•
•
•
•
•
•
•
♡♡♡♡♡
♤♤♤
♥︎Anna kini duduk di atas sebuah kursi kayu berukiran bunga cempaka di sebuah rumah yang dikelilingi kebun yang tertanam pohon-pohon mangga dan ketela. Di luar hujan begitu lebatnya sejak ia sampai 10 menit yang lalu.
Kedua pendengarannya menangkap suara langkah kaki, membuatnya spontan berpaling dari pemandangan luar rumah. Sesosok wanita paruh baya membawa nampan berisikan biskuit dan teh panas untuknya. Wanita itu tersenyum seraya meletakkan lepek disusul dengan segelas teh pada meja kayu berlapis kaca.
"Monggo diminum," (Silakan diminum), ucapnya, sekali lagi dengan seulas senyuman di bibir.
"Terimakasih," balas Anna dengan senyum sekaligus anggukan.
"Mbak Anna ini teman satu jurusan ya sama Arka?" tanyanya kemudian.
"Bukan, saya dulu teman satu SMA sama Arka, dulu juga pernah satu kelas, kebetulan yang kuliah di sana dari SMA kami hanya Arka sama saya. Jadi ... kami ... kalau ada apa-apa dulu sejak pendaftaran kuliah sering barengan," kisah Anna. Wanita itu mengangguk.
Rubaidah tak melepas pandangannya pada sosok gadis yang pulang bersama keponakannya. Ia mulanya sedikit terkejut saat Arka pulang bersama seorang gadis yang tak dikenal. Arka jarang mengajak temannya ke rumah, apalagi seorang gadis, ia tak pernah, jika pun pernah, itu pun bersama beberapa anak lain, dan mereka datang untuk mengerjakan tugas kelompok itu pun ketika ia masih SD, setelah keponakannya itu pindah bersama adiknya, ia tak begitu tahu bagaimana pergaulan anak itu. Tapi setelah kembali, Arka masih sama, ia hanya beberapa kali mengajak teman kuliahnya mampir, itu pun teman satu kosnya.
"Arka sudah besar ...." gumamnya. Ia tak mengira Arka berani membawa teman gadisnya pulang.
Anna yang mendengar ucapan itu nampak bingung, namun Rubaidah segera mengalihkan dengan pertanyaan lain.
Fokus Anna teralihkan saat kedua bola matanya menangkap sebuah foto yang tergantung di dinding sebelah kanan dari kursi ia duduk. Ia melihatnya lama, lantas tersenyum, ia yakin itu adalah foto masa kecil Arka bersama ibunya. Anak laki-laki itu nampak tersenyum riang, begitu lucu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KILASAN RASA
FanfictionJudul sebelumnya --> DI BALIK LINTASAN Mungkin sebagian orang berpikir menjadi kekasih pembalap kelas dunia adalah suatu keberuntungan. Nyatanya tidak sepenuhnya hal itu benar. Di setiap detiknya kamu harus siap untuk melepaskannya. Setidaknya itula...