𝙲𝙷𝙰𝙿𝚃𝙴𝚁 𝚇𝙸𝚇

1 1 0
                                    

MALAM TERAKHIR
.

Tok tok tok

"Kak Annchi! Kau sudah siap?" tanya Freissy di seberang pintu, tampak manis dengan bando putih dan gaun mungil berwarna senada. Freissy hampir mengetuk pintu lagi, tapi tidak jadi saat dua maid Elf membukanya.

"Cantiknya!" Freissy kegirangan sendiri, ia terbang dan berbisik di telinga Annchi. "Siap menggaet para pangeran tampan, Kakakku sayang?"

Annchi geli, lantas menjauhkan anak itu darinya. Kedua maid perempuan yang berada di situ terpana dan saling berpandangan dengan mata berbinar.

"Ayo kita temui Kak Zhang dan Paman Kim!" ajak Freissy dibalas anggukan oleh Annchi.

Sepanjang lorong istana, banyak Elf mondar-mandir membawa barang. Tak ayal, mereka ikut menatap Annchi dengan tatapan kagum saat tidak sengaja berpapasan.

Sedangkan gadis itu merasa tidak ada yang istimewa pada dirinya. Jujur, Annchi tidak terbiasa dirias seperti ini, ia sedikit terbebani.

Meski begitu, ia tetap memasang wajah datar.

"Kak Annchi, senyum!"

Aura Annchi semakin dingin. Freissy agak merinding, bertanya dalam hati apa salahnya menyuruhnya untuk tersenyum?

Gaun putih terusan terbalut dalam tubuh ramping Annchi, bulu mata lentik serta bibir merona membuat semua pasang mata meyakini ... bahwa kecantikan yang dimiliki gadis itu tidak kalah dengan putri kerajaan.

Surai hitam nan legam dibiarkan lurus tanpa diikat ekor kuda seperti biasanya, terdapat dua helai bulu angsa dekat telinga sebagai jepitan.

Melihat Annchi, mereka berpikir bagaimana bisa ada gadis manusia secantik itu? Sayang sekali wajahnya seperti tak ramah, tanpa senyum, terkesan dingin. Membuat orang terintimidasi saja.

Seandainya berkebalikan, Annchi akan mereka panggil dengan ... bidadari dari khayangan.

"Paman Kim!"

Kim keluar, tampak tampan dengan pakaian putih. Freissy terkekeh.

"Tumben Paman tampan?"

"Oh, kemarin-kemarin aku tidak tampan begitu?" sahut Kim sengit. Freissy tergelak.

Kim tertegun melihat tampilan Annchi, rasanya sudah lama sekali tidak ia lihat rambut terurainya. Untuk sesaat, pemuda itu tersenyum teduh.

"Paman~"

Kim melotot, jika anak itu memanggilnya bernada, berarti....

"Kenapa kau melihat Kak Annchi seperti itu~? Tersenyum pula, jangan-jangan-" Freissy menghentikan omongannya, pura-pura terkejut dengan satu tangan menutup mulut.

"Omong kosong!"

"Apanya yang omong kosong? Apanya paman?" Freissy menaikturunkan alis, menggoda Kim.

Annchi merasa heran dengan keduanya yang tak pernah akur.

"Semua katamu it-"

Mereka menoleh kepada Zhang yang melambaikan tangan dari kejauhan, laki-laki berpenutup mata itu juga tampak luar biasa dengan pakaian putih tebalnya.

Mulut Freissy membentuk huruf o, terpana.

"Kak Zhang, ayo ke sini!"

¶¶¶

AFREENEIA: The Mystical FlowersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang