𝙲𝙷𝙰𝙿𝚃𝙴𝚁 𝚅

38 2 0
                                    

^√^√^√^√^√^√^√^√^√^√^√^√^√^√^√^√^

D.A.N.G.E.R.O.U.S


Lama merenungi, sekaligus tidak memedulikan seorang anak perempuan bersayap mungil merah muda asyik berceloteh. Sejenak gadis berusia 20 tahun itu mengernyit, samar-samar terdengar suara lirihan berupa ... geraman? Dari kejauhan. Efek mempunyai kemampuan mendengar yang tinggi, Annchi menutup mulut gadis kecil itu dengan telunjuk, berusaha mendengar lebih jelas suara yang menggangu pendengarannya.

Annchi memicingkan mata, melihat sesuatu dalam kegelapan di balik jendela. Salahnya sendiri membuka tirai di tengah malam, gadis itu membelalak kemudian.

"Ini tidak mungkin...."

Freissy menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Ada apa, Kakak Cantik?"

Annchi tidak menjawab, gadis itu melesat cepat keluar dari kamar, sedang Freissy mengekor dari belakang.

Brakk!

Bunyi pintu yang didobrak membuat dua pemuda terbangun kaget. Kantung mata dan rambut panjang awut-awutan sangat menghiasi penampilan ala bangun tidur mereka.

"Ikut aku!" Annchi berseru, namun mereka tidak memedulikannya dan kembali tidur saking mengantuknya.

Gadis cantik itu menendang pintu kembali, ia tidak peduli jika penghuni lainnya terbangun.

"Annchi! Apa yang sedang kau lakukan?! Di luar masih gelap!" Kim telah tersadar sepenuhnya. Sedangkan Zhang menutup mulutnya yang menguap.

"Cepat ikut aku!" seru gadis kucir kuda itu lagi. Kedua lelaki itu berusaha bangkit walau enggan untuk beranjak.

Tidak butuh waktu lama untuk tiba di kamar Annchi yang hanya berjarak dua kamar lainnya.

"Apa yang sebenarnya kita cari? Dan siapa anak menggemaskan ini?"

Mendengar itu, Zhang baru menyadari bahwa ada seorang gadis kecil mengikuti mereka sedari tadi.

"Aku ini cantik, bukan menggemaskan, Paman!" sahut Freissy dengan nada tak suka.

"Apa? Kau memanggilku Paman? Hei! Tidakkah kau melihat wajahku yang muda nan tampan ini?" Kim mencubit pipi gadis kecil itu keras-keras.

Tepat lengkingan kesakitan gadis kecil itu mengudara, suara geraman datang tiba-tiba. Membuat suasana di dalam kamar itu menjadi diam tak bersuara. Bulu kuduk keempat insan itu berdiri, tak menduga sesuatu terjadi.

"Oh tidak, di-dia telah datang."

Ketiga sahabat itu mengernyit bersamaan, tak mengerti sama sekali maksud kalimat sang gadis kecil.

"Kakak ... a-yo pergi da-ri sini. Disini ti-dak aman sama sekali...." Freissy menarik ujung baju Annchi, lalu menggenggamnya erat.

Suara geraman terdengar lagi. Kali ini lebih keras, lebih dekat. Seolah siap mendatangi mereka kapan saja.

"Apa itu tadi?!" tanya Kim, lelaki yang bahkan belum mencuci mukanya sendiri itu berekspresi tegang sekali.

Lagi, geraman itu datang kembali. Detak jantung memompa kian cepat, bulih-bulih keringat mulai bermunculan, masing-masing dari mereka sama-sama merasa kacau, bingung, sekaligus panik. Termasuk Annchi, melihat wajahnya yang terlihat tenang pasti akan tertipu. Pada kenyataan yang sebenarnya hati gadis kuncir kuda itu berdentum-dentum tak karuan, berbanding terbalik dengan ekspresi yang ditampilkan.

"Kakak ... Ayo kita pergi dari sini, kumohon!" Freissy berucap lirih, rona mukanya kian pucat, sepucat porselen.

Brak!

AFREENEIA: The Mystical FlowersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang