27. PENYAMARAN VENENUM

120 10 4
                                    

Larina membuka kamar Garniel. Ia lihat putranya sedang mengerjakan tugas sekolah. Larina pun berjalan mendekat, mengusap kepala Garniel hingga membuat Garniel mendongkak melihat ke arahnya.

"Oh, Ibu. Aku pikir siapa," ucap Garniel mengusap dadanya, ia tadi sempat tersentak kecil karena usapan Larina.

"Mengapa kau begitu terkejut? Bukankah di rumah ini hanya ada kau dan Ibu?" ucap Larina tersenyum lembut.

Garniel dengan cepat menutup laptopnya. Ia tersenyum kaku menatap ke arah Larina. "Tadi melihat contoh soal, karena terlalu fokus aku tak mendengar langkah kaki Ibu. Hehe."

"Belajarnya lanjutkan nanti. Kau turunlah ke bawah. Ibu sudah memasakkan kerang untukmu."

"Wah, Ibu membeli kerang? Baiklah, aku akan segera turun. Ibu ke bawah saja lebih dulu. Aku perlu ke toilet setelah membereskan ini," ucap Garniel tersenyum.

Larina mengangguk. "Baiklah. Ibu tunggu di meja makan."

"Baik, Bu."

Setelah memastikan Larina sudah keluar dari kamarnya, Garniel kembali membuka laptop yang tadinya ia tutup. Pada layar laptop itu menampilkan gambar luar angkasa. Rupanya Garniel mencoba mencari tahu soal Giant Star yang disebutkan oleh para pangeran Giant Star, tetapi ia sama sekali tak mendapatkan petunjuk apapun.

"Ck, aku jadi ragu dengan mereka. Jika benar Giant Star itu ada, apa para Astronot tak dapat melihatnya? Apa letaknya begitu jauh sampai tidak terlihat?" monolog Garniel berpikir keras.

Garniel kembali menggeser dan memperbesar gambar itu, tapi tak menemukan apapun di sana. Garniel mengetik pencarian tentang alien. Alhasil Garniel dibuat berdecak melihatnya.

"Tidak-tidak. Alien itu sangat jelek, berarti mereka bukan golongan alien. Tapi mengapa? Kabar fakta atau mitos tentang penemuan alien di luar angkasa saja ada, mengapa mereka tak pernah menemukan penghuni Giant Star juga?"

Di tengah sibuk pemikirannya, Garniel tiba-tiba didera pusing yang tak terkira. Rasa pusing tersebut sungguh membuat dunianya berputar. Garniel memegangi kepalanya dengan tangan kanan, satu tangannya lagi meraba-raba udara untuk mencapai pegangan.

"Arghhh .... A-apa ini." Garniel terjatuh ke lantai. Ia mengeliat memegangi kepalanya dengan kedua tangan. "I-ibu ... Ibu ...." Garniel tiba-tiba mendengar suara dirinya sendiri yang seakan-akan sedang berbicara padanya.

"Jika kau sungguh ingin membuktikan kebenaran soal Giant Star, temuilah Kak Gamma dan ikutlah dengannya mendatangi sumber energi."

"Arghhh! Ibu!"

Garniel tiba-tiba terdiam, rasa sakitnya sudah berangsur hilang. Wajahnya penuh keringat, kedua matanya mulai terbuka menatap langit-langit. Garniel kembali mengingat ucapan itu, Garniel ingat apa yang dikatakan dirinya tadi.

"A-apa tadi orang itu? Garniel Sirius yang mendatangiku waktu itu?" ucap Garniel menerka. "Suaranya sama persis seperti suaraku. Jadi dia ada dalam diriku sekarang?"

Tok-tok-tok. Suara ketukan pintu terdengar, hingga detik berikutnya pintu kamar Garniel dibuka oleh Larina. Larina heran melihat Garniel yang baru saja bangun dari lantai.

"Apa yang kau lakukan? Apa ada yang terjadi padamu?" tanya Larina khawatir.

Garniel menggeleng dengan senyuman manisnya. "Tidak ada, Bu. Tadi hanya mengistirahatkan otakku sebentar. I-ini aku mau keluar. Ayo kita, makan!" Garniel langsung berdiri. Ia mengusap wajahnya yang masih berkeringat.

"Baiklah, ayo makan! Kau harus meminum vitaminmu setelah ini. Jangan terlalu giat belajar, nanti kau lelah."

Meski merasa heran, Larina memutuskan untuk berbalik badan. Larina berjalan lebih dahulu diikuti oleh Garniel di belakangnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ASTRONIELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang