15 - Terakhir Kali di Guangzhou

12 1 0
                                    

Perpisahan memang selalu menjadi hal yang menyakitkan, namun juga membahagiakan di satu sisi. Setidaknya hal itulah yang Yizhou lihat dari wajah Liyin ketika melepas Darren pergi bersamanya dan Jae-Hyung. Liyin menangis sambil memeluk Darren namun juga menyunggingkan sebuah senyum lembut seakan tenang hidup Darren akan terjamin.

Pada awalnya, meskipun Darren senang bisa berkenalan dengan Yizhou, tapi ia juga berat harus berpisah dengan Liyin yang sudah mengasuhnya sejak bayi. Ia ingin Liyin ikut bersamanya, tapi ia tahu hal itu sangatlah mustahil mengingat Liyin juga memiliki kehidupan sendiri di sini. Beruntung Yizhou berkata akan selalu mengizinkannya apabila ia ingin menemui Liyin, pun sebaliknya juga sama, bahkan Yizhou dengan tulus akan menyambut Liyin semisal ia berencana datang ke Vancouver. Intinya, pintu rumahnya akan selalu terbuka untuk wanita yang telah berjasa mengasihi Darren selama beberapa tahun itu.

"Apakah kau sedih berpisah dengan A-Yi, hm?"

"Aku sedih, tapi A-Yi pasti jauh lebih sedih kalau melihatku terus menerus bersedih. A-Yi bilang aku harus tumbuh menjadi anak yang kuat, aku harus tumbuh dengan baik baru setelah itu aku boleh menemui A-Yi lagi," dipeluknya erat hadiah dari Yizhou yang sudah ia buka untuk mengusir sedih yang tiba-tiba datang. "Apakah Ji'er punya nomor telepon A-Yi?"

"Ji'er punya," tentu ia wajib menyimpan nomor itu agar hubungan diantara mereka tak terputus begitu saja, dan lagi ia juga sudah memiliki janji pada wanita itu. "Kenapa kau terus memeluk hadiah itu? Taruhlah hadiahnya di sampingmu. Hadiah itu takkan berpindah tempat tiba-tiba meski kau tidak memegangnya sekalipun,"

Darren menggeleng, ia tidak mau. "Yeye selalu berpesan kepadaku untuk menghargai pemberian orang lain, baik pemberian itu berupa sesuatu yang kecil atau besar, aku harus tetap menghargainya. Aku tidak mau hadiah ini rusak karena hadiah ini adalah pemberian Ji'er, jadi aku akan menjaganya,"

Sekelebat ingatan tentang percakapannya dan Yishan mengenai panda kesayangannya pun mendadak muncul. Dulu, gadis kecil itu begitu sedih melihat pandanya terkena cipratan darahnya, Yishan takut kalau ia akan marah karena panda pemberiannya menjadi kotor. Hari ini, seperti mengulang kejadian itu, Darren mengatakan hal yang mirip dengan apa yang dikatakan oleh Yishan. Apakah ini memang pertanda bahwa sebetulnya Darren ditakdirkan untuk menjadi keluarganya dan bukan orang lain?

"Ji'er?"

"Ah, kenapa?"

"Ji'er melamun."

"Tidak, Ji'er hanya sedang berpikir akan seramai apa rumah Ji'er setelah kedatanganmu nanti," Yizhou tersenyum, menarik Darren semakin mendekat. "Adakah yang ingin kau tanyakan, hm? Kenapa tiba-tiba menatap Ji'er seperti itu?"

"Hmm... Apakah Paman Jae akan tinggal bersamaku juga?"

Kali ini, Jae-Hyung yang sedang menyetir menolehkan kepalanya. Sedari tadi ia hanya menyimak pembicaraan Yizhou dan Darren yang terasa hangat seperti halnya seorang kakek dan cucu sungguhan. Jadi, begitu mendengar namanya disebut tentu saja membuatnya terkejut.

"Kau ingin Paman Jae tinggal bersamamu?"

Darren mengangguk.

"Paman Jae sebetulnya memiliki kehidupan sendiri di luar sana, ia harus bekerja, dan kadang pekerjaannya mengharuskannya untuk bepergian ke berbagai kota bahkan negara. Tapi jika kau menginginkan Paman Jae tinggal, maka baiklah, Paman Jae bisa tinggal bersamamu selama beberapa hari di satu rumah yang sama. Bagaimana, hm?"

"Tuan Zhou?"

"Kau keberatan, Jae?"

"B-bukan begitu. Tapi tinggal di rumah Anda sama sekali tak ada dalam pikiran saya sebelumnya." Saat datang ke Vancouver beberapa waktu lalu, ia menempati kamar apartemen yang dulu ditempati Catherine sebelum menikah, jadi sekarang ia agak sedikit canggung jika harus tinggal bersama-sama dengan anggota Keluarga Zhou yang lain. "Saya bisa tetap menemani Darren meski saya tinggal di luar,"

MIRACLE 2 : "Flowers and Promises"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang