11. Quality Time

440 40 0
                                    

Di sore hari, aku sudah berada diparkiran kampusku dulu dan itu berarti kampus Wilona sekarang, aku berencana memberikan kejutan untuknya, sedari pagi aku sengaja mengabaikan pesan, telponnya, sekali-kali mengejainya pasti seru, pikirku.

Aku telah siap dengan setangkai bunga dan coklat di kursi belakang mobilku.  Sungguh, aku tak sabar untuk melihat ekspresinya, ku lirik jam ditanganku, tepat jam 4 sore, seharusnya ia sudah berada di parkiran, sebelumnya aku telah meminta mang Udin supir keluarganya untuk pulang terlebih dahulu.

"Ah itu dia" kulihat ia melirik sana dan sini mungkin mencari mang udin.

Saatnya aku keluar, tapi sebentar,  seorang lelaki tinggi dan ku akui tampan mendekati Wilona, menatap Wilona dengan matanya berbinar, aku tidak suka, kenapa Wilona malah asik bercanda dengannya.

Aku harus menghampiri mereka, ku buka dan ku tutup pintu mobilku dengan keras, Wilona menoleh kesumber suara dan terkejut melihat ku melangkah menujunya.

Ia berbicara dengan lelaki itu, dan berjalan kearahku memelukku erat, hatiku menghangat. Sepertinya aku terlalu emosi, nyatanya ia masih mementingkan ku.

"Dia itu temen salah 1 sks yang aku ambil, aku tau dia ngedektin aku, tapi aku dah bilang aku udah punya seseorang" Jelasnya begitu masuk mobilku, mungkin ia sadar dengan perubahan sikapku. Ia memelukku, menaruh caruk wajahnya pada leherku,

"Aku kangen banget, kenapa si ga bales semua pesan aku, telpon aku, aku khwatir" rancaunya dengan masih memelukku, aku meregangkan pelukannya, menatap wajahnya yang sekarang sendu.

"Niatnya tadi mau kasih kejutan, aku ada sesuatu buat kamu"
Aku mengambil bunga dan coklat dari kursi belakang, dan memberikan padanya. Ia tersenyum lebar,  "terimakasih sayang" ucapnya setelah mengecup pipiku








"Jadi tadi itu ceritanya cemburu? jangan ngelak, muka kamu ga bisa bohong!" ledeknya , saat ini kami mampir kesebuah restoran yang menyajikan makanan korea, ia sibuk dengan toppoki dan ramennya.

"Aku lagi ga percaya diri aja" sahutku, memakan suapaan topokki yang ia berikan padaku, beberapa pengujung menatap kami dengan pandangan sulit aku artikan.

" Apa?" tanyaku, saat ini ia terus memandangku dengan wajah jailnya.

"Aku seneng dicemburuin" ucapnya, aku memutar mataku malas, ia tertawa, sepertinya hari ini ia mudah sekali tertawa, Kami kembali menikmati hidangan yang sudah ia pesan, dan semuanya pedas, dari mulai topoki, samyang, dan odeng serta ayam.

"Aarrrgh pedes banget ini, gila mau bunuh gue kali ni chef" gerutuku, ia tekekeh, mendekatkan tissue pada sudut bibirku, " Kaya anak kecil" katanya,  beruntung aku dan dia duduk di tempat yang jauh dari keramaian,

"Pedes banget aku ga kuat ah"

"Ya udah jangan dipaksa, minum ni!" ia memberikan es teh manis, dan susu . Padahal tadi yang minta level 5 itu aku, tapi aku yang nyerah.

"Udah deh sayang nanti kamu sakit perut"ucapnya padaku  saat aku masih ingin mencoba toppoki itu lagi, ia tersenyum lalu mengelap bibirku dengan tissue lalu menertawakan bibirku yang merah kepedasan, "Kaya badut" katanya. Aku jadi ikutan tersenyum.

"Ce elah, males banget gue d suruh kesini kalo cuma jadi nyamuk"

iya itu Gea, aku meminta Gea untuk menyusul ke sini, dan dengan enaknnya dia duduk di samping kekasihku, mulai memakan hidangan dimeja yang masih banyak ini.

" Pindah sini duduknya!" pintaku pada Gea, dia menatapku menyipitkan matanya,

"Dih najis cemburuan"

"Bodo amat" ujarku sambil bertukaran posisi dengannya.

"Jadi nonton?" tanya Gea dengan mulut penuh makanan,

Belum sempat aku menjawab, “Ahh pedes anjiirr!" keluhnya, aku dan dia menertawakannya.  Level pedas Gea memang jauh dibawahku.

“Makanya nanya dulu, maen makan aja”

Kupesankan minuman untuknya, ia langsung menengak habis minuman tersebut. 

"Ga bilang-bilang mau nonton" protes Wilona padaku,

"Emang kamu ada janji abis ini?" ucapku dengan nada curiga.

"Ya engga sayang, tau gitu aku bawa baju ganti biar ga keliatan mahasiwa banget" jelasnya, memang saat ini ia seperti anak SMA bukan mahasiswa menurutku, dengan kaos putih ia masukan ke dalam selana skiny jeans birunya, dan tak lupa ransel kecil dipunggungnya.

" Cantik ah lucu" sahut ku

" Iya lucu pas lah kaya tante sama ponakan" celetuk Gea puas dengan tawanya.

Aku tersadar benar juga apa kata Gea, aku dengan setelan kantor dan Wilona dengan setelan imutnya. Astaga , aku yakin orang lain juga berpikir aku tantenya Wilona.
Aku melepas blazerku dengan cepat.

" Kok lu dah ganti baju Be ?" Tanya ku pada Gea

" Ya serah gua lah" jawab Gea yang akhirnya ku lempari mukanya dengan sedotan di depanku.

" Gua ga ikut nonton ah, gua ada janji" sahut Gea

" Lahh so so an lu, udh ikut aja si!"

" Gua ga mau jadi nyamuk ya"

" Gua butuh nyamuk biar ga bablas" jawabku asal, yang di hadiahi cubitan di perutku oleh Wilona

Gea terkekeh, lalu beranjak pamit. Niatku mengajak Gea karna dari kemarin di kantin aku selalu mendapatinya melamum, aku dan Gea tak pernah mencampuri privasi masing², aku tau di saat ia siap dia akan cerita, begitupun aku. Kami sama-sama butuh ruang untuk merenung sendiri, walaupun pada akhirnya tak pernah ada sedikitpun rahasia di antara kami.

" Hey kenapa? Kok ngeliatin kak Geanya begitu"

" Hehe gapapa"
Wilona menatapku tak percaya
"Aku tau dia lagi ga baik-baik aja maka nya aku ajak dia ke sini"

" Ya udah jangan di kasih pergi dong"

" Dia butuh ruang sayang, nanti kalau dia udah bisa cerita dia pasti nyari aku"
Wilona mengangguk,

" Ya udah yuk nonton bareng tante" ucapku, kami tertawa hingga pengunjung cafe menatap ke arah kami








Aku sudah bersih-bersih menggunakan kamar mandi di kamar tamu rumah ku, sedang Wilona menggunakan kamar mandi kamarku. Berhubung besok weekend, dan Wilona sedang libur kuliah, aku memintanya menginap dirumahku.

Aku bersandar pada dinding ranjang sambil memainkan handhponeku, membalas pesan dari teman-teman kampus ku dulu yang merencanakan reuni, dari mamih yang bilang harus menginap dirumah tanteku, dan dari Rasya yang mengirimi kado yang ia inginkan untuk ulang tahunnya nanti, aku terkekeh hingga tak sadar Wilona telah duduk di sampingku.

"Siapa siih yang bikin ketawa gitu?" tanyanya,memasukan tangannya disela tanganku mengapitnya tak lupa kepalanya ia sandarkan pada sisikiri bahuku. Aku menoleh, sekilas mengecup pucuk kepalanya.

"Ini Rasya , minta kado padahal ulang tahunnya masih 1 bulan lagi, mahal banget lagi, aku kasih KW ga mau, kalo kasih KW katanya ga mau d anggap kakak lagi sama dia” jelasku, Wilona ikut terkekeh.

" Jangan pelit udah jadi direktur juga"

" Biarin biar cepet kaya"

"Dihh"

"Dah dih dah dih, sini" Aku merangkul Wilona, menatap matanya , begitupun Wilona,
mengecup keningnya, ia menutup mata, ku kecup kedua matanya, pipinya, hidungnya, lalu bibirnya.

“I love you Sya!” lirihnya disela pagutan kami

“I love you much more"

Realita PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang