𝙲𝙷𝙰𝙿𝚃𝙴𝚁 𝚇𝙸𝚅

3 1 0
                                    

NEGERI BESAR UTARA

Dingin...

Gadis kecil itu menggigil tatkala ia membuka mata dan gelap menyelimutinya. Terkejut, sebab tak bisa bergerak bebas. Ah, kenapa dirinya diikat seperti ini, dan siapa-

"Mmpphh?"

Pengap, ia berusaha membuka tali pengikat, tapi tak berhasil. Gadis kecil itu geram sekaligus merasa kedinginan. Ah, apa yang ada di bawah di pipinya? Dingin sekali!

"Mmmphh!"

Tak habis akal, Freissy menggigit kuat punggung itu. Membuat empunya terbangun mendadak, merasa kesakitan.

"F-freisy?" Panggilan lemah itu tertuju padanya.

Freissy mengangguk kuat, dengan segera dilepaskan tali-tali yang mengikat gadis kecil itu.

Freissy merasa bebas! Dihirupnya dalam-dalam oksigen-yang terasa sangat dingin-untuk bernapas. Tepat saat membuka matanya, ia terkejut.

"T-tempat apa ini?" ucapnya dengan terbata. "Sa-salju?"

Pandangannya beralih ke samping, terdapat dua pemuda yang terbaring di atas salju. Kedua bibir mereka pucat membiru, seperti Annchi.

Apa yang sebenarnya terjadi? Tanyanya dalam hati.

Freissy melangkah kecil, jejak kaki kecilnya tercetak jelas pada salju tebal yang dipijakinya. Freissy mengusap-usap lengannya sendiri, sangat jelas merasa kedinginan.

"Pa-paman..." Dengan perlahan ia membalikkan tubuh besar itu. Kondisi Kim tidak baik-baik saja, ia pucat dan bibirnya membiru. Freissy menepuk pipinya, panas!

"Kak Annchi! Badan Paman Kim panas sekali!" teriaknya.

Annchi mendekat, wajah cantiknya sungguh menyedihkan, rambut yang awut-awutan. Sorot matanya meredup, bibirnya yang pucat menggigil kedinginan. Ia menghampiri Kim dengan langkah lunglai. Freissy merasa takut, kemungkinan-kemungkinan terburuk mulai menghinggapi kepalanya.

Dan ... rasa takut itu terjadi.

"Tidak, Kak Annchi!"

Di sebuah tempat antah berantah yang dipenuhi oleh salju, matahari tampak mengintip di antara dedaunan Pinus. Cahayanya mengenai kulit seorang gadis kecil yang terisak di depan gadis cantik yang telah roboh bersama dengan pemuda di bawahnya.

Cahaya itu mencoba menenangkan Freissy, meski tak ada lagi kehangatan akibat cuaca dingin yang mendominasi.

¶¶¶

Seperti hamparan putih disertai rumah-rumah yang terlihat kecil dengan orang-orang berpakaian putih berseliweran di ujung sana, begitu ramai. Seramai telinganya saat ini.

"Mereka terbang bebas, ya, Kakak?"

Perempuan berambut pirang keemasan panjang itu menoleh ke atas, mendapati puluhan burung putih yang beterbangan secara rapi.

"Barangkali suatu hari nanti aku ingin menjadi seperti mereka yang berani mengepakkan sayapnya ke mana saja."

Netra biru safir dengan bulu mata keemasan lentik nan panjang menatap sang Adik dengan tatapan lembut. Tak lama, ia mengacak rambut pirang gadis remaja itu.

"Mimpi yang besar, usaha yang luar biasa. Jangan lupakan itu, Aurora."

Aurora mendengus pelan, "Apa gunanya mimpi yang besar jika tidak mempunyai kekuatan?" Suara gadis remaja itu mengecil. "seperti diriku..."

Kamar elegan bewarna putih dengan perabotan khas kerajaan berubah senyap, tidak ada yang bersuara diantara mereka. Sejenak, hatinya diselimuti rasa bersalah. Spontan, ia memeluk Aurora.

AFREENEIA: The Mystical FlowersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang