Suyin masih belum kunjung pulang. Ia masih setia menunggu Yizhou meski sudah berulang kali ia mendapat tatapan tak mengenakan dari Jiyeon. Mulai dari cara halus hingga agak kasar sudah dicoba oleh Jiyeon namun Suyin tetap bergeming. Ia tak menghiraukan usiran itu, tak peduli dan tetap bertahan di tempat duduknya.
Suyin memang tak melakukan hal membahayakan selain duduk, bermain dengan ponselnya, lalu mengajaknya berbicara singkat-singkat. Tapi, sebagai pemilik rumah Jiyeon jelas tak nyaman dengan kehadiran Suyin yang sedikit tak tahu diri sebagai tamu. Ia yang terus menerus bertanya kapan Yizhou akan pulang membuatnya sangat amat gerah dan jengkel.
"Kenapa kau memilih meninggalkan karier bermusikmu?"
"Aku ingin fokus mengurus keluargaku,"
"Meski ia justru sibuk bekerja seperti ini?"
"Bekerja adalah kewajibannya sebagai kepala keluarga, Suyin, lagipula sesibuk apa pun dirinya dia masih tetap ingat pada rumah. Yizhou sudah sibuk sedari muda, jadi seharusnya hal itu bukan suatu hal yang mengherankan untukmu, kan? Meninggalkan karier bermusik yang sangat kucintai memang berat, tapi ia yang membiarkanku melakukan apa pun yang kusukai selagi dia bekerja juga membuatku senang, lantas apa masalahnya?"
Suyin jelas tak suka mendengar jawaban itu, tapi ia yang masih ingin terus menguji kesabaran Jiyeon tidak akan berhenti bertanya sampai Jiyeon sudah kehabisan akal untuk menjawab pertanyaannya. Ia bosan menunggu, tapi ia juga tak ingin pulang begitu saja tanpa bertemu Yizhou yang entah di mana ia berada sekarang.
"Tapi ia tak sebaik itu padamu,"
"Itu dulu,"
"Kenapa kau tetap memilih bertahan padahal ia pernah menyelingkuhimu?"
"Kenapa kau ingin tahu?"
"Hari-hari di mana ia selalu datang ke rumahku lalu bermalam bersamaku sambil bergurau akan kembali padaku setelah anak kalian lahir adalah kenangan indah yang sangat menyakitkan. Aku tak pernah melupakan itu, aku selalu mengingatnya, bahkan ketika ia justru mengingkari janjinya dan memilih tetap mempertahankanmu. Seharusnya kau meninggalkannya."
"Jika aku meninggalkannya, aku hanya membuatmu semakin merasa di atas angin, kau akan merasa menang dan senang karena rencanamu untuk memisahkanku dan dirinya ternyata berhasil. Aku tak ingin hal itu terjadi. Aku ingin tetap mempertahankan pernikahanku dengan cara apa pun. Meski aku harus tersakiti karenanya, meski aku harus berjuang seorang diri, tapi pada akhirnya aku berhasil mendapatkan cintanya. Aku berhasil membuatnya melupakanmu sebagai cinta pertamanya. Aku tahu kalian tak berpisah secara baik-baik, tapi bukan berarti kau bisa terus mengusik hidupnya seperti ini, Suyin,"
"Kau bodoh, tak seharusnya kau bertahan di saat kau jelas-jelas tahu dan sadar bagaimana dia memperlakukanmu selama ini. Kau bilang, kau berhasil mendapatkan cintanya, tapi apakah kau benar-benar berhasil membuatnya melupakan aku? Ia tak pernah melupakanku. Tidakkah kau ingat saat ia memelukku di depan matamu? Apakah kau sudah melupakannya?"
"Kaulah yang memeluknya, Suyin, jangan mengada-ada,"
"Aku hanya mencoba mengutarakan fakta, Jiyeon,"
"Fakta mana yang kau maksud? Seperti yang kau bilang, aku melihat semua kejadian itu di depan mataku, dan kaulah yang memeluknya bukan dirinya. Ia bahkan tak membalas pelukanmu sama sekali, ia tetap diam, tapi kaulah yang tak tahu diri tetap memeluknya sampai tak ingin melepasnya. Kau pikir aku tak melihat semua itu? Semakin kau mencari-cari topik tak penting agar aku cemburu maka semakin terlihat jika kaulah yang tak bisa melupakannya,"
"Aku memang tak ingin melupakannya,"
"Bukan urusanku,"
"Kau sendiri juga tak pernah melupakan Xiao Han, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRACLE 2 : "Flowers and Promises"
عشوائيKau berjanji untuk menjadi orang yang lebih kuat, kau berjanji untuk tetap bertahan sesulit apa pun keadaan yang kau hadapi, namun apakah janji itu sudah bisa kau tepati? Bisakah kau menepati janji itu dan mengabulkannya agar orang yang diam-diam se...