00. Prolog

706 51 33
                                    

DISCLAIMER DULU YAAA

1. Tulisan ini adalah FANFICTION murni IMAJINASI penulis dan tidak ada kaitan dalam dunia nyata. Jadi jangan membawa cerita ini ke RL Idol kita tercinta yaa ...

2. Karakter yang ada dan alur cerita yang tertulis merupakan ide dan imajinasi penulis, jadi ... ketika kalian menemukan kesamaan nama, karakter atau bahkan kemiripan, penulis sama sekali tidak bermaksud menyinggung pihak manapun.

3. Jangan lupa kasih support kalian hhhhe jangan lupa juga komen dan tinggalin jejaknya yaa ....

Luv youuu and happy reading....😍😍😍









Goresan awan tipis menghiasi kanvas biru muda. Sungguh ke-Agungan Tuhan tiada tara. sesekali cuitan fauna berbulu warna-warni menjadi pelengkap di setiap netra memandang. Setiap insan berlomba-lomba menghabiskan waktu yang terasa panjang itu dengan sang terkasih.

Siapa yang akan melewatkannya. Cuaca hari ini sangat bersahabat bagi mereka yang menghabiskan akhir pekannya di luar ruangan. Sinar matahari tak begitu menyengat, justru itu akan lebih menguntungkan mereka yang ingin berjalan-jalan di luar. Begitu pun dua gadis yang kini duduk di salah satu cafe di pinggir kota.

"Aku minumnya, ice americano aja."

"Sama."

Setelah memesan, keduanya menuju tempat ternyaman menurut mereka. Satu dari keduanya beberapa kali terlihat kagum dengan interior kafe. Beberapa kali mengambil selfie dengan berbagai gaya, mulai gaya imut sampai gaya sebal pun tak luput dari jepretan ponselnya.

"Udah aku bilang kan, ini kafe estetik banget!" Celetuknya sambil menyeruput jus apel yang baru beberapa menit datang.

"Hmm ..."

"Kamu gak pengen foto?"

"Ntar aja, fotoin."

"Oke."

Di samping mereka terdapat jendela besar yang berhadapan langsung dengan bagian luar ruangan, di sana juga terdapat beberapa kursi pengunjung.

Lebih tepatnya, mereka berada di ruangan semi tertutup, dengan beberapa patung-patung di setiap sudut, dan tanaman-tanaman hijau membuat atmosfer sejuk ruangan bernuansa jawa semi eropa ini.

"Aku besok gak tau bisa ikut enggak ke Bromo sama anak-anak kelas ..."

"Cari pacar sana! biar bisa diajak, lagian kamu kenapa sih deket sama laki-laki sana sini gak jelas yang mana pacarmu, semua yang dateng kamu baikin, jangan semua diladenin, kan akhirnya kalo ketahuan kamu sendiri yang ditinggalin," omel seorang gadis berambut hitam panjang tergerai yang sebenarnya sudah lelah dengan sikap sahabatnya yang sering kali tidak tegas dalam memutuskan suatu hubungan.

"Mereka tuh aku anggep temen semua ..." balas gadis berambut coklat.

"Tapi mereka nganggep kamu lebih, Diana. Masa kamu gak peka sih?!"

"Aku tau, ya maksudku, aku bisa temenan sama mereka, kalo mereka mau. Aku hanya nganggep mereka tuh temen, gak lebih. Soalnya kalo aku pacaran, aku gak akan bebas kemana aja, aku takut terlalu banyak peraturan yang dibikin pacarku buat aku," tukasnya.

Jangan salah, gadis bernama Diana bukanlah tipe gadis yang mau dengan siapa saja, ia akan menganggap siapa saja yang mendekat sebagai teman, tak lebih, dan ia sendiri juga tak pernah melewati batas, layaknya teman biasa. Itu ia lakukan karena ia merasa nyaman dan tak terkekang dibanding dengan menjalani hubungan layaknya sepasang kekasih.

KILASAN RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang