2: Kapal yang Bersandar di Dermaga

59 11 1
                                    













Buku 1: Bahtera yang Mengarungi Samudera

















"Kenapa kamu baru kembali dimalam hari?"






Pertanyaan dengan nada dan suara yang lembut itu keluar dari seorang lelaki berambut pucat, menatap kapten nya yang baru saja kembali padahal sudah diperingatkan untuk tidak kembali terlalu larut.

Iori tidak menjawab pertanyaan itu, malah mengalihkannya dengan topik pembicaraan lain.

"Mereka sudah tidur?"

Pemuda itu paham apa yang dimaksud.

"Aku tak tahu, sejak sore aku menunggu mu disini,"

Dia menjawab dengan jujur.

"Aku tidak mendapatkan apapun hari ini," sang kapten menjawab apa yang mungkin akan ditanyakan navigator nya itu.

Navigator yang hanya beberapa tahun lebih tua darinya itu tertawa pelan, dia mengusap pundak kaptennya untuk menyemangati.

"Iori-kun, yang lain sudah menunggu di penginapan, mereka menunda makan malam sampai kau datang,"

Iori menjawab dengan anggukan, dia berjalan lebih dulu diikuti navigator nya.













..












Jam 9 malam dia kembali melihat peta yang dimilikinya, menandai setiap tempat yang sudah mereka singgahi selama berlayar, dan memikirkan kembali tempat tujuan mereka berikutnya.

Seseorang mengetuk pintu kamar penginapannya, dengan jawaban pelan dia membuka pintu, itu adalah navigator nya. Dia masuk menutup kembali pintu dan duduk didepan sang kapten.

"Iori-kun, apa kau memiliki rencana perairan baru?" Dia bertanya sambil melihat peta yang belum ditandai, masih cukup banyak.

Iori melamun, memikirkan kembali apa yang terjadi hari ini, dia berencana pergi ke Atlantik Utara tapi mendengar informasi dari warga disini membuatnya ragu, apakah kru nya mau?

Atau dia bisa mencoba ke Hindia?




"Sougo-san, apa kau punya saran?" Iori memecah keheningan beberapa saat.

Sougo menaruh telunjuknya dibawah dagu, dia juga mulai kehabisan saran.

"Kita masih akan disini sampai 2 Minggu kedepan, mungkin tidak usah terlalu terburu-buru, aku juga akan meminta yang lainnya mencari tahu,"

Dia menyandarkan tubuhnya ke belakang kursi,"seandainya kita memiliki kru seorang siren, mungkin ini lebih mudah,"

Iori mendengus mendengar itu,"Sougo-san, kau terlalu banyak berkhayal, mana ada Siren yang mau menjadi kru kita?"

Sougo tersenyum tipis,"siapa yang tahu? Ah mungkin kalau bisa dia sendiri yang membawakan Air Mata Siren itu pada kita!"

Keduanya tertawa.

"Sougo-san, kau sepertinya sudah lelah dengan semua ini," Iori geleng-geleng.

Sougo menatap peta,"tidak juga, mengelilingi dunia ini menyenangkan, membuatku mendapatkan banyak pelajaran baru yang tidak kuketahui sebelumnya,"

Iori merebahkan dirinya di atas kasur, menatap langit-langit kamar yang berwarna gelap.

Memikirkan kembali apakah mereka bisa mendapatkannya dalam 10 tahun? 20 tahun? 30 tahun? Atau mungkinkah di akhir hidup? Atau tidak sama sekali seperti para pelaut lainnya.

Sougo mengetuk meja, memikirkan tujuan mereka selanjutnya.











Tanpa sadar mereka tertidur dalam posisi seperti itu sampai pagi.




TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang