16. CONNECT

231 40 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


^^^ASTRONIEL^^^


Larina menyingkap tirai jendela. Cahaya bulan sangat terang di atas sana, ada banyak bintang yang terlihat berkelap-kelip. Hingga fokus retina Larina tertuju pada satu bintang yang paling terang di antara ribuan bintang itu. Larina menatap sendu, itulah Giant Star yang hanya akan muncul saat-saat tertentu saja. Jauh dari lubuk hati Larina merindukan tempatnya dilahirkan. Ia juga begitu meridukan sang Raja Barganiel. Namun keadaan memaksanya untuk tetap egois tinggal di bumi.

Larina menutup tirai jendela kembali. Ia menghampiri lemari dan berdiri di depannya. Tangannya terangkat, memancarkan cahaya putih yang mampu mengangkat buku panduan bumi hingga tergeletak di atas meja. Larina lalu menghampirinya, duduk dengan tegak dan tenang di hadapan buku tersebut. Larina kemudian membuka lembar buku pada halaman 500. Sinar terang berwarna biru tua perlahan memancar dari lembar kertas itu. Pada lembar itu terdapat gambar penampakan Giant Star dari samping. Larina memejamkan matanya, energinya tiba-tiba keluar. Lalu berbaur menyapu permukaan buku tersebut. Seketika gambar tersebut menjadi hidup. Larina membuka matanya, tersenyum begitu melihat sosok Raja Barganiel sedang menyaksikan ruangan kristal, dimana pedang Astro berada. Tempat penyimpanan pedang itu sesekali bersinar dari dalam. Menandakan adanya kontak antara pedang tersebut dengan Tuannya, Garniel.

"Ibu aku lapar!"

Larina tersentak. Seketika buku tersebut meredup cahayanya dan berubah seperti semula. Larina buru-buru menyimpan buku tersebut kembali.

"Ibu aku makan di luar, ya?" izin Garniel dari luar kamar ibunya.

Larina membuka pintu kamarnya. "Tidak, Niel. Ibu akan memasak untukmu. Apa yang ingin kau makan?" tanya Larina seraya mengikat rambutnya.

Garniel menunduk sedih. "Sepertinya sekali-sekali makan di luar tidak apa 'kan? Temanku berulang tahun, dia akan mentraktir kami. Ayolah Bu, sekali saja," ucap Garniel memohon.

Larina melihat wajah memelas anaknya sungguh tidak tega. Tetapi ia masih takut kejadian dulu terulang kembali.

"Ibu bisa mentraktirmu ma—"

"Aku ingin temanku," sahut Garniel cepat.

"Garniel, Ibu—"

"Ibu hanya akan semakin membuatku penasaran dan mencari tahu pada akhirnya."

Larina sedikit terkejut mendengar penuturan Garniel. Seumur-umur Garniel tak pernah se-serius itu jika berbicara padanya.

"Tidak ada yang perlu dicari tahu. Baiklah kau boleh pergi. Tapi Ibu tak mengizinkan kau berlama-lama. Usai acara makan bersama, kau langsung pulang dan jangan ke mana-mana lagi," kata Larina. Membuat senyum manis terbit di bibir Garniel.

"Sungguh?"

"Hmm."

"Terima kasih, Ibu!" Garniel memeluk sejenak ibunya sebelum pergi menuju kamarnya. Ia akan bersiap-siap sebelum Karin menjemputnya. Tidak menjemput di depan rumah, melainkan di depan komplek rumahnya saja. Karin tahu soal Garniel dan larangan ibunya.

ASTRONIELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang