Eps 35: Kelicikan Mutia

105 7 5
                                        

Keesokan harinya
Pukul 06.30

Sahil duduk di bangkunya dengan wajah kusut. Ia menggerutu keras tentang Mutia. "Kenapa sih Mutia harus pindah ke sekolahku? Bukannya dia masih di penjara?" gumamnya dengan nada marah.

"Aku masih ingat jelas dia pernah nembak Adel sampai dia koma satu bulan. Walaupun udah dua tahun yang lalu, tapi aku masih inget, dan aku benci sama Mutia," lanjutnya, emosinya semakin memuncak. "Kok dibebasin sih? Di sogok uang berapa polisinya? Bisa-bisanya bebasin orang yang hampir merenggut nyawa orang," Sahil menggerutu lagi sambil mengepalkan tangannya.

SMAN 1 Pandan Hijau
Jam istirahat

Di kantin, suasana ramai dengan suara obrolan siswa-siswi. Adel, Kella, dan Andi duduk di meja yang sudah menjadi tempat favorit mereka. Adel terlihat ceria sambil menyesap jus jeruknya.

"Jika sifat anak pertama itu males mandi, berarti..." Adel menggantungkan kalimatnya, menunggu reaksi teman-temannya.

"Berarti?" Kella mengangkat alisnya, penasaran.

"Berarti Sahil melawan hukum anak pertama dong," jawab Adel sambil terkekeh.

"Hmm," Kella hanya mengangguk, ikut tersenyum.

"Tidak berlaku untuk anak laki-laki," komentar Andi sambil tersenyum tipis.

"Dahlah yain," Kella menimpali sambil menggeleng pelan.

Beberapa menit kemudian
Para siswa bergegas kembali ke kelas. Suasana ramai mulai terdengar, dengan obrolan dan tawa yang memenuhi ruangan.

"Eh, Classmeet tuh ngapain aja sih?" tanya Adel dengan antusias, matanya berbinar penuh rasa ingin tahu.

"Misal kayak main voli sama main ML," jawab Kella.

"Maksudnya karakter ML kesendul bola voli?" tanya Adel dengan ekspresi polos.

"Gak gitu," Kella tertawa kecil, menepuk bahu Adel.

"Ciri-ciri orang ikutan panik tapi gak bantuin tim," Andi menambahkan dengan nada bercanda.

"Bisa jadi," Kella menyetujui, masih tertawa.

"Ya kan katanya main voli sama main ML," Adel mencoba mempertahankan argumennya.

"Yakan main ML-nya di kelas, yakalik di pinggir lapangan," Kella menjelaskan sambil menggeleng pelan.

"Adel mikirnya pasti kena bola terus HP-nya jatuh derrrr pecah," Andi menirukan suara benda jatuh, membuat mereka semua tertawa.

"Nah itu tuh," Kella mengangguk.

"Oh gitu," Adel akhirnya mengerti, tertawa kecil.

"Telmi nih anak," Kella mengusili.

"Kan Adel nggak pernah sat set," Andi menimpali.

"Hehe," Adel hanya tertawa, sedikit malu.

"Udahlah bahas yang lain aja," Kella mengusulkan.

"Oke," Andi setuju.

"Kucing di China tuh matanya sipit gak sih?" tanya Adel tiba-tiba.

"Ntah," Kella tertawa, tidak menyangka pertanyaan itu.

"Jadi ikutan mikir kan," Andi tertawa.

"Hehe," Adel ikut tertawa, merasa puas dengan respon mereka.

"Bukannya sama aja ya," Kella mencoba berpikir logis.

"Browsing," Andi menyarankan sambil mengeluarkan ponselnya.

"Browsing," Andi menyarankan sambil mengeluarkan ponselnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SI HUMORISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang