15

540 66 7
                                    

“Ada masalah.”

Dua kata yang Jung Hoseok katakan buat mata hitam Jeongguk bergerak menyamping dengan alis terangkat sebelah. Tetes air dingin jatuh dari ujung rambut yang diusap oleh handuk, pakai kaus hitam polos dan berucap balik dengan minat rendah.

"Katakan."

"Konstruksi Pausha. Ayahmu ingin kamu pulang untuk mengurusnya segera."

Jeongguk tersenyum tipis, ambil sebatang rokok yang tersimpan di dekat laptop. Asap putih mengepul menusuk dada Hoseok sesak, dia mengerutkan kening halus. Tidak lagi bicara dan hanya asik memainkan game online untuk membuat Jeongguk tenang.

Suara senandung musik yang keluar dari speaker kecil Jeongguk resapi sebelum duduk dan melihat cincin peraknya dalam. Bulu mata panjang mengedip, menghantarkan keindahan yang sulit diabaikan meski dia seorang pria. Hoseok tertawa kecil, entah untuk apa dan melempar ponselnya kesal saat kalah dari permainan.

"Hyung."

"Hm?"

Lagi, Jeongguk menyesap rokoknya cukup lama. Dia bersandar di punggung kursi, lihat langit malam lewat kaca jendela bening seraya berkata menggunakan nada jenaka. "Kalau misalnya seekor singa mulai bosan melakukan aktraksi sirkus dan berbalik menggigit pelatihnya. Menurutmu bagaimana aku harus bertindak?"

Hoseok diam, dia ikut tatap langit malam dengan pandangan kosong. Mengangkat bahu acuh tak acuh sebelum menjawab jujur.

"Kamu pecut atau rantai saja. Nanti juga jinak lagi."

Ctak!

Dua jari Jeon Jeongguk menjentik nyaring. Ia terkekeh, menaruh abu rokok pada asbak dan memijat belakang tengkuknya seolah pegal menjalari otot yang kaku. Ada warna aneh yang mengudara di dalam kamar hotel. Hoseok memutar mata jengah, tahu apa yang buat Jeongguk menggila tapi enggan untuk menegurnya.

"Apa harus aku yang melakukan itu?"

"Memang siapa lagi?" Jeongguk menopang dagu malas. Angkat sudut bibir tipis dan mengerling teramat polos.

Sialan, memang.

Pekerjaan Jung Hoseok sudah banyak dan anak muda sombong ini mulai menitahnya melakukan hal yang tidak berguna.

"Berapa bayaranku? Lagipula kita ini rekan kerja, bukan atasan dengan bawahan. Kamu harus memberi keuntungan setimpal jika menyuruhku melakukan ini-itu."

"Apapun yang kamu mau."

Warna mata senada Hoseok berkilau oleh rasa kepuasan, dia menunjuk wajah Jeongguk riang dan menyeringai melontarkan satu permintaan.

"Beri aku kursi VIP di lelang Dìxià."

.

.

.

Taehyung tidak bertemu dengan Jeongguk 2 hari ini. Tidak tahu apa yang membuatnya begitu sibuk dan hanya mengabari lewat pesan singkat. Dia bosan juga rindu, pandangi foto pria tampan yang dipotret diam-diam dari kejauhan.

Gaji Taehyung sudah turun, ingin langsung dibayarkan pada rentenir namun kelompok lintah darat itu tidak kunjung datang dan buat Taehyung bingung sekaligus senang. Menghitung sisa hutang, Taehyung pikir lebih baik simpan dulu saja jaga-jaga jika nanti mereka mencegat Taehyung lagi untuk menagih janji.

"Jimin, kamu lihat apa di ponsel?"

Park Jimin tampak berdiri kaku dengan tangan yang sibuk menggeser layar ponsel cepat. Mata dia tajam diiringi kerutan dalam, mengutuk entah untuk apa dan menggeleng. Memasukkan ponselnya dikantong celana.

"Tidak ada, cuma spam."

"Siapa? Mantan kekasihmu?"

Mendengus, Jimin tendang pantat Taehyung yang tengah santai sembari berbaring tengkurap. Satu tangan bebasnya mengambil alih remote televisi, malas mengerjakan tugas menumpuk dan lebih senang menonton drama yang hampir tamat.

"Kamu tidak berkencan? Jangan bilang sudah putus."

"Sembarang, Jeongguk sedang sibuk."

Jimin menatap skeptis, ingin mengutarakan sesuatu yang mengganjal hatinya namun tertelan mentah-mentah sebab takut Kim Taehyung marah. Dia membuka toples kaca berisi kue kering, melamun memikirkan beban pundak dan menyerah untuk mengeluarkan semua unek-unek yang membengkak tak sabar.

"Taehyung-ah."

"Ya?" Ia bergumam lirih tanpa mengalihkan fokus dari ponsel. Sibuk mengunduh game subway surfers agar tidak mati kebosanan.

"Apa kamu mengenal Jeongguk sejak kecil?"

"Begitulah."

"Tahu berapa banyak?"

Heran, Taehyung balik permukaan ponsel untuk menoleh mengintip ekspresi muram Jimin. "Lumayan tapi tidak banyak, kenapa? Jangan bilang kamu cemburu?"

Tersedak oleh tudingan Taehyung, Jimin tepuk dadanya untuk mengurangi pengap juga nyeri. Dia memincing sinis, ingin mengelak walau berakhir gagap sulit membantah terang-terangan. Jimin mendesah lelah, dia sandarkan punggungnya yang terseret ke bawah lesu.

Sulit.

Jimin memang merasakan masam membanjiri hatinya ketika tahu hubungan Taehyung bersama Jeongguk. Sesuatu yang mengikat keberanian Jimin menjadi gundukan kapas lemah, ia tegaskan bahwa bagi Taehyung istilah pertemanan lebih penting diantara mereka berdua.

"Aku hanya tidak terlalu menyukai Jeongguk."

"Dia baik kalau kamu mencoba mengenalnya lebih dekat."

"Aku tidak suka senyumnya yang palsu."

Sialan, Taehyung kesal mendengar nada keras kepala Jimin yang mengaum berisik. Dia merubah posisinya menjadi duduk, menyilangkan kedua tangan gaya bersidekap lantas bicara menusuk hati nurani Jimin ngilu.

"Kamu baru bertemu dengannya sekali, jangan langsung berspekulasi jahat begitu. Jeongguk memang sedikit dingin tapi dia juga sudah cukup ramah menyapamu kemarin."

[ ... tris kenal Kim Jisoo tersandung skandal terkait masalah hubungannya dengan sang lawan main, Jung Haein. Para penggemar mulai mendesak pihak agensi untuk member... ]

Mereka berdua menoleh bersamaan kala siaran acara gosip tak sengaja Jimin tekan dan menampilkan kabar terbaru dengan sederet foto yang sepertinya diambil diam-diam dari jarak cukup jauh.

Taehyung mengerutkan kening spontan, menahan tangan Jimin agar tidak memindahkan siaran acara.

[... Aku pikir ini hanya gosip. Sayang sekali jika rumor sama terus beredar karier mereka pasti akan terpengaruh. Lebih baik jika agen... ]

Apa itu sebabnya Jisoo kembali ke Seoul kemarin?

Pantas Seokjin-hyung memaksa ingin ikut menemani meskipun ditolak tegas oleh Jisoo. Takut jika masalahnya akan membawa nama sang kakak dalam badai kekacauan.

Taehyung tidak bisa berbuat banyak, dia hanya berdoa tulus. Mengharapkan situasi Kim Jisoo membaik dan kembali ke Daegu tanpa harus mencemaskan sesuatu.

"Tae."

"Apa?"

"Yoongi-hyung mengirimku pesan, dia bilang jemput besok."

Oh, jemput. Taehyung mengangguk paham namun selang satu menit berikutnya langsung mencekik kerah baju Jimin tak percaya.

“BESOK?!"

Hei, Min Yoongi sungguh pulang membawa kejutan menyenangkan.

Taehyung tersenyum lebar tanda bahagia.

Cromulent; Jeon JeonggukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang