𝙲𝙷𝙰𝙿𝚃𝙴𝚁 𝚇𝚅

6 1 0
                                    

MAWAR BIRU
«»

"Ada sebuah tempat antah berantah di luar sana yang tidak diketahui manusia. Permukaannya berlapiskan salju. Makhluk di sana terkenal dengan keindahannya. Mata mereka sebiru langit, kulit mereka seputih porselen dengan rambut yang berwarna sama. Ujung telinga yang runcing menjadi pembeda antara mereka dan makhluk lain. Setiap langkah yang mereka jejaki, aura putih menguar saking dinginnya. Mereka, ras Elf Es memiliki kekuatan yang tidak dimiliki manusia"

"Guru, apakah mereka itu nyata?"

"Aku percaya dengan keberadaan mereka, Zhang."

"Ah, tidak mungkin. Itu pasti semacam khayalan atau dongeng Guru."

"Dunia ini begitu luas, Kim. Ada banyak hal yang tersembunyi membuat kita tidak mengetahui apapun. Annchi! Kemarilah, jangan berdiam diri!"

"Apakah Guru pernah bertemu dengan mereka?"

"Guru?"

¶¶¶

"Wibawa yang agung, salam untuk Anda, Yang Mulia Raja Latiefo Elveis. Penguasa tanah putih, Negeri Pecahan Es."

Dengan hormat laki-laki berpenutup mata itu menyentuh dada dengan telapak tangan sembari menunduk. Gadis kecil itu digendongnya erat-erat.

Semua yang berada di sana merasa terkejut.

"Angkat kepalamu."

Zhang patuh, ia mengangkat kepalanya perlahan, lalu bertemu pandang dengan mata biru sang Raja. Tak dipungkiri, kini pemuda itu semakin merasa kedinginan. Namun, hal itu ia sembunyikan.

"Aku tidak menyangka, dua orang tamu manusiaku mengenal namaku."

Zhang mengernyit.

"Gadis yang bersama kalian telah dibawa para maid untuk membersihkan diri." Bak bisa membaca pikiran, Raja itu menjawab rasa penasaran Zhang.

"Siapa namamu?"

"Zhang Lazuardi, Yang Mulia." Sekali lagi, pemuda itu kembali menunduk sopan.

"Sebentar lagi akan ada maid yang mendampingimu untuk membersihkan diri. Bukankah kau kedinginan, Manusia?"

Laki-laki itu tanpa sadar telah mengangguk.

"Manusia memang tidak akan mudah bertahan di wilayahku tanpa pakaian hangat. Sekarang pergilah, hangatkan dirimu dahulu."

Zhang mengukir senyum tipis, sang Raja benar-benar sosok yang perhatian.

"Tabib. Periksa anak ini."

"Baik, Yang Mulia."

Elf yang dipanggil tabib itu mengulurkan lengannya yang sudah mengendur akibat faktor usia, Zhang yang mengerti lantas memberikan Freissy kepada elf tersebut.

Sudut pandang laki-laki itu melirik. Kim terbaring tidak berdaya dengan wajah yang sedikit memerah, Elf yang sedari tadi menutupi sosok Kim telah menyingkir ke samping, membuat Zhang lebih leluasa memerhatikan sahabatnya itu dengan prihatin. Batin laki-laki itu diseruduk oleh sejumlah pertanyaan yang tak mungkin juga ia tanyakan sekarang.

"Sekarang pergilah," titah sang Raja. "Temanmu itu akan baik-baik saja, tabib kerajaan akan mengobatinya."

Zhang menghela napas berat, pasrah tatkala dirinya dikelilingi para maid yang akan mendampinginya keluar. Sekali lagi ia menoleh ke belakang, berdoa untuk keselamatan sahabatnya yang terpejam lemah di atas tempat tidur.

"Sepertinya mereka melalui jalan bekas itu, ya? Jika tidak, mana mungkin dia mengalami seumapapot setelah berhadapan dengan mereka."

"Ya, Yang Mulia." Tabib tua itu hanya mengangguk sembari menunduk. Pandangan sang Raja terus tertuju pada Kim.

AFREENEIA: The Mystical FlowersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang