Apartemen Jimin total menjadi tempat persinggahan Taehyung kala meringkuk sepi mencari kenyamanan. Ruang besar berdekorasi ungu muda buat ia akrab seketika jika mengingat bahwa Jimin sengaja membuatnya khusus guna mengurangi rasa canggung Taehyung.
Berbaring malas menatap lurus plafon putih tulang diatas kepala. Taehyung ambil laptop abu dekat nakas untuk memeriksa email masuk dengan harapan redup.
Kosong.
Pembaruan terakhir masih sama seperti dulu. Jika dihitung sudah 6 tahun berlalu.
"Apa dia melupakanku sungguhan?" Taehyung berbisik lirih, menutup tampilan laptop tadi putus asa dan bangkit untuk membersihkan diri.
Lupakan, dia bisa gila kalau terus menunggu.
Aroma harum makanan menyambut indra penciuman Taehyung begitu keluar dari pintu kamar. Senang karena apa yang ia mau sudah datang, Taehyung bisa melihat jajaran menu hasil pesan-antar sudah tersaji sempurna diatas meja ruang tamu.
Jangan salah sangka bahwa Jimin akan memasak untuk Taehyung sebab baik ia ataupun si pemilik rumah sama-sama berilmu pendek tentang bahan-bahan dapur. Gula dan garam saja bisa tertukar apalagi jahe dengan lengkuas, paling banter memasak semangkuk ramyeon sudah ibarat penopang perut mereka andai kata terpaksa menggunakan nyala kompor demi menghemat uang.
"Duduklah, aku mau ambil minum dulu."
Patuh, ia duduk manis dengan kaki bersila lucu. Jimin berdecak heran, memasuki dapur dan kembali membawa 2 gelas berisikan cairan kuning indah.
"Aku tidak suka jus jeruk." bisik Taehyung cemberut.
"Jangan pilih-pilih kamu terlalu sering minum soda. Kalau nanti lambungmu sakit bagaimana?"
"Tidak sakit." sergahnya tak mau mendengar.
"Tidak karena belum, sudah cepat makan. Bukannya kamu lapar?"
Memang lapar, salahkan perut murahan Taehyung sedikit rakus.
Mereka makan dalam keheningan damai. Saling meributkan potongan ayam sesekali ditemani bisingnya siaran drama yang menyuarakan scene tangis seorang istri ketika sang suami berselingkuh dibalik panggung sandiwara berkedok setia.
"Aku sudah menghubungi Namjoon-hyung soal rumah sewa yang kamu katakan tadi sore."
"Bagaimana?" tanya Taehyung penasaran sambil mengusap perut besar yang terisi penuh oleh berbagai asupan lezat.
Sulit mencerna tapi tetap menyenangkan saat nafsu makan terpuaskan.
"Dia bilang akan dibicarakan dulu dengan temannya. Taehyung duduk jangan langsung berbaring begitu, apa kamu kucing?"
Jimin tahan punggung Taehyung sampai gagal tertidur pulas. Ia membuka mata jengkel, duduk sesuai perintah Jimin ogah-ogahan.
"Aku mengantuk."
Tahan dorongan hati agar tidak mencibir, Jimin tepuk sebelah pundak seolah memberi isyarat. "Bersandar padaku."
Taehyung menguap sebentar, beringsut mengikis jarak diantara mereka dan memiringkan kepala untuk bersandar nyaman menggosok pipi kanan guna mengurangi gatal kelewat alami. Jimin bergerak geli terus mengusap punggung rampingnya dari belakang agar sedikit lebih rileks.
"Jim."
"Hm?"
Kelopak mata Taehyung setengah terbuka, menyenandungkan lagu balad samar-samar. "Tidak ada." bisiknya lirih sebelum benar-benar hilang tertelan oleh helaan napas teratur.
Jimin memperhatian seksama ikut menjatuhkan sisi wajahnya pada pucuk kepala Taehyung dan terpejam santai.
Nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cromulent; Jeon Jeongguk
FanficIa ingin kepemilikan mutlak, mengikat Kim Taehyung dalam jeruji kuat bernama hati. Tak masalah jika harus melenyapkan segala macam gangguan karena bagi Jeongguk hanya Kim Taehyung yang ia utamakan. "Jeongguk-ssi, apa menurutmu aku akan tenggelam?"