10 - Akhirnya Dia Bicara

13 1 0
                                    

"Saat usianya baru menginjak tiga tahun, ia sudah menunjukkan bakatnya dalam bidang seni, ia senang menggambar juga senang melukis. Tembok kamarnya selalu dipenuhi oleh gambar abstraknya, tiap kali ia menemukan spot kosong, ia pasti akan menjadikan spot itu sebagai tempatnya menggambar. Tuan Wu menyadari bakat itu, kemudian ia pun memanggil guru ke rumah untuk mengajarkan Darren teknik dasar menggambar dan melukis,"

"Apakah Anda menyimpan hasil karyanya?"

"Saya selalu menyimpan semua hasil karyanya, nanti akan saya tunjukkan pada Anda," Liyin tersenyum. "Mohon maaf sebelumnya, saya kira Anda takkan datang lagi, jadi saya belum menyiapkan apa pun untuk menyambut Anda,"

"Beberapa hari ini saya sedang banyak urusan, jadi saya tak sempat mampir," Jae-Hyung yang bekerjasama dengan Chanyeol dan Selene sedang mencari cara untuk membawa Darren pergi dari tempat ini, dan selama beberapa hari itulah ia disibukkan dengan masalah tersebut. "Saya harap Anda tak berpikir bahwa kedatangan saya saat itu hanyalah sekadar bermain-main atau bercanda. Saya serius ingin membawanya jika Anda mengizinkan,"

Liyin tertawa.

"Apakah Anda sungguh akan baik-baik saja berpisah dengannya?"

"Pada awalnya tentu saya takkan baik-baik saja, biar bagaimanapun sayalah yang merawatnya sejak ia lahir, lalu saya jugalah yang menemaninya ketika Tuan Wu tiada. Rasanya pasti akan sangat berat, tapi jika hal itu adalah jalan terbaik yang Tuhan berikan, saya tak mungkin menghalangi. Masa depannya masih sangat panjang, dan menahannya terus menerus di tempat ini seperti mengurung kebebasannya, saya akan bahagia jika ia juga bahagia dengan hidupnya. Saya percaya bahwa Anda adalah orang baik,"

Jawaban Liyin yang terdengar tulus entah kenapa justru membuat Jae-Hyung yang mendengarnya merasa sesak. Di satu sisi ia tak tega jika harus memisahkan mereka, namun di sisi lain keselamatan Darren bisa saja terancam jika ia tak segera membawanya pergi.

"Ketika Anda membawanya nanti, maka itu artinya saya sudah tak memiliki hak atas dirinya, namun jika Anda tak keberatan, bolehkah saya sesekali mengunjunginya? Mungkin tak sering. Jadi saya sangat berharap Anda selalu terbuka kepada saya atau Mujin mengenai keadaannya di rumah barunya," Liyin percaya pada Jae-Hyung, namun tentu ia juga mempunyai kekhawatiran tersendiri apakah benar Jae-Hyung akan memperlakukan Darren dengan baik atau tidak.

"Anda tak perlu khawatir tentang itu, dan tentu saya akan mengizinkan Anda untuk mengunjunginya. Biar kata nanti ia sudah tinggal dengan nyaman dan aman di rumah barunya, ia pasti takkan pernah melupakan Anda dan keluarganya di sini, dan saya juga tak berniat membuatnya lupa dari manakah ia berasal," sebagai orang yang seringkali bepergian ke berbagai tempat, satu hal yang selalu Jae-Hyung ingat adalah, tempat kelahirannya akan selalu menjadi rumahnya untuk selamanya. "Keluarga barunya pasti akan menyayanginya, Anda tenang saja,"

"Apakah Anda sudah berkeluarga?"

"Ah, belum, tapi saya sudah memiliki kekasih,"

"Apakah kekasih Anda tahu bahwa Anda ingin mengadopsi seorang anak?"

"Eh, d-dia... Dia sudah tahu," aduh, kenapa ia mendadak bingung seperti ini? Jae-Hyung benar-benar tak menyangka Liyin akan bertanya sampai sejauh itu. "Pada awalnya kami memang berniat mengadopsinya untuk dijadikan anak ketika kami resmi menikah nanti, tapi setelah kemarin saya berdiskusi dengannya, kami memutuskan agar Darren tinggal bersama salah satu kerabat kami. Mereka sangat penyayang, sangat lembut dan sangat perhatian pada anak-anak, oleh karenanya saya berani berkata bahwa keluarga barunya akan menyayanginya,"

"Apakah mereka tak tinggal di sini?"

Jae-Hyung menggeleng.

"Sayang sekali,"

MIRACLE 2 : "Flowers and Promises"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang