutu, Taehyung sudah memikirkan alasan cermat untuk mengurangi kecurigaan Jimin.

[ Aku pulang ke rumah, Sooyeon memaksaku untuk tinggal dan membantunya belajar. Lupa, ponselnya aku matikan jadi tidak tahu kamu menelepon. ]

Pintar.

Taehyung menjentikkan jari, memuji otak encernya sendiri. Dia menyesap jus buah yang dibelikan oleh Jeongguk, tidur malas menghabiskan waktu luang tanpa peduli pada dunia sekitar lagi.

Cromulent; Jeon JeonggukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang