.....
Buku 1: Bahtera yang Mengarungi Samudera
....
Keesokan harinya mereka semua kembali berkeliling kota, menghabiskan waktu bertanya para penduduk tentang hal yang mereka perlukan, menghabiskan hari-hari seperti itu selama seminggu.
Hari kedelapan juga sama, Iori mulai berpikir untuk kembali berlayar, merencanakan pelayaran esok hari di waktu senja.
Di hari kedelapan ini juga memasuki waktu senja, membuat sang Surya menuruni takhta nya, menggantikannya dengan cahaya rembulan yang lembut.
.....
Hari sudah gelap, tapi masih banyak orang berlalu-lalang. Tidak seramai di siang hari tapi tidak terlalu sepi.
Iori belum ingin kembali ke kapal, jadi dia melanjutkan untuk berkeliling walaupun mentari sudah berganti dengan bulan.
Pemuda belasan tahun itu menghela napas, dia menuruni karang hingga dia mencapai bagian bawah batu itu, cukup rendah untuk mendapatkan sapuan ombak yang tidak terlalu tinggi untuk mencapai sepatunya.
Berniat menatap pantulan dirinya sendiri di permukaan air yang diterangi cahaya bulan.
Bulan sabit menggantung dilangit, memberikan cahaya lembut, cukup untuk membuatnya mampu melihat dirinya sendiri di permukaan air laut.
Sedikit merapikan rambutnya yang berantakan Iori duduk sebentar diatas karang, menghirup udara dari lautan.
Tidak lama telinganya menangkap suara seseorang bernyanyi, membuatnya bertanya-tanya.
Melangkah diatas kehidupan
Menatap rembulan disana
Sayup-sayup mendengar rayuan
Memandu mahluk fana yang naif
Memandu pada kematian
"Siapa yang bernyanyi dimalam hari?!"
Rasa penasarannya kuat, walaupun otaknya berkata untuk tidak pergi, Iori tetap berjalan menelusuri batu untuk mencari asal suara.
Walaupun dia merasa pernah mendengar nyanyian ini, jauh sangat jauh dimasa lalu.
.....
Setelah menempuh bebatuan tajam yang cukup banyak dia bisa tahu kalau sumber suara sudah dekat.
Dari kejauhan dia melihat siluet seseorang, duduk di atas karang, rambut pendeknya melambai-lambai tertiup angin laut, sinar rembulan memberikan sedikit penerangan, membuat kapten muda bisa melihat sosoknya.
Tanpa suara dia berjalan mendekat, ingin tahu jelas siapa yang bernyanyi, tapi tidak ingin menghentikan nyanyiannya yang indah.
Saat Iori tidak jauh dibelakangnya, tiba-tiba pemuda itu berhenti bernyanyi, membuatnya terkejut dan menyangka dia menyadari kehadiran orang lain di belakangnya.
"Ternyata kau datang," ucapnya dengan suara lembut.
Dari jarak sedekat ini Iori bisa melihatnya dengan lebih jelas, kedua matanya terbelalak.
"Kau....."
Orang itu.... Sangat membuatnya terkejut.
Dia adalah budak yang ditemuinya kemarin, dan.....dia tidak bisu!
"Kau bicara?!"
Pemuda itu berbalik, dengan suara gemerincing dari besi-besi yang beradu di kakinya saat dia bergerak, rantai yang mengikat salah satu kakinya. Walaupun tidak terlalu panjang tapi itu cukup menganggu untuk dilihat.
"Rupanya kau," Dia berdiri dan menghampiri Iori.
Iori tidak menjawabnya, dia hanya menatap laki-laki ini dari ujung kepala sampai ujung kaki, menatapnya lekat, rambut kemerahan dibawah sinar bulan dengan potongan berantakan, senyum manis yang terasa hangat.
'siapa.... Dia!?'
"Apa kau mau berjanji untuk mencarimu jika aku menghilang?"
"Tentu saja! Aku akan mencari keseluruh dunia sampai aku menemukanmu!"
"Hahahaaha!
Dan dirimu benar-benar menjadi buih dihadapan ku.
"Bagaimana bisa?"
Pemuda itu memiringkan kepalanya sambil tersenyum tipis.
"Apa yang anda lihat tuan?"
......
KAMU SEDANG MEMBACA
Treasure
Fanfic"keberadaan mu yang tidak dipercayai membuatku ragu, tapi ingatanku nyata! Akan kucari dirimu sampai ke ujung lautan ini," "Apakah dirimu mengingatku? Ataukah hanya menganggap pertemuan kita mimpi? Sayang sekali kamu tidak ingat, aku meninggalkan se...