ELF ES
."Kumohon, jangan menyakiti kaum kami!"
Para makhluk mengerikan itu tidak peduli. Dengan tak berperasaan mencabik-cabik bagian tubuh pohon-pohon itu, membuat mereka menjerit kesakitan di dalam kegelapan malam.
"Argh, seseorang tolong!"
Namun itu tak ada gunanya. Tidak ada seorang manusia pun yang mendengar teriakan pilu mereka. Menurut mereka, para tumbuhan adalah makhluk statis yang tidak dapat bergerak atau bersuara. Memang benar para tumbuhan tidak bergerak, tetapi lain dengan mengeluarkan suara. Sayangnya, manusia tidak dapat mendengar segala tumbuhan ditambah lagi di di tengah malam yang gelap gulita.
Makhluk mengerikan itu tanpa ampun mencabik dan merusaki pepohonan itu seolah sedang mencari sesuatu.
"Di mana itu?! Di mana?!"
.
.
.
.
.
🌹.
.
.
.
."Cepat sedikit, kawan. Daratan barat mulai kelihatan!" ujar seorang lelaki bertudung, peluh sebesar biji jagung membanjiri pelipisnya.
"Tunggu, Kim! Kita istirahat sebentar," sahut Zhang yang telah mendarat bokongnya pada hamparan rumput ilalang. Ia mengambil botol air di tas ransel besar lusuh miliknya lalu meminumnya hingga tandas.
"Tunggu apalagi, Zhang? Hari kian gelap, berbahaya bagi kita jika masih terus berada di sini!"
Zhang tidak mengubris perkataan Kim, lelaki itu sangat menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya lembut, angin yang menerbangkan ujung kain penutup matanya yang berwarna hitam pudar, dan angin itulah yang memberikan perasaan tenang bagi seorang Zhang.
Kim yang melihatnya gusar, namun akhirnya ia ikut duduk di samping sahabatnya itu.Semburat kemerahan menghiasi langit di ufuk barat, membuat panorama bukit-bukit dengan hamparan ilalang sejauh mata memandang terlihat sangat indah. Setitik cahaya besar berwarna ke-orengan tampak dihimpit oleh dua lembah besar lainnya. Hal itu membuat seseorang yang duduk di samping kanan Zhang melongo takjub.
"Zhang."
"Eu?"
"Ini pertama kalinya Aku melihat matahari terbenam seindah ini, andai ada sesuatu yang dapat mengabadikannya, Aku pasti akan melihatnya sepanjang waktu."
Zhang mengangguk tanpa menoleh ke arah sahabatnya itu. Penutup mata berwarna hitam Zhang yang menutupi kedua matanya tersebut tidak menghalangi penglihatan lelaki itu sama sekali. Ia masih bisa melihat layaknya manusia normal di balik kain penutup tersebut. Namun tidak ada yang mengetahuinya kecuali orang-orang yang mengenal Zhang tentu saja.
"Ada yang datang!" Kim dan Zhang terkejut dengan penuturan Annchi di belakang mereka, kedua lelaki itu lantas menoleh dan menemukan wajah datar gadis itu. Tidak ada ekspresi seperti tegang, takut, atau apapun, yang ada hanyalah raut datar di sana. Sungguh khas Annchi.
"Aku merasakan aura kuat dari mereka, sepertinya jumlahnya banyak, kita harus bersembunyi" lanjutnya. Tanpa aba-aba, ketiga insan itu mulai bersembunyi dari balik batu yang besarnya melebihi diri mereka sendiri. Ketiganya mengintip, merasa penasaran.
Mentari semakin tenggelam, semburat kemerahan makin pekat.
"Tidak ada apapun. Oh, ayolah Annchi, apa kau berbohong?"
Annchi menjawab dengan singkat padat dan jelas, "tidak."
Kim berdecak lalu keluar dari persembunyian, kemudian ia merentangkan kedua tangannya tinggi-tinggi.
"Ayolah teman-teman, apa kalian akan terus bersembunyi di sana? Tidak ada seorangpun di sini! Ayo pergi!"
Baru selangkah berjalan, Kim berhenti. Lelaki itu mengelus lengannya sendiri.
"Mengapa udara tiba-tiba terasa dingin sekali?"
Wush
Annchi menarik Kim secepat kilat hingga membuat tudungnya terlepas, surai panjang hitamnya berkibar sekejap, ini sungguh membuat Kim kaget setengah mati. Ia protes.
"Apa yang--"
"Diam!" potong gadis itu tajam.
Samar terdengar suara derap langkah kaki kuda dari kejauhan. batin ketiga manusia itu semakin was-was kala suara derap kaki semakin dekat dan jelas.
Puluhan makhluk berwujud indah berjalan menunggangi kuda putih bertanduk indah, Unicorn. mereka melintasi bukit, setiap langkah yang mereka jejaki menimbulkan pancaran salju, bukit dengan hamparan ilalang diatasnya seketika menjadi beku dan dingin.
Oh tidak.
Zhang, Annchi, Kim menggigil!
"Ya Tuhan, makhluk apakah mereka itu?" Kim bergumam di sela kegigilannya.
Zhang melanjutkan, "Putih pucat, bersurai putih juga. Jika mereka bermata biru dan bertelinga runcing, maka...." Zhang tampak berpikir lalu menatap Annchi.
"Ras Elf Es!" kata keduanya bersamaan. Kim mengernyitkan dahi
"Elf Es? Kupikir itu hanya legenda," katanya.
"Ini akibat tidak mendengarkan perkataan Guru." Annchi membalas dengan tampang datarnya.
Kim melotot tak terima. "Apa?!"
Dan perdebatan antara Annchi dan Kim dimulai seperti biasa.
"Hei, kalian, berhentilah berdebat! Sadarlah! Suara kalian telah memancing binatang keluar dari sangkarnya. Coba lihat ke sana!" Zhang memerintah, jari telunjuknya menunjuk sesuatu yang bergerombol berwarna merah yang terlihat jelas, itu karena tidak ada lagi Mega merah menghiasi angkasa. Hanya gelaplah sebagai penggantinya.
Di tengah keheningan itu, Annchi bersuara. "Itu ... Hyena"
Wajah Kim memucat. "Andai aku membeli kuda kemarin..."
"Apa yang akan kita lakukan sekarang?" Pertanyaan bodoh dari Zhang, yang jelas-jelas ia dan semua orang telah mengetahui apa jawabannya.
"LARI!!"
•bersambung•
Hai, 'm here.
Teruskan saja, mungkin pada awalnya akan terasa monoton, but siapa tahu kamu akan berubah pikiran.Hmm, you can call me Author, Jian, Jihan, or author Ji. Sesukamu juga bolee.
🧡
730 kata.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFREENEIA: The Mystical Flowers
AdventureEntah apa yang tersembunyi di balik kain penutup mata berwarna hitam. Mungkinkah sesuatu yang luar biasa? Pasti. Rela minggat dari rumah demi menemukan kebebasan dalam artian rumah yang sebenarnya? Ya, bangsawan aneh. Namanya berarti Bidadari Canti...