Kabar yang sudah ditunggu-tunggu itu akhirnya sampai ke telinga Wang Jie. Lewat sambungan telepon, anak buahnya menyampaikan bahwa pesan tersebut telah sampai kepada Yizhao, dan kabar baiknya lagi ide yang tanpa Yizhao ketahui ia rencanakan bersama Shuxian itu langsung diterimanya tanpa protes.
Bekerja bersama orang yang mempunyai tujuan yang sama memang menyenangkan, dan ia pun mengakui hal tersebut, hanya saja karakter mereka yang tak jauh berbeda membuat mereka juga lebih sering berselisih paham. Seandainya tak ada tujuan sama yang ingin dicapai, ia jelas tak sudi bekerjasama dengan pria itu, bahkan untuk sekadar menyebut namanya saja ia sangat enggan. Ia tak menyukai pria itu, bahkan bisa dibilang sangat membencinya, tapi di sisi lain ia juga membutuhkannya untuk memuluskan rencananya.
Setidaknya, hanya untuk saat ini.
Kala ia ingin menelepon Shuxian, kala ia baru saja hendak menempelkan ponselnya ke telinganya, tiba-tiba pintu kamarnya terbuka. Jantungnya sempat berhenti berdetak selama beberapa saat, namun ketika ia menyadari bahwa ternyata orang yang membuka pintu adalah cucunya, ia pun menghela napas panjang.
Sungguh, ia kira orang itu adalah Dae-Jung.
"Nainai sudah tidur, ya?"
"Siapa yang bilang Nainai sudah tidur, hm?"
"Dae-Jung Harabeoji,"
"Dan kau percaya?"
Anak laki-laki itu tersenyum malu-malu, kemudian mengangguk.
"Ada apa, hm? Kenapa tiba-tiba mencari Nainai? Tidak biasanya kau seperti ini," tanya Wang Jie penuh selidik. "Apakah kesayangannya Nainai sedang menginginkan sesuatu?"
"Tidak, Nainai, tapi aku mau bilang kalau liburanku harus diperpanjang karena aku mau pergi ke Seoul bersama Dae-Jung Harabeoji," anak laki-laki itu—Dylan, tersenyum manis. Liburan yang ia maksud di sini bukanlah libur sekolah, melainkan libur dari kursus matematika yang sangat dibencinya, padahal ia baru akan masuk ke sekolah dasar beberapa bulan lagi. "Matematika menyakitiku, Nainai, jadi aku mau liburanku ditambah karena aku masih mau bersenang-senang bersama Nainai dan Dae-Jung Harabeoji. Terima kasih, Nainai, sekarang aku mau tidur,"
"Tunggu sebentar, Dylan,"
"Huh? Kenapa?"
"Dae-Jung Harabeoji memang ingin pergi ke Seoul, tapi siapa yang bilang kalau Dae-Jung Harabeoji akan mengajakmu juga, hm? Dae-Jung Harabeoji saja belum mengatakan apa pun pada Nainai, jadi kenapa kau bisa yakin sekali? Selama kau berada di sini, kau memang terbebas dari kursus matematika, kau bebas bermain juga bersenang-senang, tetapi jangan mencari kesempatan untuk menghindar seperti itu, Dylan,"
"Tadi aku menguping,"
"Lalu?"
"Aku dengar Dae-Jung Harabeoji sedang mengobrol dengan seseorang lewat telepon, terus aku juga dengar Dae-Jung Harabeoji seperti sedang meminta izin, kemudian aku mengintip sedikit dan ternyata Dae-Jung Harabeoji sudah tersenyum." Jelas Dylan dengan bahasa alakadarnya. "Kalau Dae-Jung Harabeoji sudah tersenyum, artinya orang itu mengizinkan aku ikut, Nainai. Jadi cepat beritahu Mama dan Papa kalau liburanku akan diperpanjang,"
Wang Jie menggeleng, menolak dengan tegas.
"Huh, kalau Nainai tidak mau tidak apa, nanti aku akan minta Dae-Jung Harabeoji yang beritahu Mama dan Papa,"
"Dylan,"
"Kepalaku bisa meledak kalau belajar matematika terus, Nainai, pokoknya aku mau liburanku diperpanjang! Aku mau pergi ke Seoul saja,"
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRACLE 2 : "Flowers and Promises"
RandomKau berjanji untuk menjadi orang yang lebih kuat, kau berjanji untuk tetap bertahan sesulit apa pun keadaan yang kau hadapi, namun apakah janji itu sudah bisa kau tepati? Bisakah kau menepati janji itu dan mengabulkannya agar orang yang diam-diam se...