18. Kertas Persegi Pelakunya

329 33 0
                                    

..

"Papih yang apa-apaan ? Bisa kan ngomong sama aku dulu ? Minta pendapat aku dulu? Dijodohin ? Sama Adra? Astaga ini tahun berapa si pih !?"
Baru saja tiba dirumahnya, ia menuju ruangan kerja ayahnya, ayahnya memarahinya atas sikapnya yang tak sopan. Namun, emosi Resya tak tertahankan.

"Kamu bisa coba dulu kak,  kamu juga ga pernah ngenalin pasangan kamu ke papih, jadi papih pikir apa salahnya? Adra anak baik, tanggung jawab, apa salahnya di coba ?"

"Aku punya pacar pih, aku serius sama dia"
Jawab Resya menatap ayahnya dengan sedikit bergetar di bibirnya

"Oh ya ? Kalau gitu kenalin papih sama pilihan kamu itu, sekarang, atau besok gimana ?"

" Ga bisa pih" jawab Resya memberi jeda mencoba berpikir apa yang harus ia katanya pada ayahnya saat ini .

"Kenapa? Karna ini?!!!"
Papihnya mengambil kertas-kertas persegi empat dan melempar tepat di depan meja sofa yang Resya duduki.
Resya tak bisa menutupi keterkejutannya kakinya lemas seketika, tangannya gemetar. Ya, semua foto-foto kebersamaan Resya dan Wilona, yang tak bisa diartikan sebagai seorang teman atau sahabat.

"Kamu tau kan papih selalu percaya sama kamu, tapi ini keterlaluan kak!!"

Resya tidak menjawab, ia menuduk tidak berani menatap ayahnya, ia menjatuhkan tubuhnya berlutut di kaki papihnya, dan mulai terisak melafalkan kata maaf berkali-kali. Papihnya ikut berlutut dengan mata berkaca-kaca memeluk anak yang selama ini menjadi kebanggaanya.

"Kak, papih yakin ini cuma masa kamu mencari jati diri kamu"  Resya melepaskan pelukan papinya, menatap mata papihnya yang sudah mulai meneteskan air mata

"Ma-af pih, kakak mencintai Wilona"

"Ga mungkin kak, kamu tau kan kamu salah?" Donni memegang pundak anaknya, menatap mata anaknya

"Coba jalanin sama Adra, papih yakin perasaan kamu sama Wilona bisa hilang, itu hanya sementara kak"

Resya hanya menangis dan menggelengkan kepalanya.

PLAKK!!!

Suara tamparan seorang ayah kepada anaknya bergema di ruangan kerjanya. Hening, mereka sibuk dengan pikiran mereka masing-masing, hingga ucapan ayahnya mampu menambah sesak didada nya lagi.

"Kemasin barang-barang kamu, besok pagi kamu berangkat kerumah tante Tari penerbangan pagi!"

"Tap-"

"Silahkan pilih, kerumah tantemu atau menikah dengan Adra bulan ini!!"

Belum sempat menjawab kata-kata Donni , Donni berlalu meninggalkannya sendirian diruangan yang sekarang terasa dingin , bukan karna ac yang terlalu dingin namun karna hatinya yang hancur berkeping-keping.

Entah harus bagaimana, ia hanya mampu tertunduk , memegang dada kirinya yang terasa perih. Entah harus berkata apa pada kekasihnya, ia tak akan pernah sanggup mematahkan perasaan kekasihnya.

FLASHBACK ON
"Will!!” panggilku saat melihatnya berjalan dengan beberapa temannya di fakultasnya. Tidak bisa disembunyikan keterkejutannya, aku memang tidak mengabarinya sama sekali dari pagi,  Ia menghampiriku temannya sudah berpamitan padanya.

"Kam—"

"I love you" ucapku memotong ucapannya, memberinya tiket nonton bioskop. Ia mulai tersenyum,

"Kamu kes-"

"I love you sayang!" lagi-lagi aku memotong perkataanya, ia sudah terkekeh lalu mengambil tiket bioskop dari tanganku.

Realita PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang