16. Pengakuan

66 10 0
                                    

••••••••♡♡♡♡♡♤♤♤♥︎

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.









♡♡♡♡♡
♤♤♤
♥︎

Keheningan Minggu pagi buta tak menyurutkan langkah seorang gadis berambut panjang itu. Ia melihat kanan kiri seraya mengangkat lengannya, mengisyaratkan agar kendaraan yang lekas berlalu lalang untuk mengizinkan ia menyeberang. Setelah beberapa menit ia berjalan, ia pun sampai di tempat tujuan.

Udara segar masih dapat ia rasakan saat ia memutuskan duduk di salah satu bangku di bawah pohon mahoni. Ia menarik napas panjang, lantas menaruh sebendel kertas dan dua buah buku tebal di bangku sebelahnya. Menoleh ke kiri dan ke kanan. Netramya menangkap beberapa orang duduk di bangku-bangku di antaranya mereka yang sedang beristirahat atau hanya sekadar berbincang. Ia kembali menghela napas, alih-alih membuka buku yang ia bawa, ia malah menggeser layar ponsel dan kembali membuka aplikasi media sosial.

"Sepertinya dia baik-baik saja," lirihnya seraya terus menggeser layarnya. "Kenapa aku jadi yang kelihatan patah hati." Ia menggeleng cepat, mengenyahkan pikiran-pikiran negatif yang mulai muncul di benaknya. "Jadi sekarang dekat sama artis, ya? Pantas sih, emang orang terkenal harusnya kenal sama orang terkenal. Bagus deh ...," ucapnya dan langsung meletakkan ponselnya.

Anna menyandarkan kepala di atas bangku dengan bantalan lengannya. Menghela napas untuk kesekian kali. Ia membenci dirinya yang belum bisa melepas perasaannya hanya untuk seseorang yang kini sudah tak lagi ada hubungan apa pun dengannya. Ia tak mengerti dengan perasaannya, ia merasa kehilangan, amat kehilangan, tapi di sisi lain Anna juga tak ingin kembali dengan sosok itu. Ia begitu dilema dengan perasaan sendiri.

Setiap kali ia melihat Arjuna di televisi membuat hatinya tercubit. Melihat Arjuna saat tersenyum membuat dirinya bahagia sekaligus kecewa. Ia membenci perasaannya yang tidak biasa setiap kali melihat sosok pemuda itu. Arjuna semakin bersinar bahkan nyaris seperti selebritas, atau bahkan pamornya tak kalah jika dibandingkan dengan artis-artis yang muncul di televisi. Namun rumor juga semakin kencang berhembus, mencoba menelisik kehidupan pribadi Arjuna. Entah pertemanan atau memang ada sesuatu, Arjuna sering dipasang-pasangkan dengan salah satu artis cantik yang juga penggemar pemuda itu.

Anna merasa terganggu, tidak juga, tapi sedikit membuatnya terusik. Mungkin ini adalah tanda bahwa ia belum bisa sepenuhnya melupakan Arjuna, meski ia sendiri yang telah memutuskan mengakhiri hubungan mereka. Bagaimana tidak, mereka sudah tidak baik-baik saja dan akhir dari semuanya membuat mereka berpisah dengan tidak baik-baik, dan setelahnya memutus kontak. Tidak juga, sebelumnya mereka sudah terlihat putus kontak satu sama lain saat Arjuna tak pernah mengabari Anna tentang keadaannya.

Tak sepatutnya Anna bersedih kembali hanya untuk memikirkan Arjuna. Ia menghela napas berat sembari menegakkan kembali tubuhnya, ia mulai membuka satu persatu halaman buku, mencoba membaca kata demi kata yang telah ia tandai sebelumnya. Namun gerakan pensilnya terhenti di sebuah titik akhir halaman, dan kembali menyandarkan kepalanya.

KILASAN RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang