4: Permohonan

46 12 5
                                    












Buku 1: Bahtera yang Mengarungi Samudera



















...




















Dia melirik ke kanan dan kiri, sambil sesekali bergumam tidak jelas, seolah sedang mencari-cari alasan, Iori menunggu nya memberikan jawaban jelas sambil memperhatikan dari atas sampai bawah. Meski dia hanya mendengar sedikit, tapi ia yakin pemuda ini berbicara tentang siren.




Tak lama dia langsung berbicara dengan nada tinggi.



"AHHH!! Pernah bertemu siren! Aku pernah bertemu siren!"

Iori menaikan sebelah alisnya, memastikan kejujuran pemuda ini, tanpa kenal lebih jauh Iori tahu pemuda ini bukan orang yang bisa berbohong, seluruh pikirannya terbuka jelas didepan, menunjukkan ekspresi dan gesture yang benar-benar mudah dibaca seperti buku yang terbuka.

"Kau berbohong,"

"Aah! Aku tidak bohong! Aku pernah bertemu siren!" Dia cemberut, membuat si kapten gemas sendiri, tapi dia harus menutupi nya dengan ekspresi tajam dengan sudut bibir yang tertarik kebelakang pipinya.

"Masa sih? Bohong ya?" Pertanyaan kembali diajukan, membuat pemuda itu semakin kesal dan menunjuk-nunjuk nya, astaga lama-lama dia bisa kelepasan tertawa.

"Aku benar-benar pernah bertemu siren!! Aku- aku sering bertemu mereka! Kalau aku bernyanyi mereka akan datang!!" Wajahnya memerah entah karena malu atau emosi, kedua alisnya tertekuk sambil cemberut.

"Oh benarkah?" Iori menaikan sebelah alisnya, kembali menggoda lelaki ini.

"Iya!!" Dia kembali mencoba meyakinkan, tubuhnya maju untuk menegaskan ucapannya.

"Buktikan!" kali ini Iori mengucapkannya dengan nada yang sama saar dia memberi perintah kepada anak buahnya.

Lelaki didepannya memucat, keringat dingin menetes dari pelipisnya,"u-untuk apa?! Ka-kau juga tidak akan percaya!" Dia menyilangkan kedua tangannya didepan dada lalu memalingkan wajahnya, memberikan gambaran dia sedang kesal.

Iori menggelengkan kepalanya, tidak habis pikir dengan lawan bicaranya ini, benar-benar membuatnya ingin tertawa.






"Tapi... Bukankah hanya siren yang bisa memanggil siren lain dengan nyanyiannya,"












Skakmat.












"Ukhhh!! Ah! Itu-" pemuda itu gelagapan, tidak bisa mengelak dari pernyataan itu.

"Ah- aku-" dia menunduk sambil mengusap lengan atasnya.








Melihat lawan bicaranya yang tidak bisa menjawab lagi, kapten itu juga tidak mengatakan apa-apa lagi, dia mengangkat kepalanya menatap bulan di langit malam.

"Haaahhhhh,"

Dia menatap budak itu.










"Aku akan mengantarmu pulang pada tuanmu, besok pagi aku akan membelimu darinya. Kau akan ikut berlayar bersama ku,"

TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang