06

536 79 6
                                    

Selama 2 hari berlalu Taehyung lebih banyak menghabiskan waktu dengan Jeon Jeongguk. Dia akan berangkat pagi buta dan pulang larut malam bersinarkan senyum lebar. Aura secerah mentari bisa Jimin jabarkan jikalau terus memperhatikan Taehyung yang kian riang menyapanya ramah seolah Jimin adalah bagian dari berkah Tuhan yang patut dihargai.

"Kamu pasti sangat menyukai teman itu."

"Aku suka."

Sulit mengartikan maksud dua suku kata sederhana, Jimin berbaring malas di sofa empuk dan menaikan volume televisi agar tidak teralihkan oleh kesibukan Taehyung berkirim pesan.

"Aku dengar Jihoon berhenti kerja. Kenapa?"

Ah, soal itu Taehyung juga sempat terkejut dan sedih.

"Dia bilang ibunya sakit. Tidak ada yang mengurus jadi terpaksa berhenti."

Sayang sekali, padahal Taehyung cukup menyukai kelucuan Jihoon yang sudah ia anggap seperti adik sendiri. Tadi pagi Jihoon menyerahkan surat pengunduran diri begitu mendadak tanpa sinyal aba-aba dan tidak menunjukkan kehadiran barang sedetik. Pergi jauh beralasan bahwa ibunya harus ditemani agar bisa cepat sembuh.

"Namjoon-hyung bilang mau datang kemari nanti sore dengan Seokjin-hyung. Kamu harus pulang lebih awal."

"Benarkah? Seokjin-hyung mau datang?"

Kim Seokjin, idola tampan yang Taehyung bantu seminggu lalu agar bisa mendapatkan rumah sewa mulai akrab berbincang dengannya di waktu luang dan mengijinkan Taehyung juga Jimin memanggil Seokjin menggunakan imbuhan hyung seperti Namjoon.

"Apa aku punya alasan untuk berbohong?"

Tidak ada.

"Aku akan pulang lebih awal, tidak perlu cemas. Apa aku harus membeli makanan? Bagaimana dengan kue kering atau alkohol?"

Tak!

Kepala Taehyung dipukul kejam oleh remote tv yang Jimin pegang.

"Kamu tidak bisa minum alkohol, lupa?"

Tersenyum konyol, Taehyung baru sadar jika dia lemah terhadap minuman keras. Menyesalkan sebab tidak bisa membeli sesuatu bagi sang idola, Taehyung menekuk bibir masam dan memutar otak memikirkan barang bagus apa yang layak diberi untuk Seokjin.

"Jangan banyak berpikir, biar aku yang menyiapkan hadiah."

Sangat murah hati.

Taehyung tidak membantah keputusan sepihak Jimin. Dia menyandarkan punggung dengan mulut menguap letih dan bangun menuju kamar tidur.

"Jimin-ie."

"Um?"

"Celanamu sobek."

Duduk spontan menutupi belakang pantat. Jimin raba bagian sobek yang Taehyung tunjuk dengan wajah gugup bercampur malu.

Tidak tahu saja bahwa Taehyung sudah gemetar menutupi gelak tawa dan masuk mengunci diri di dalam kamar sambil berseru kurang ajar.

"Hanya bercanda, wajahmu lucu sekali. Harusnya aku foto untuk dijadikan stiker hahaha~"

"KIM TAEHYUNG!"

.

.

.

Lupakan tentang hadiah.

Taehyung pulang lebih awal seperti permintaan Jimin dan buru-buru mandi berganti pakaian dengan baju lebih sopan menurut tata krama perjamuan antar-teman, atasan tak lupa idola hati.

Ia menyisir rambut selama 10 menit di cermin yang mulai kusam seolah bisa merasakan antusiasme penggemar dari penampilan mempesona Taehyung dan malas terus digunakan tanpa henti.

Cromulent; Jeon JeonggukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang