5. Sebelah Tangan

509 50 5
                                    

Resya Pov

Ada yang ga beres, sejak kejadian Minggu lalu di taman, aku sedikit menghindar dari Wilona, aku harus meyakinkan diriku, tidak mungkin kan aku menyukai Wilona, ga mungkin. Aku memang mengabaikan detak jantungku yang  ga pernah santai kalau dekat dengan Wilona, kangen yang selalu aku pikir hanya untuk teman, tapi aku sadar rasa ini ga aku rasakan pada Gea atau teman wanitaku yang lain .

" Kenapa sih lau?ngelamun aja!"
Tanya Gea lalu duduk di kursi depan mejaku. Saat ini kami berada di sebuah kafe dekat dengan kantor kami.

"Gapapa"

"Ck jawaban cewek kalo gapapa pasti ada apa-apanya"

"Gapapa benaran"ucap Resya

"Gue kenal lu dari pertama kali lu mensturasi nyet, jangan  coba-coba boongin gue"

Aku meringis, "Gue ga tau harus bilang ke lo apa engga"

"Lu berantem sama Wilona? Dia nanyain lu terus, katanya chat jarang dibales"

"Jangan-jangan lu begini ada hubungannya sama Wilona?"

Aku menghela nafas, lalu mengangguk pelan. "Ada yang salah sama diri gue"

"Ga usah sok putisi, langsung keintinya!" geram Gea,

"Gue… guee"

"LO HAMIL?"
Pletak
"Duh" Ringis Gea
Kena lah Gea jitakan maut Resya " serius gue ini" ucap Resya

“wkwk abis lama banget ngomong doang, cepet ngomong!!"

"Guee… jam lo baru ya?" ucapku mencoba mengalihkan pembicarannya namun tidak berhasil, Gea sudah menatapku dengan tatapan membunuh. Tidak ada cara lain selain berbicara jujur padanya.

"Gue pikir, gue ngerasain apa yang gue rasain dulu ke Axel tapi ke Wilona" ucapku pelan. Sepertinya Gea sedang menelaah perkataanku.

"Si Setan, tinggal bilang lo suka sama Wilona aja ribet banget kata-kata lo!" ucapnya agak keras

"Bisa lebih kenceng lagi gak suara lo?" ucapku
menyindirnya. Dia memamerkan giginya.

"Gue juga suka sama Wilona Sya, bukan cuma lo doang, dia udah kaya adek buat gue" ucap Gea dengan menyebut namaku, berarti dia sudah dalam mode serius, tapi sepertinya belum mengerti maksudku

"Bukan adek,sodara, sepupu, tetangga.. bukaaann........ ellahh bego !!!" elakku

"Lu ngerti ga gue bilang tadi, kaya gue ke Axel??"ucapku lagi

"Ya sam--- APAAA?" Pekik Gea. Aku menutup wajahku dengan list menu kafe ini, beberapa pembeli sudah menatap kearah kami karna teriakan cempreng si Gea ini.

"Gue ga masalah lo mao jijik sama gue, gue gapapa. Tapi bisa ga jangan jauhin gue, pura-pura jadi temen gue terus walaupun lu bencijijik sama gue, gue gapap—"

"Stop!!" ucap Gea memotong perkataanku yang belum selesai

"Lu ngomong apasih? Lo tu udah bukan sahabat gue lo—"

"Tu kan lo udah ga ngakuin gue"ucapku memotong ucapanya sebelum semakin menyakitkan

"Diem dulu bisa ga Sya sampe gue selesai ngomong?!!"ucapnya. Aku mengangguk.

"Lo udah bukan cuma sahabat buat gue, tapi saudara, adek,kakak, hanya karna lo suka sama Wilona lu pikir gue bakal ninggalin lo? jangan bego, gue ga sepicik itu, apapun yang terjadi sama lo, gw tetep ada di samping lo, ngerti?! Jadi jangan mikir yang engga-engga!" Ucap Gea, tak terasa airmataku menetes deras, ia  memelukku, ku ucapkan terimakasih berkali-kali padanya.

Realita PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang