10. Amarilis

134 9 1
                                    

Happy Reading ...🤗

••••••••♡♡♡♡♡♤♤♤♥︎

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.









♡♡♡♡♡
♤♤♤
♥︎

Angin berhembus lembut membelai ujung rambut gadis yang berdiri mematung di hadapan sosok laki-laki berkacamata yang kini kehilangan kata-kata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Angin berhembus lembut membelai ujung rambut gadis yang berdiri mematung di hadapan sosok laki-laki berkacamata yang kini kehilangan kata-kata. Manik hitam gadis itu bergerak-gerak menatap lekat pemuda di depannya. Sementara pemuda itu terjebak dalam sesuatu yang ia khawatirkan sendiri.

"Kamu kenapa, Arka?" Anna bertanya memastikan bahwa tak terjadi apa pun yang membuat Arka mengejutkannya.

"Bisakah kamu- tidak terluka?"

Anna termangu, sementara Arka menatapnya serius. Lelaki itu mengambil napas dalam, seperti ingin mengungkapkan sesuatu, namun ia tahan.

"Maaf," ucapnya lagi. Lantas meninggalkan Anna seorang diri.

Arka—, Anna sendiri tak tahu apa yang dimaksud sosok yang kini berhadapan dengannya. Ia hanya menatap punggung itu semakin menjauhinya. Banyak yang pemuda itu sembunyikan. Anna sendiri mengenal sosok Arka, namun tiba-tiba ada masa di mana ia seperti tak mengenal sosok itu. Hari itu menjadi hari yang penuh tanda tanya, meski pertanyaan-pertanyaan itu pada akhirnya hanya memilih untuk tetap bersarang di kepala dan enggan keluar.

Hari demi hari berganti, seperti saat ini mentari masih malu-malu menampakkan diri, namun suasana pasar di sebelah gang sudah dipenuhi dengan hiruk pikuk. Ada yang mencari sarapan, jajanan pagi seperti gethuk dan makanan tradisional lainnya, jangan lupa gorengan, atau para ibu yang membeli sayur mayur dan lauk mentah untuk persiapan memasak. Tak ada yang spesial, sama seperti hari-hari biasa. Namun menjadi spesial jika ada suatu rutinitas baru.

Bukan rutinitas, tapi jadwal lain. Anna menggendong ransel dan menarik koper mini menuju ruang tamu setelah selesai membuat simpul di sepasang tali sepatunya. Ia pun berjalan keluar, sepasang matanya teralih pada dua bunga berwarna jingga yang berdiri condong tepat di sebelah kanan pintu. Bunga itu tumbuh di antara rumput hias yang mengelilingi pelataran sempit rumah kos berwarna biru muda itu.

KILASAN RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang