Chapter 6: Inilah Kami

39 9 1
                                    
















Buku 1:
Bahtera yang Mengarungi Samudera

Sougo menatap langit malam, mengamati bintang-bintang yang bersinar cerah malam ini, tangannya terangkat menunjuk sebuah rasi bintang, Riku disampingnya memperhatikan dengan jeli sambil mendengarkan dengan baik penjelasan dari navigator utama.

"Riku-kun, kita akan pergi ke barat, jadi itu adalah petunjuk arah kita," dia menunjuk sebuah rasi bintang, Riku memiringkan kepalanya dengan wajah bingung.

"Orion, yang menunjukkan arahnya," Sougo melanjutkan penjelasannya dengan detail, memastikan Riku mengerti apa yang dia katakan.

Riku duduk untuk menuliskan sesuatu di buku catatannya yang dibelikan oleh Iori agar dia bisa berbicara dengan awak lain.

Mereka cukup terkejut mengetahui Riku bisa membaca dan menulis dengan lancar, tapi tidak ada yang berani menanyakan darimana dia belajar.

Karena mereka sudah sepakat untuk tidak bertanya tentang identitas yang tidak ingin diungkapkan.


Sougo-san mengajariku dengan sangat sabar, aku akan mengikuti kalian kemanapun, hanya saja kenapa kita harus ke barat?



Membaca itu membuat Sougo tersebut tipis, dia berlutut didepan Riku,"Riku-kun, kami harus memperbaiki kerusakan kapal dulu di sana, dan merenovasi ulang beberapa bagian terutama lambung kapal, karena setelah ini kita akan berlayar selama berbulan-bulan tanpa berlabuh di dermaga manapun,"

Riku mengangguk-angguk, mengiyakan penjelasan Sougo, dia kembali memperhatikan bintang-bintang.

Sougo mengikuti arah pandang Riku, dia memandangi rasi bintang Orion dengan serius, dia kembali menarik sudut bibirnya, membuat senyuman yang lebih lebar.

'Riku-kun memahaminya ya?'

Dia menutup mulutnya sejenak untuk menahan tawa senangnya.

'Sepertinya aku akan memberikan lebih banyak penjelasan tentang rasi bintang dan mata angin padanya'



















Haruka memperhatikan Sougo dan Riku dari jarak yang tidak terlalu jauh.

"Aku merasa aneh dengannya," pemuda itu bergumam, dengan beberapa pertimbangan akhirnya dia menghampiri Iori di lambung kapal, yang pasti sedang menuliskan kegiatan mereka hari ini.

Mengetuk pintu tiga kali dan masuk setelah mendengar jawaban, dia langsung menarik kursi dan duduk dihadapan pemuda yang seumur dengannya itu.

"Hey, darimana kau dapatkan awak baru itu?" Dia menopang dagu nya dengan tangan di atas meja, memperhatikan kaptennya yang sibuk mencatat.

Tanpa melirik Haruka, Iori menjawab pertanyaan nya,"aku menemukannya sedang disiksa oleh tuannya, dia meng-nuliskan kalau dia bisa membantu kita mencari itu,"

Mencelupkan bulu ke tinta untuk kembali menulis paragraf berikutnya, Iori masih tidak memandangi Haruka,"apa ada lagi yang mau kau tanyakan?"

Haruka mengerenyitkan dahi,"hanya jtu saja? Kau percaya?! Hah?!" Dia tidak terima dengan penjelasan Iori, merasa sangat tidak masuk akal membawa awak baru yang bahkan tidak bisa bicara sebagai navigator untuk membantu Sougo.

Haruka berdiri dan memaki.

"Dia bahkan tidak bisa membuka suaranya, bisa-bisanya kau percaya! Apa kepalamu mulai bermasalah karena angin laut?! Ataukah kau sudah putus asa dengan-"

BRAKK!!

"JAGA MULUTMU! AKU TAHU APA YANG KULAKUKAN!!"

Tidak menyadari tinta yang tumpah ke meja karena goncangannya, Iori menutup buku catatannya dan kembali menaruh di rak buku, membiarkan Haruka mematung ditempatnya karena kaget.

Kedua iris cerah itu masih terbuka lebar, dengan alis terangkat membentuk ekspresi terkejut, tidak lama dia menarik napas dalam dan mundur. Berbalik arah tanpa mengatakan apa-apa lagi.

Iori menghela napas, dia baru saja meluapkan emosinya pada Haruka, bukan salah Haruka juga yang memancingnya.

Sejujurnya apa yang dikatakan Haruka tidak salah, dia sudah sedikit putus asa dalam mencari Air Mata Siren.

Membuatnya tanpa sadar mengiyakan tawaran Riku untuk bergabung bersama mereka.







TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang