𝙲𝙷𝙰𝙿𝚃𝙴𝚁 𝚇𝙸𝙸

1 1 0
                                    

ARAH YANG DIPERTANYAKAN
◍⁠••⁠◍

Zhang menekan kuat tali kudanya, pemuda berpenutup mata hitam itu memacu hewan tunggangannya secepat angin, menerobos bayang-bayang hutan, sementara sang surya mulai menampakkan sinar senja yang jingga di ufuk barat.

"Hyat!"

"Pergilah dari sini. Kalian bebas menentukan tempat tujuan selanjutnya, kemana saja, hingga manusia seperti kalian ternganga dengan apa yang ada di luaran sana."

Zhang mempercepat laju kuda, kain hitam penutup matanya melayang disapu angin senja.

"Serangkai Pengembara menjelajah sampai ke ujung dunia, demi menemukan takdir yang tertulis, demi menemukan jati diri yang sebenarnya."

Zhang menatap datar ke depan, terdengar suara derap kuda di sampingnya, rupanya Annchi dan Kim menyusul. Freissy duduk di belakang Annchi sembari memegang pinggang perempuan itu, ia tidak sanggup terbang jika jaraknya jauh seperti ini.

"Pelan-pelan, pada akhirnya kalian akan kembali dengan sesuatu yang baru. Roserum Lurette! Sampaikan salam ku pada sang Rose!"

Suara tapal kuda terdengar memelan, Zhang dan keduanya turun dari hewan tunggangan mereka, sama-sama mengernyit melihat ke depan.

"Apa ini?!" Kim yang pertama kali bersuara.

"Aku tidak akan menjawab pertanyaan di kepala kalian, anak-anak. Silakan cari tahu sendiri rahasia kertas tua itu. Jadi ... selamat bersusah payah mencari jalan di luar sana, hoho. Ingat, peta itu mengecoh!"

Zhang buru-buru mengambil sesuatu, pandangannya menelisik dengan fokus.

"Ini ... bukan jalan Leon," gumamnya, "dimana kita sekarang?"

Kim mengumpat, tangannya dengan cepat merebut kertas di tangan Zhang, Kim mengeram, ia merutuki peta itu.

"Kakak cantik, apa yang sedang kau lakukan?"

Kedua laki-laki itu menoleh, mendapati Annchi yang sibuk mengelus batang pohon. Lagaknya seperti orang yang sedang melamun.

Kim melihat Zhang bertanya melalui gerakan kepala, Zhang hanya mengedikkan bahu sebagai jawaban.

Freissy mengepakkan sayap, ia menepuk pundak Annchi. Seperti tersambar, perempuan itu terkejut setengah mati.

"Itu tanah tak bertuan, kata mereka," ujar Annchi bergumam.

"Mereka siapa?" Zhang bertanya.

"Pepohonan."

Zhang tertegun, ia melihat Kim tak mengerti.

"Kau bicara dengan pohon?" selidik Kim tak percaya. Annchi mengangguk sebagai jawaban.

"Bagaimana bisa?" Zhang menatap Annchi.

Perempuan itu mengedikkan bahu. "Semenjak bertemu dengannya, aku merasa ada yang berubah dari diriku," ucapnya.

Freissy berbinar mendengar itu, "Kakak sudah bertemu dengan sang Rose? Kapan?"

"Saat aku tak sadar."

Freissy manggut-manggut.

"Ck, hari semakin gelap. Kita tersesat berkat peta tua itu!" umpat Kim. "Annchi, cobalah gunakan kemampuan barumu untuk menanyakan jalan pada pohon kering di situ!"

"Aku setuju," sahut Zhang.

Annchi tak memberikan respon apapun, ia merasa kedua sahabatnya itu ada benarnya, jadi tanpa menunggu lama, diletakkanlah telapak tangannya pada batang pohon sembari memejamkan mata.

AFREENEIA: The Mystical FlowersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang