Buku 1: Bahtera yang Mengarungi Samudera
Setelah berlayar di lautan selama kurang lebih 3 minggu, mereka kembali berlabuh ke dermaga untuk menjemput lagi salah seorang anggota yang mereka tinggalkan disana.
Selain itu juga mereka harus mengecek kembali kerusakan kapal dari pelayaran sebelumnya, membuat mereka akan menetap lebih lama selagi menunggu perbaikan.
"Berapa lama kita akan tinggal?" Haruka bertanya pada Sougo sambil membereskan barang-barang nya yang sekiranya diperlukan.
"Uhmm, 3-4 bulan? Aku sendiri masih tidak yakin, tapi kita masih memiliki banyak waktu, lagipula kota ini lebih bagus dari sebelumnya karena cukup dekat dengan istana disana," lelaki yang lebih tua membantu untuk membereskan.
Haruka melirik kekanan dan kekiri, dia membuka mulutnya dengan ragu-ragu,"umn, bolehkah aku berjalan-jalan disekitar kota?"
"Tentu saja, tapi jangan pergi sendirian ya, setidaknya bawa Tamaki-kun bersamamu,"
Raut wajahnya berubah senang.
Setelah memastikan semuanya beres mereka turun dari kapal, mencari tempat yang dimaksudkan olehnya.
Memakan waktu cukup lama untuk menemukan itu walaupun tidak terlalu jauh dari sana karena mereka baru datang dua kali ke kota itu.
Karena itu juga Iori meminta Riku menunggu di kapal sampai dijemput kembali olehnya, pemuda itu tidak mengatakan banyak tentang apa yang menjadi masalahnya disini.
Hanya menjelaskan kalau dia tidak ingin berkeliling atau dia bisa ditemukan.Riku duduk diatas kasurnya, menekuk lutut sambil memegangi liontin dari kalungnya.
Bergumam tentang banyak hal, sesekali dia melihat sekitarnya mendengarkan suara-suara dari luar, memastikan tidak ada langkah kaki atau orang lain selain dirinya.
Dia menghela napas panjang, melepaskan kalung dari lehernya, dipandangi liontin dengan batu tourmaline.
"Aku ingin pulang, tapi aku tidak bolej pulang,"
Dipeluknya kalung itu didepan dadanya sambil terisak pelan.
"Aku merindukanmu, tolong izinkan aku pulang!
Disini menakutkan!
Aku tidak bisa tahan dengan semua manusia ini!
Mereka... Mereka mengerikan!"
Iori menghentikan gerakannya yang hampir mengetuk pintu kamar Riku setelah mendengar isakannya.
Dia memutuskan untuk menunggu sebentar sampai Riku berhenti menangis.
"Aku benar tentang dia yang ternyata adalah siren ya," gumamnya sambil meraba daun pintu yang terasa dingin.
Dari bawah sela-sela celah dapat terlihat lantai dan sisi lain pintu yang membeku.
Iori tersenyum tipis.
"Kamu pembohong yang buruk,"
Tanpa mengetuk pintu dia langsung masuk kedalam, mendapati Riku yang panik karena dia belum menyembunyikan dirinya.
"Iori?!"
Melihat lelaki itu yang melangkah maju membuatnya semakin gelagapan.
"A-aku bisa jelaskan! I-ini- aku tidak bermaksud untuk-"
"Kekuatanmu menarik, apa kamu tidak bisa mengendalikannya?"
Pertanyaan itu membuat Riku terdiam, dia memalingkan wajahnya.
"Uhhh.... Kamu sudah tahu?"
Iori duduk di pinggir kasur, memandangi Riku yang semakin memojokkan dirinya.
"Aku tahu sejak kau bernyanyi, tidak ada manusia yang bisa bernyanyi seperti itu,"
Tangannya bergerak menarik salah satu kali pemuda beriris cerah itu, mengusapnya perlahan dari atas sampai bawah, membuat Riku merinding.
"Bisa tunjukkan padaku?"
"Ehh?!" Dia tidak mengerti apa yang dimaksud.
Iori menaikan satu kakinya lalu menopang tangannya disana.
"tunjukan ekormu padaku,"
......
Hmn~
Spoiler untuk buku 2Tapi masih agak lama
KAMU SEDANG MEMBACA
Treasure
Fanfiction"keberadaan mu yang tidak dipercayai membuatku ragu, tapi ingatanku nyata! Akan kucari dirimu sampai ke ujung lautan ini," "Apakah dirimu mengingatku? Ataukah hanya menganggap pertemuan kita mimpi? Sayang sekali kamu tidak ingat, aku meninggalkan se...