16 - Teman Baru

11 1 0
                                    

Yishan tahu Darren sudah datang ketika melihat kakeknya sudah berada di rumah. Yishan juga tahu bahwa kamar lantai bawah yang selama beberapa hari sudah dihiasnya itu kini sudah berpenghuni. Namun, Yishan masih belum berani bertemu dengan Darren, ia masih sangat malu karena ini adalah kali pertama ia memiliki seorang teman lagi setelah nyaris setahun lebih berpisah dengan teman-temannya di Seoul. Yishan berharap Darren mau muncul dengan sendirinya tanpa ia harus menemuinya lebih dulu, tapi sepertinya Darren juga anak yang pemalu.

Sejak hari ia datang, Darren hanya akan keluar kamar bila dipanggil, selebihnya ia lebih suka berdiam diri di kamar sambil menggambar atau membaca. Buku-buku yang ada di kamar barunya memang tak semuanya menarik dikarenakan pembahasannya yang terlalu rumit, namun ada beberapa buku yang ceritanya ringan hingga ia bisa menghabiskannya dalam waktu semalam. Darren suka dengan kamar ini. Kamar ini cukup mirip dengan kamar lamanya. Tidak banyak perabotan, tidak banyak juga hiasan-hiasan di dinding. Dulu, dinding kamarnya benar-benar polos tanpa foto satu pun sebelum akhirnya tangannya yang gatal mulai mengubah dinding itu menjadi kanvas.

Yizhou bilang, jika ia ingin menempel gambarnya di dinding maka lakukan saja, tapi saat ini ia belum berpikir untuk melakukannya mengingat gambar-gambarnya disimpan oleh Liyin. Saat ia sedang asyik menggambar di atas tempat tidur, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamarnya. Segera saja ia menyimpan gambar yang belum selesai itu ke atas meja lalu membuka pintu kamar. Dilihatnya Lian Hua sedang berdiri sambil membawa nampan berisi makanan untuknya, namun di belakangnya seorang gadis kecil diam-diam ikut mengikutinya.

"Selamat pagi, Darren,"

"Selamat pagi, Bibi Hua,"

"Karena semalam kau tidak ikut makan malam bersama dan Bibi juga tidak tega membangunkanmu yang kelihatannya sangat lelah, jadi pagi ini Bibi membawakan sarapan untukmu. Ada sup ikan pedas dan apel sebagai buahnya. Kali ini kau harus menghabiskannya, ok?" saat menaruh nampan tersebut di atas meja, Lian Hua tanpa sengaja melihat ada buku gambar di atas sana. "Boleh Bibi singkirkan buku gambarmu agar tak basah terkena sup?"

Darren mengangguk.

"Apa yang sedang kau gambar, hm?"

"Kelinci, tapi belum jadi,"

"Kenapa kau menggambar kelinci?"

"Aku lihat di halaman belakang ada taman bunga kecil, terus ada bunga yang warnanya persis seperti warna wortel, jadi aku pikir mungkin saja kelinci bisa hidup di sana. Tadinya aku juga mau gambar bunga sebagai latarnya, tapi aku tidak bisa menggambarnya," jawab Darren setelah selesai mengunyah. Hei, tunggu sebentar. Sup ini meski pedas namun enak sekali, rasa-rasanya ia belum pernah memakan sup seperti ini sebelumnya. "Bibi Hua, aku mau tanya,"

"Tanya apa, sayang?"

"Siapa yang membuat sup ini?"

"Bibi Hua dan Bibi Catherine,"

"Enak. Aku suka."

"Kalau kau suka kapan-kapan Bibi akan membuatnya lagi," Lian Hua tersenyum, lalu perhatiannya kembali teralih pada gambar Darren. Yishan yang duduk di sebelah sang ibu juga ikut melihat-lihat. "Bakatmu perlu diasah. Mungkin suatu saat kau bisa menjadi pelukis handal atau bahkan seorang arsitek yang suka menggambar bangunan. Apakah kau sudah tahu ingin menjadi apa ketika dewasa nanti?"

"Aku suka menggambar dan melukis, tapi... Aku juga mau menjadi dokter seperti Yeye," sorot matanya mendadak berubah menjadi sendu, namun tak lama kemudian sorot matanya berubah kembali menjadi ceria. "Yeye bilang aku harus jadi anak pemberani, aku tidak boleh takut pada darah atau orang sakit kalau mau menjadi dokter, tapi sekarang aku masih takut dengan darah,"

"Yishan juga takut dengan darah,"

"Oh iya?"

Yishan mengangguk, tapi ia masih memalingkan wajahnya dan menolak bertatapan mata dengan Darren. Sejak masuk ke dalam kamar Darren sampai sekarang, gadis kecil itu terus mengekori Lian Hua, bersembunyi di belakang sang ibu atau bersandar pada sang ibu agar ia hanya terlihat dari samping.

MIRACLE 2 : "Flowers and Promises"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang