3. KETIKA TIBA DI BUMI

276 46 18
                                    

^^ASTRONIEL^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

^^ASTRONIEL^^

Denhdas berdiri di hadapan pohon sumber energi. Di belakang beliau ada Raja Barganiel dan ketujuh pangeran Giant Star. Denhdas mengeluarkan kekuatannya, warna khas biru tua menyeruak bersamaan dengan pintu bawah tanah terbuka perlahan. Pintu rahasia tersebut hanya diketahui oleh Denhdas, letaknya tepat di depan pohon sumber energi.

"Wahh ... ternyata tempat yang selama ini kita duduki sewaktu mengisi energi adalah pintu gerbang ke planet Bumi," decak Altair.

"Pintu terlihat dalam sekali ke bawah," gumam Aldebaran.

Raja Barganiel mendekat dan berdiri di samping Denhdas. Raja Bargeniel memperhatikan ke arah bawah pintu yang tampak bersinar. Denhdas hanya diam, terlihat menerawang.

"Cepat pimpin para Pangeran untuk segera pergi ke Bumi. Kau tak boleh mengingkariku dengan ikut mereka ke Bumi, Denhdas," tegas Raja Barganiel.

"Saya mengerti, Yang Mulia," sahut Denhdas lapang. Beliau menoleh ke belakang, tepat sekali bertemu tatap dengan Gamma. Beliau sedikit tersenyum. "Kalian semua, ikuti aku!"

Denhdas perlahan menuruni tangga menuju bawah pohon. Dari Gamma hingga terakhir Rigel, ke enam pangeran tersebut telah menuruni tangga usai memberi salam hormat pada sang Raja. Setelah itu, pintu tertutup dengan sendirinya. Berjarak cukup jauh, para Selir Raja terlihat sangat sedih dan juga tampak kesal. Ketika putra-putra mereka dikorbankan hanya untuk mencari keberadaan Ratu dan Putra Mahkota yang telah lama menghilang.

Para pengeran berdecak kagum begitu melihat sebuah ruangan di bawah pohon sumber energi. Hanya ada satu lantai bulat di tengah-tengah ruangan itu. Lantai tersebut dikelilingi oleh bunga teratai ungu yang bersinar sangat indah.

Denhdas pertama kali meniti untuk mencapai lantai bulat itu, lalu beliau duduk tepat di tengah-tengah. Denhdas menoleh pada keenam pangeran yang masih berdiri di tepian.

"Kemarilah. Duduklah melingkariku sambil berpegangan tangan dengan erat," titah Denhdas.

"Kak, ada baiknya yang lebih tua jalan pertama," bisik Canopus.

Gamma menoleh dan menatap datar Canopus, lalu berjalan meniti terlebih dahulu. Diikuti oleh Antares, Aldebaran, Altair, Canopus, dan terakhir Rigel. Mereka duduk melingkari Denhdas seperti yang diperintahkan.

"Aku telah mengatur semua yang kalian butuhkan di Bumi. Kalian akan mendarat di sebuah rumah tempat yang akan kalian tempati bersama. Kalian akan bingung ketika pertama kali melihat barang-barang yang ada di sana dan bagaimana tingkah manusia di sana. Tetapi aku telah menuliskan ulang Buku tentang kehidupan di Bumi untuk kalian. Sebab buku aslinya ada pada Ratu Hilarina," tutur Denhdas seraya menyerahkan salinan buku Bumi pada Gamma.

"Kami akan melakukan apapun sesuai aturan yang ada pada buku ini?" tanya Gamma.

"Tak semua tertulis di sana. Tetapi setelah cukup lama membiasakan diri di Bumi, kalian akan paham sendiri bagaimana kerja alat-alat canggih di sana dan bagaimana cara kalian berkehidupan di sana. Buku itu hanya panduan singkat, yang mungkin sangat penting untuk kalian."

ASTRONIELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang