Buku 1: Bahtera yang Mengarungi Samudera
Bab 11: Terasa sama namun tidak sama
Hari ketujuh mereka menetap, akhirnya kembali memutuskan untuk berlabuh.
Gaku masih meragukan kondisi Ryu, tapi lelaki itu berkata bahwa dia sudah jauh lebih baik selama beberapa hari padanya, hingga lelaki berambut abu itu menyerah untuk membujuknya tinggal lebih lama.
Mereka mempersiapkan semuanya di pagi hari dan akan kembali ke laut di sore hari nanti. Meninggalkan rumah Gaku sebelum fajar tanpa membangunkan pemilik rumah, hanya meninggalkan surat dan beberapa imbalan karena sudah mau merawat Ryu selama beberapa bulan ini.
____
"Iori, haruskah kita tinggalkan dia sepagi ini? Tanpa berpamitan?" Mitsuki bertanya pada adiknya itu, mengenalnya bertahun-tahun dia tahu Iori bukan orang yang pergi dan datang seperti hantu.
"Tidak apa-apa, kalau dia bangun nanti malah semakin merepotkan, dia akan kembali membantu kita.... Lagi,"
Alasan yang masuk akal, tapi juga aneh, ini seperti hujan kebiasaannya pergi tanpa pamit pada orang yang sudah banyak membantu, setidaknya mengucapkan terimakasih secara langsung di saat Gaku terbangun itu lebih sopan daripada melarikan diri di pagi buta seperti sedang dikejar waktu.
Tapi mereka memang dikejar waktu, waktu mereka tidak banyak dan lautan ini masih sangat luas untuk ditelusuri, entah kapan mereka akan tiba di ujung lautan ataukah kapan akhir perjalanan mereka, tidak ada yang tahu, menjalani hari dengan bersungguh-sungguh.
Setelah semuanya dinaikkan mereka akan di atas kapal sampai senja tiba dan menaikkan jangkar.
Hingga-
"Bagaimana kalau kita langsung berangkat saja?"
Ryu tiba-tiba mengusulkan.
"Tapi bukankah itu terlalu terburu-buru?" Sougo menanggapi, dia sendiri masih melihat jalur yang akan mereka lalui.
"Entahlah, aku berpikir lebih baik untuk berangkat lebih cepat,"
"Aku masih ingin melihat daratan," Haruka mengeluh, berada di laut sepanjang hari membuatnya seperti terisolasi dari peradaban manusia.
"Tapi kurasa tidak ada salahnya," Mitsuki membela Ryu membuat raungan protes dari Haruka yang tidak terima.
Setelah beberapa kali bertukar kata, usulan Ryu disetujui.
Sejam kemudian mereka menaikkan jangkar dan menjauhi dermaga, kembali ke laut.
.....
"Tidak... Aku masih ingin melihat peradaban...." Haruka bersandar pembatas belakang kapal, menatap ke arah daratan yang semakin menjauh, tak lama lagi akan menghilang dari pandangan.
Ryu mengusap rambutnya dengan gemas,"kalau kita terlalu lama tinggal pun bahaya, para angkatan laut mungkin akan menemukan kita,"
Beberapa tepukan di kepala dirasakannya, tangan besar Ryu membuatnya nyaman.
"Bagaimana kalau kau bantu Mitsuki untuk membereskan tempat penyimpanan?"
Usulan itu ditolaknya,"tidak! Dia bilang aku tidak boleh dekat-dekat area itu!"
"Oh,"
Jawaban menyebalkan.
"UWAH! SOU-CHAN!! HAMPIR SAJA!!"
"Hati-hati kalian!"
Terdengar keributan dari dek bagian depan.
"Mereka kenapa lagi-"
"Kita lihat saja dari sini," Ryu mengambil tempat untuk duduk disebelah bocah itu, mendengarkan suara yang cukup keras dari bagian depan kapal, entah apalagi yang terjadi, tapi kru disini sudah cukup menghibur kebosanan.
....
Gaku memandangi surat yang ditinggalkan di atas meja ruang tamunya, membaca setiap baris dan kata diatas kertas itu.
Alisnya menyatu membuat raut wajah tidak senang, menggeram rendah sambil menahan amarahnya.
"Padahal sedikit lagi,"
Diremasnya surat itu, lalu dibuang ke perapian didekatnya, lelaki itu mengacak-acak rambutnya sambil berjalan ke salah satu ruangan di rumahnya.
"Hanya sedikit lagi, tapi manusia itu membantunya,"
Dibukanya lemari kayu itu, menampilkan cermin yang memantulkan bayangan dirinya, tapi itu bukanlah sebuah cermin.
Gaku memasukinya dan seketika cermin itu menghilang tergantikan kayu sebagai bagian dalam lemari bersamaan menghilangnya dirinya.
Membuatnya berpindah ke tempat baru, lantai berbatu dan berpasir sebagai pijakan kaki, menuntun jalannya menuju semakin ke dalam dari gua.
Didalam gua tidaklah gelap, seakan cahaya matahari tidak terhalang, seperti ada lampu temaram yang menyinari dengan sinar redup, tapi itu cukup untuk melihat seisi gua.
Di ujung gua ada sebuah kolam, jika dilihat baik-baik kolam itu terhubung dengan laut di bawahnya, membuat cahaya matahari dari air laut menembus ke air dan menerangi dari bawah sana, warna biru dan hijau bergantian dari sana.
Tetapi permukaan kolam itu membeku dengan lapisan tipis, seakan bisa pecah jika melangkah di atasnya, Gaku berhenti di tepi kolam yang berdiamater agak besar itu.
"Padahal sedikit lagi, aku bisa membawanya,"
"Nanase Riku, aku akan membawamu kembali dengan segala cara,"
Dan ditengah kolam yang membeku seseorang berbaring lurus dengan kedua mata tertutup seakan dia sedang tidur lelap dengan kedua tangan berada di atas perutnya. Raut wajahnya benar-benar tenang.
.....
Tetapi itu adalah orang yang sudah tertidur lelap selama puluhan tahun.
Pemuda yang seperti cerminan dari seseorang.
"Akan kubawa adikmu kembali, Tenn,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Treasure
Fanfic"keberadaan mu yang tidak dipercayai membuatku ragu, tapi ingatanku nyata! Akan kucari dirimu sampai ke ujung lautan ini," "Apakah dirimu mengingatku? Ataukah hanya menganggap pertemuan kita mimpi? Sayang sekali kamu tidak ingat, aku meninggalkan se...