08

507 74 2
                                    

Taehyung selesai berbelanja pukul 8 malam. Salahkan Jeongguk yang memaksanya mencicipi berbagai jajanan dari pinggir jalan dengan iming-iming menggiurkan berupa traktir.

Ia membawa paper bag berisi buku tebal yang sengaja dibeli untuk Kim Sooyeon. Adiknya menghubungi Taehyung kemarin malam sebelum tidur, dia akan ujian akhir semester desember nanti. Sedangkan uang yang Taehyung beri pada Haneul dulu habis terpakai membeli beras juga tagihan listrik plus air.

Taehyung tidak menolak keinginan Sooyeon. Dia membantu sukarela, membeli satu-dua buku selama itu bermanfaat membantu adiknya sekolah. Ia berjalan melewati gang sunyi sama seperti hari-hari biasa, kembali bergidik ngeri membayangkan hawa seseorang membuntuti dari belakang.

"Pasti jalan angker."

Atau mungkin firasat buruknya benar.

Tiga sampai empat orang melingkari Taehyung seolah menutupi rute pelarian. Wajah mereka sangar dengan ornamen tato serta kalung rantai anjing di leher kuat dan tebal.

"Kamu Kim Taehyung?"

Salah seorang preman berperut buncit bertanya arogan. Dia menggigit hambar sisa rokok yang habis lalu meludah mengulurkan tangan berminyak.

"Hutang Kim Haneul, lunasi sekarang."

Hutang? Apa mereka rentenir?

"Aku belum punya uang, tolong beri aku keringanan 1 minggu lagi."

Dua pria kekar bertato sayap elang jantan tertawa mengejek permohonan Taehyung. Mereka mendekat langkah demi langkah, mencengkeram dagu Taehyung hina sebelum berkata pongah. "Keringanan?"

Entah apa bagian lucu dari permintaan Taehyung sampai-sampai mereka tertawa mengeluarkan bau mulut menyengat hidung.

"Ya, keringanan terakhir. Hanya 1 minggu."

Cengkeraman kasar di dagu Taehyung menguat ngilu. Satu pria besar berujar sinis menghembuskan asap tembakau menyesakkan dada. "Tiga tahun kami memberi kalian keringanan, apa menurutmu kebaikanku adalah ladang amal?"

Meringis merasakan nyeri yang mulai datang menekan gusi Taehyung. Dia menurunkan nada suara, meminta permohonan dengan tatapan suram.

"Aku mohon, tolong—!"

Plak!

Tamparan kuat menghantam pipi kanan Taehyung hingga berdengung pusing. Panas dan perih berdenyut luar biasa ia rasakan merambati sudut bibir yang sobek mengeluarkan darah. Taehyung tersentak, menahan nyeri ketika jambakan menarik akar rambut Taehyung terlampau kasar.

Pria berperut buncit yang Taehyung duga sebagai pemimpin, mencemooh Taehyung dengan pandangan hina bercampur kasihan.

"Wajahmu cukup tampan, kenapa tidak jual diri saja sebagai cicilan bunga? Kamu cukup membuka kaki lebar-lebar dan mendesah memohon keringanan."

Bajingan.

Berani sekali.

Berani menyamakannya dengan pelacur kotor

"Mimpi." ejek Taehyung berani dan menyeringai angkuh melenyapkan gelak tawa yang sempat mengudara merendahkan Taehyung bagai kelinci putih tak berdaya

Aura mereka berubah menjadi semakin menyeramkan. Mendorong Taehyung kasar dan nyeri dapat ia duga berasal dari gesekan aspal serta sikut. Taehyung enggan menyerah membiarkan sekelompok sampah busuk mempermainkan hidupnya.

Ia mencoba untuk bangkit namun sakit sebab tendangan mengenai perut Taehyung dan kembali jatuh terbatuk hebat. Pandangan dia kabur, terus menerima pukulan sampai hilang setengah kesadaran dan menyeka darah yang mengucur melewati keningnya basah.

Cromulent; Jeon JeonggukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang