09

542 69 2
                                    

Taehyung terjebak dalam labirin hati yang Jeongguk bangun. Ia membuka mulut patuh meski enggan dan tidak tahu cara mengikuti ritme asing sebuah ciuman basah. Piring kecil berisi kue strawberry sudah hilang entah kemana, menyisakan napas panas Taehyung linglung yang terdorong pada permukaan dingin kasur.

"Mhn... "

Ciuman pria itu terlepas, bergeser menyentuh lukanya dengan kecup lembut dan turun menggigit jakun Taehyung ketika bergerak naik-turun meraup oksigen rakus.

Tangan besar dan hangat Jeongguk menekan belakang paha Taehyung untuk diangkat. Menaruhnya pada sebelah pundak dan menjilat seperti mencicipi manisan gula. "Apa kamu tidak suka?"

"T-tidak, aku tidak."

Taehyung menutup kedua mata menggunakan lengan malu. Dia sulit menggerakkan lisan, menampik kedekatan yang Jeongguk ukir.

"Lihat aku, apa kamu mau berbohong lagi? Ini juga tidak sakit. Aku berjanji, hanya sebentar." Menusuk kulit telinga Taehyung dengan semburan suara serak dan panasnya mata hitam pekat. Jeongguk kian menekan tubuhnya dengan gigitan kecil di rahang bawah Taehyung.

Sejumlah tenaga kuat yang tidak bisa Taehyung imbangi atau singkirkan. Dia menggeliat, menahan bahu pria jangkung tersebut agar berhenti menggoda.

"Jeongguk, aku tidak punya alasan membiarkanmu melewati batas."

Diam dengan udara dingin dan lenyapnya fluktuasi emosi di senyum tipis mempesona. Taehyung menggigil tanpa sadar, memastikan bahwa tidak ada perubahan mood buruk dari kesabaran dangkal Jeongguk. Ingin mundur menjauh dari kurungan lengan, Taehyung nyaris terkena serangan jantung ketika belakang leher dia ditekan kuat dan berbaring tengkurap oleh kekeh rendah memegang pinggangnya yang terdorong berlawanan arah.

"Manisnya, apa aku boleh melewati batasmu jika mengakui sesuatu?"

Jengkel, Taehyung terus berusaha melepas cengkeraman kuat Jeongguk. Mata dia berkilat dari sudut pandang, menggigit pipi bagian dalam spontan ketika jari lancang Jeongguk menyusup masuk pada celana pendek yang tersingkap mengikuti postur tubuh dan menggertak berat karena tawa senang mengelabui akal sehat Taehyung terbang-jatuh.

"Kamu marah tapi apa hyung sungguh benci saat aku melakukan ini?" Jemari Jeongguk terus menyentuh melupakan segenggam kata moral. Mengukir seringai langka saat memijat titik sensitif Taehyung dan memberinya ilusi kebahagiaan.

"Sangat baik? Kamu suka? Aku marah ketika mereka melecehkanmu, hyung juga membencinya." Jeongguk memasang raut muram, menarik turun celana karet Taehyung hingga betis dan menggambar kurva vulgar diantara kain celana dalam tipis.

"Katakan padaku, apa kamu juga benci jika aku yang menyentuh?" Dada bidang Jeongguk menyelimuti punggungnya lekat. Menggenggam batang keras yang melingkari telapak tangan dan menggosoknya sesuai alur nafsu. Bisa melihat bagaimana Taehyung berkabut terikat suasana tak menentu dan mengejang menahan pergelangan tangan Jeongguk agar berhenti bergerak.

Kaki dia merapat dengan dada terengah menyembunyikan lenguhan lirih. Menoleh sedikit pada paksaan Jeon Jeongguk yang meraup bibirnya dalam ciuman basah. Perut bawah Taehyung mengencang oleh api membara yang mengalirkan nadi darah lebih deras. Meluncur mengikuti setiap kesenangan Jeongguk yang menutupi lubang kecil diujung kelamin tiba-tiba. Menghalanginya dari ejakulasi yang tidak bisa terlepas bebas.

"Susah sekali menjawab pertanyaanku?"

"Hng-uh, lagi... " Kim Taehyung menekuk jari kakinya tak nyaman. Mengeratkan pegangan di pergelangan tangan seolah ingin mengais sentuhan yang hilang.

"Aku tidak mau kamu marah."

Kesal.

Taehyung menggeleng cepat dengan sorot mata sayu. Dia melengkungkan punggung menekan sesuatu yang keras mengenai pantat.

Cromulent; Jeon JeonggukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang