11

480 55 2
                                    

"Jimin-ah, ada apa denganmu?"

Bangun tidur Taehyung dikejutkan oleh memar mengerikan dan sobekan ngilu disudut bibir Jimin ngeri. Mendekat beberapa langkah dia meringis dengan sorot mata cemas; memikirkan alasan sahabat baiknya terlihat seperti habis dipukuli teramat kejam oleh seorang preman.

"Aku baik-baik saja hanya sempat bertengkar dengan seseorang."

Bukan bertengkar tapi dipukuli.

Sial!

Jimin mengulas senyum miris dengan ringisan menyedihkan. Ia usap alis berkerut Taehyung seolah ingin melenyapkan gelisah yang tergambar jelas dan tersadar bahwa Taehyung juga sama babak belur-nya dengan dia. Apa ini yang disebut satu nasib?

"Kamu sendiri kenapa?"

Taehyung tertawa canggung, menghindari tatapan menusuk Jimin dan berucap kelewat lirih. "Berkelahi dengan rentenir tapi sudah aku urus, kamu tenang saja."

"Kamu yakin? Kemari, biar aku obati."

"Tidak-tidak, aku sudah mengobatinya. Justru kamu yang harus ditangani. Basuh dulu wajahmu, aku mau ambil obat."

Jimin menurut, mengikuti Taehyung sangat patuh selagi mengutuk kesialan hari ini. Ada apa dengan laki-laki asing yang Jimin temui? Mereka hanya tidak sengaja bertubrukan tapi memukul seolah memendam dendam kesumat.

Jimin bergidik ngeri, membersihkan wajah dan setiap luka menggunakan air mengalir lantas kembali duduk di sofa kelelahan. Ia memandang kedua tangan Taehyung yang membawa kotak P3K termasuk kain kompres.

"Bisa kamu jelaskan dari awal?"

Aha, Jimin ingin berbohong tapi diancam jujur oleh sepasang hazelnut jernih Taehyung.

"Hanya karena masalah sepele, aku serius."

"Sepele tapi tampangmu sudah seperti dijadikan samsak tinju. Siapa?"

Termenung sesaat, Jimin tela'ah mata Taehyung dalam sebelum menggeleng pelan tanda tak tahu. "Aku tidak mengenalnya tapi aku pikir usianya lebih tua dariku 3 atau 4 tahun. Orang gila itu juga tinggi."

"Kamu benar-benar bertemu orang gila."

"Ya, malang sekali."

"Apa dia sangat kuat sampai kamu tidak bisa melawan?" Tanya Taehyung tak berdaya dan menempelkan plester setelah selesai mengoleskan alkohol untuk menghilangkan bakteri dari luka gores yang bertengger di pipi.

Jimin berdecak tak mau mengakui namun memang benar adanya. "Kuat aku sampai sempat takut."

"Hei, kapan kamu mau memperkenalkan temanmu itu? Ini sudah lewat dari 5 hari yang kita janjikan."

"Nah, aku baru ingat. Lain kali saja yaa, bye."

Kabur bagaikan kilat yang menyambar bumi, Taehyung kunci pintu kamar mengabaikan teriakan marah Jimin. Dia tertawa tapi juga heran dengan orang yang memukul kejam sahabat baiknya itu.

Apa Jimin pernah punya musuh?

.

.

.

Taehyung ingin menemui Sooyeon selepas bekerja. Memastikan buku yang ia beli benar-benar diterima aman. Melewati kediaman Kim Seokjin yang tampak damai dan harmonis, Taehyung melihat mobil mewah yang terparkir akrab memotret memori Taehyung seketika.

Namjoon-hyung?

Apa dia sering mengunjungi Seokjin-hyung?

"Sepertinya ada tamu, berkunjung nanti saja."

Cromulent; Jeon JeonggukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang