11 - Kala Keraguan Muncul

12 2 0
                                    

"Aku sudah menelpon Jiyeon dan memberitahunya bahwa kita akan datang,"

"Kita? Aku hanya akan mengantar,"

"Kenapa?"

Yizhao tak menjawab. Ia hanya diam lalu berlalu mengambil kunci mobil dan meninggalkan Soo-Yeon yang masih menuntut jawaban. Soo-Yeon terus mengikutinya, tapi ia sama sekali tak berminat untuk menjawab pertanyaan tersebut.

"Yizhao,"

"Apa lagi, hah?"

"Tolong, hanya kali ini saja,"

"Aku punya urusan,"

"Aku tidak percaya padamu,"

"Terserahmu. Aku tak peduli kau mau percaya atau tidak. Aku tak pernah mengharuskanmu agar selalu percaya pada apa yang kukatakan. Sekarang menyingkirlah, aku mau memanaskan mobil,"

Soo-Yeon mengalah. Ia tak lagi menghalangi apalagi mengejar Yizhao yang sudah melenggang pergi ke halaman. Entah urusan apa yang dimaksud, tapi firasatnya mengatakan bahwa urusan itu hanyalah alibi agar ia bisa menghindar dari pertemuan ini. Yizhao tak suka berlama-lama berada di tempat yang sama dengan Yizhou, apalagi tempat itu adalah rumah adiknya sendiri, jangankan bercengkerama, bertemu saja ia luar biasa malas.

"Mama,"

"Ah, Selene. Kenapa, hm?"

"Kakek sudah siap,"

"Katakan padanya untuk menunggu sebentar. Mama mau mengambil tas lalu kita akan pergi," ditepuk-tepuknya pipi Selene kemudian ia buru-buru berjalan menuju kamarnya. Ia tak boleh membuat Yitian sampai menunggu. "Dan tolong temani kakekmu dulu sampai Mama kembali, ya?"

Selang lima menit kemudian Soo-Yeon pun kembali dengan menenteng sebuah tas berwarna putih yang senada dengan pakaian yang dikenakannya hari ini. Selene dan Yitian sudah siap, begitu pun dengan Yizhao yang tanpa diminta langsung sigap membantu Yitian untuk masuk ke dalam mobil. Ya, bertamu ke rumah Yizhou adalah keinginan Yitian setelah keluar dari rumah sakit, hanya saja mereka baru bisa mengabulkannya sekarang. Setelah berbulan-bulan lamanya Yitian hanya dapat bepergian dari rumah ke rumah sakit dan sebaliknya, hari ini untuk pertama kalinya ia akan pergi ke rumah sang anak.

Yitian memang belum dapat berjalan, namun kini ia sudah lebih kuat untuk duduk dalam waktu lama.

"Kita sudah sampai,"

"Kau tetap tak bisa bergabung bersama kami?"

Yizhao menggeleng, ia tetap pada keputusannya.

"Meski hanya kali ini saja?"

"Aku punya urusan, Soo-Yeon, sudahlah,"

Soo-Yeon yang pantang menyerah membujuk nyatanya tetap tak bisa membuatnya berubah pikiran. Sudah bagus ia mau mengantar-jemput mereka, lantas kenapa Soo-Yeon masih juga harus memaksanya seperti itu? Sepanjang jalan Soo-Yeon tak berhenti membujuknya sampai ia muak sendiri mendengarnya. Telinganya panas, tapi ia berusaha tetap tenang karena ia sedang menyetir.

"Biarkan saja, Ma, jika Papa ingin Papa bisa tinggal lebih lama,"

"Ck, takkan pernah," Yizhao berdecak. "Aku tak sudi berada di sini terlalu lama, jadi bantulah aku untuk mengeluarkan kursi roda kakekmu selagi aku membantunya turun dari mobil. Dan kau, Soo-Yeon, hubungi aku jika kalian sudah ingin pulang, aku akan datang menjemput," tanpa menunggu Soo-Yeon menjawab, Yizhao langsung turun dari mobil.

Melihat kedatangan Yitian, Chanyeol dan Sehun langsung bergegas membantu, disambutnya mereka dengan hangat seraya dipersilakannya mereka untuk masuk. Mereka jarang berkumpul bersama, jadi bisa dibilang momen macam ini adalah hal yang sangat langka, mungkin dalam setahun hanya dapat terjadi beberapa kali saja. Dulu, jangankan saling bertamu seperti ini, Jiyeon dan Soo-Yeon saja harus bertemu diam-diam agar tak diketahui Yizhou dan Yizhao.

MIRACLE 2 : "Flowers and Promises"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang