23. SIAPA DAN APA ITU?

143 14 2
                                    


••• ASTRONIEL•••


Juhan menatap malas sosok Aldebaran yang tersenyum aneh menatap layar ponsel sambil berjalan ke arah mobilnya. Kelima pangeran telah berkumpul di dalam mobil tersebut, hanya Aldebaran yang masih berjalan menuju mereka. Gamma yang duduk di samping Juhan mendengkus bosan sedari tadi melihat ke arah Aldebaran yang tak sampai-sampai ke mobil karena berjalan sangat pelan.

"Apa yang terjadi padanya? Mengapa dia bisa sesenang dan sesibuk itu dengan ponselnya?" tanya Gamma pada Altair.

"Di kantin, dia berhasil mendapatkan nompr ponsel Kim Moo Na. Berkat usahanya yang membuat gadis itu sangat kesal dan berakhir pasrah. Aku tidak tahu apakah nomor itu benar miliknya apa bukan,"sahut Altair juga dengan malas.

Juhan terkejut, langsung membalikkan sedikit badannya ke arah belakang. "Sungguh? Moo Na memberinya nomor ponsel?" tanyanya tak percaya.

"Itu benar. Aku takut jikalau tindakan dia akan membuat dirinya ditangkap penjaga bumi," kata Altair menambahkan.

"Penjaga bumi? Memangnya ada?" tanya Rigel.

"Polisi. Penjaga di bumi ini namanya polisi. Jika kalian melakukan sebuah tindak kejahatan, maka kalian akan ditangkap polisi dan masuk penjara," tukas Juhan menjelaskan.

"Aku jadi penasaran bagaimana penjaga bumi," celetuk Canopus.

"Mau ke sana bersamaku?" tanya Rigel.

"Ck, diamlah. Kalian tidak boleh banyak tingkah," tegur Antares.

Aldebaran yang sudah sampai di samping mobil, lantas mengetuk kaca jendela mobil itu. Meski malas, Antares tetap membukakan pintu untuknya.

"Halo. Maaf menungguku terlalu lama," ucap Aldebaran tersenyum lebar sambil memasuki mobil itu.

"Kalau terlambat 1 menit saja, kau sudah aku tinggalkan di sini!" ketus Juhan sambil menjalankan mobilnya.

"Hehe. Maafkan aku."

Di sisi lain, Garniel baru saja mengayuh sepedanya meninggalkan lingkungan sekolah usai menyelesaikan tugas piket kelas. Awalnya sepeda merah itu melaju tanpa ada kendala, tetapi di jalan Garniel merasa ada yang aneh dengan sepedanya. Sepedanya kian memberat dan terasa lebih liar. Garniel menghentikan kayuhan sepedanya, ia menengok ban sepeda bagian belakang yang ternyata sudah sangat kempis. Buru-buru Garniel turun dari sepedanya tersebut.

"Ah, bocor rupanya. Pantas saja sangat tidak nyaman dipakai," gumam Garniel.

Garniel terpaksa harus menggiring sepedanya, jika dipaksakan akan memperburuk keadaan benda itu. Garniel berjalan santai, sambil sesekali bersiul. Tanpa ia sadari angin berhembus dengan lembut, menyapu dedaunan kering di bawah pohon. Kupu-kupu yang cantik berdatangan mendekati Garniel yang menimbulkan aroma bunga. Garniel yang menyadari hal itu berheran-heran. Indra penciumannya sama sekali tak terganggu dengan bau harum itu, tetapi tidak dengan kupu-kupu yang menghampirinya. Garniel sontak menghentikan siulannya, ia menatap cemas sekitar. Ia tak ingin menjadi pusat perhatian oleh siapapun.

"A-aku mohon menjauhlah. Aku tak tahu kalian berasal dari mana dan mengapa kalian muncul. Tolong menjauh dariku," ucap Garniel menatap asal kupu-kupu itu.

Tak lama setelah itu, kupu-kupu tersebut pergi menyebar. Energi bunga dari dalam tubuh Garniel pun menghilang. Garniel bernapas lega, ia segera melanjutkan perjalanannya. Namun, tanpa ia sadari ada sebuah mobil yang orang-orang di dalam mobil itu memperhatikannya. Ada sekitar 6 orang pria berpakaian serba hitam di sana. Salah satu dari mereka adalah sosok pria bermata elang, garis rahang yang tegas, dan alis yang tebal menyeringai menatap Garniel.

ASTRONIELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang