13. Haruskah?

147 10 1
                                    

Sebelumnya aku mau sedikit memberi peringatan pada teman-teman yang aku sayangi, untuk menguatkan hati kalian sebelum membaca bagian ini.😬

Tapi kalo begini kesannya gimana gitu, tapi tenang ... gak apa-apa kok ....😄
Dan ingat, ini bukan akhir ... jadi ....
Happy Reading ....😉

•••••••••♡♡♡♡♡♤♤♤♥︎

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.










♡♡♡♡♡
♤♤♤
♥︎

Kedua mata itu masih menatap tak percaya laki-laki di hadapannya tersenyum menawan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kedua mata itu masih menatap tak percaya laki-laki di hadapannya tersenyum menawan. Mereka berdua kini tengah berdiri saling berhadapan di taman depan perpustakaan kampus. Anna masih diam menahan gemuruh di dadanya. Sementara pepohonan rindang membingkai mereka di jalan itu.

"Hai." Arjunanya kembali dengan senyum yang sangat ia rindukan, dan tidak tahu kenapa kali ini ia merasa begitu sakit dengan kehadiran laki-laki itu.

"Hai." Anna mencoba tetap tersenyum, meski hatinya layaknya serpihan kaca.

Laki-laki itu merentangkan kedua tangannya, memberi isyarat agar Anna memeluknya. Namun gadis itu masih bertahan dengan senyum getir.

"Kamu gak kangen satu tahun sama sekali gak ketemu aku?"

Arjuna masih sama seperti dahulu. Hanya saja Anna merasa ada sedikit perubahan pada Arjuna. Ternyata benar, Arjuna nampak lebih kurus dan kulit sedikit gelap dari terakhir mereka bertemu 1 tahun yang lalu, tapi laki-laki itu terlihat lebih menawan dengan rambut sedikit panjang di bagian dahinya.

"Apa kabarmu?" Anna mencoba mengalihkan ucapan Arjuna, dan mengajukan pertanyaan. "Oh iya, selamat ya, buat Rookie of the Year kemarin, tahun ini kamu debut di Moto2, tapi kamu sudah mendapat prestasi luar biasa. Aku sangat bangga padamu," ucap gadis itu.

"Terimakasih."

Arjuna nampak sedikit kecewa dan menurunkan kedua tangannya perlahan saat Anna tak segera memeluk dirinya. Ia tak mempermasalahkan itu, ia berjalan dan memeluk Anna, meluapkan kerinduan yang ia rasakan. "Aku sangat merindukanmu," bisik Arjuna.

Sedangkan Anna merasa canggung, ia tak tahu harus berkata apa lagi. Laki-laki yang begitu ia rindukan sudah di depan mata dan kini memeluknya, begitu banyak pertanyaan yang terlintas ingin ia tanyakan tentang hubungan mereka, namun tiba-tiba lidahnya terasa kelu.

KILASAN RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang