"Hari ini Presdir Choi berhalangan datang, dan kebetulan aku juga tak bisa pergi ke kantor, jadi tolong sampaikan pada semuanya bahwa pertemuan hari ini akan diundur menjadi besok di ruangan yang sama dan tempat yang sama. Persiapkan semuanya, aku butuh data yang lebih detail dan akurat dibanding data yang telah kau kirimkan kemarin,"
"Baik, Presdir, akan saya sampaikan,"
"Jangan lupa mengabari semisal besok ada yang berhalangan untuk hadir. Aku takkan mempermasalahkan seperti waktu itu asal sebelumnya kalian sudah mengabari lebih dulu. Tak harus langsung padaku, kalian bisa mengabari dan memberitahu Tanaka atau siapa pun itu, aku hanya butuh alasan yang jelas, hanya sesederhana itu. Aku tak ingin kejadian yang sama kembali terulang karena besok kita akan menjamu seorang tamu,"
"Baik, Presdir, masih ada lagi?"
"Tidak, kurasa semua sudah cukup. Apabila nanti masih ada yang ingin kutambahkan, aku yang akan menghubungimu, saat ini aku sedang mengecek semua laporan kalian. Semisal sampai sore nanti aku tak menghubungimu, berarti tak ada tam—"
"JIJI!"
"—Kututup teleponnya."
"Jiji, cini!"
Sepagi ini, kediaman Yizhou sudah sangat ramai. Setahun terakhir tiada pagi yang damai untuk penghuni rumah tanpa teriakan seorang anak kecil yang sedang senang-senangnya berlarian ke sana kemari. Matahari baru saja terbit beberapa menit yang lalu, baru saja memperlihatkan sinar keemasannya, namun anak laki-laki berusia satu tahun itu sudah sangat menguras setengah tenaga Yizhou.
Demi Tuhan, Yizhou baru beberapa menit meninggalkannya untuk mengangkat telepon dari kantor, tetapi anak itu yang tadi sedang bermain di dekatnya tahu-tahu sudah berlari entah ke mana. Yinxue sangat aktif. Sejak ia mulai bisa berjalan dan berlari, tiada hari bagi semua penghuni rumah untuk tidak waspada, Jiyeon bahkan sampai meminta maid untuk menyingkirkan benda rawan pecah seperti guci dan sejenisnya ke gudang belakang rumah. Suatu hari, anak itu pernah tak sengaja memecahkan vas bunga yang menyebabkan kakinya terluka hingga berdarah, semenjak kejadian itulah mereka mewaspadai tiap pergerakan Yinxue ke mana pun.
"Yinxue! Jangan berlari, Nak!"
Yinxue, anak laki-laki itu mana peduli dengan teriakan kakeknya. Ia yang pada dasarnya tak bisa diam jelas senang sekali saat dibiarkan bermain di halaman seperti ini, apalagi bermain di dekat kolam renang.
"Yinxue, berhenti di situ! Di situ licin, Nak, jangan pergi ke mana-mana!"
"Jiji, ayo cini!"
Melihat Yinxue yang tahu-tahu sudah berada di pinggir kolam membuat jantung Yizhou serasa berhenti berdetak. Secepat kilat ia berlari menyusul anak itu dan menggendongnya menjauhi kolam. Bagaimana bisa Yinxue yang tadi sedang berlari di halaman dekat dengan bunga-bunga milik Jiyeon tahu-tahu sudah berlari ke dekat kolam?
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRACLE 2 : "Flowers and Promises"
RandomKau berjanji untuk menjadi orang yang lebih kuat, kau berjanji untuk tetap bertahan sesulit apa pun keadaan yang kau hadapi, namun apakah janji itu sudah bisa kau tepati? Bisakah kau menepati janji itu dan mengabulkannya agar orang yang diam-diam se...