Setelah berbulan-bulan lamanya terpisahkan oleh jarak dan waktu, dapat berkumpul kembali dalam keadaan sehat menjadi hal yang sangat amat membahagiakan. Kepulangan Chanyeol dan Catherine memang sudah ditunggu sejak Chanyeol mengabari bahwa Catherine tengah mengandung anak pertama mereka, dan kini rasa rindu itu akhirnya terbayar lunas ketika mereka bisa saling bercengkerama lagi.
Rumah ini sejatinya tak pernah sepi, hampir selalu ramai sampai membuat seluruh penghuni lupa kapan terakhir kali mereka merasakan ketenangan. Tak dipedulikannya lagi ruang keluarga yang terlihat berantakan. Toh, tadi Yizhou hanya terkejut dan heran saja, bukan benar-benar bermaksud ingin marah seperti yang sudah-sudah. Ia juga merindukan anak dan menantunya, jadi mana mungkin di pagi hari yang indah ini ia sudah menghabiskan setengah energinya untuk marah?
"Apakah dia banyak membantumu selama di Guangzhou, Nak?"
"Um, Chan banyak membantuku, hanya pada awalnya saja ia sibuk dan seringkali pulang larut, tapi sesudahnya ia menemaniku hampir tiap hari," jawab Catherine jujur. "Pada awalnya, saat aku belum tahu jika aku tengah mengandung, aku pikir mual dan pusing yang kurasakan hanyalah akibat dari kelelahan atau semacamnya. Tapi, karena mual dan pusingku tak kunjung sembuh setelah berhari-hari, aku pun memberanikan diri untuk pergi ke rumah sakit seorang diri,"
"Seorang diri?"
Catherine mengangguk. "Saat itu ia masih sangat sibuk, Pa,"
"Chan,"
"Walaupun aku pergi seorang diri, tapi aku tak menyetir mobil sendiri, Pa. Ada yang menemaniku," Catherine buru-buru meluruskan, buru-buru menambahi perkataannya sebelum suaminya akan terkena omelan. Kali ini ialah yang salah karena tak langsung berbicara secara lengkap dan jelas. "Aku memang tak memberitahunya jika aku ingin ke rumah sakit pada saat itu, jadi wajar jika ia tak tahu dan tak bisa mengantarku. Tidak apa, Pa, aku baik-baik saja,"
"Lalu apa yang kau rasakan sekarang, hm?" tanya Jiyeon.
"Hanya sedikit pegal, tapi aku sudah tidak mual lagi,"
"Kalau begitu istirahatlah. Ayo, Mama antar ke kamarmu,"
Catherine, ia tak punya pilihan selain mengiyakan ajakan Jiyeon yang sudah lebih dulu menggandengnya. Ia tak enak, tapi apa mau dikata karena ia juga tak bisa menolak.
"Di mana Tuan Tanaka, Pa?"
"Ia sedang berada di Jepang. Setelah menemaniku menghadiri pertemuan, malamnya ia meminta izin untuk pulang karena istrinya tengah dirawat, karena itu pula kukira yang datang tadi adalah dirinya, bukan dirimu," selama Tanaka tak ada, mau tak mau ia memang harus menyelesaikan pekerjaannya sendiri, memang terasa lebih berat, tapi ia juga tak sejahat itu mengganggu waktu Tanaka. "Pagi ini aku akan ke Downtown, setelah itu aku akan berada di rumah untuk waktu yang tak dapat ditentukan,"
"Kenapa?"
"Pasti Mama yang meminta," tebak Sehun. "Benar, kan?"
Yizhou tidak menjawab, ia hanya diam sambil tersenyum.
"Kau harus tahu betapa sibuknya Papa akhir-akhir ini, Hyung, saking sibuknya tak terhitung sudah berapa kali Mama mengomeli Papa tiap harinya. Aku senang karena kau pulang lebih cepat dari perkiraan, karena apabila suaraku dan suaramu disatukan maka kita pasti bisa melawan Papa," lelah sekali rasanya jika tiap pagi ia harus menyambutnya dengan pertengkaran, selama tujuh bulan terakhir selalu saja ada hal yang membuatnya emosi pada sang ayah yang keras kepala. "Kau tahu, Hyung? Papa pernah sengaja tidak datang saat ada jadwal fisioterapi,"
"Iyakah?"
"Dan justru pergi ke Richmond sampai malam,"
"Kenapa kau senang sekali mengungkit yang sudah berlalu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRACLE 2 : "Flowers and Promises"
RandomKau berjanji untuk menjadi orang yang lebih kuat, kau berjanji untuk tetap bertahan sesulit apa pun keadaan yang kau hadapi, namun apakah janji itu sudah bisa kau tepati? Bisakah kau menepati janji itu dan mengabulkannya agar orang yang diam-diam se...