20. Back to home

251 31 0
                                    

Memandang jendela yang diluarnya penuh dengan awan, Resya dengan earphonenya tak lupa dengan playlist lagunya yang sendu.

Hatinya tak karuan, ia tidak tau harus bersikap seperti apa dengan orang tuanya, 3th terakhir hubungan mereka tidak sedekat dahulu, terutama dengan papihnya, walaupun sejak Resya tinggal dirumah tantenya Resya dan keluarganya tak sekalipun membahas masalahnya, Resya sibuk melakukan apapun yang bisa membuatnya melupakan kekasihnya walaupun sia sia,  dia menjadi manusia yang tidak menyukai ponsel genggamnya, karna saat ia memegang ponselnya ia akan kembali mencari tahu apapun tentang pujaan hatinya, ia akan berkutat dengan ponselnya hingga belum lama ini ia menemukan sesuatu yang menyesakan hatinya, gambar 2 orang yang tidak terlalu jelas berdiri berdampingan 1 orang itu sudah jelas Wilona, ia hapal sekali dengan postur kekasihnya itu, dan 1 orang lagi tidak ia kenali, yang pasti seorang wanita. Itu adalah profil picture sosial media Wilona yang baru, ternyata ia memakai nama kecilnya, dan sialnya Resya menemukannya.

Wilona sepertinya sangat membencinya, terbukti semua akses menujunya pun tidak diberikan sedikitpun, semua kontak, bahkan sosial medianya semua ia ganti, bukan salah Wilona, Resya paham sekali ini kesalahanya, dan ia pantas mendapatkan perlakuan Wilona ini.

Resya memenjamkan matanya dan lagi lagi mengingat profil picture itu, ia cepat cepat membuka matanya, selalu seperti itu ia tak pernah bisa tidur jika mengingat foto itu, bahkan terbangun di tengah malam adalah kebiasaanya dan ia akan berkata pada dirinya sendiri " ngapain si lu bangun jam segini?"  saat ia lihat jam di ponselnya menunjukan jam 3 malam, matanya lelah ingin beristirahat, namun tidak dengan jantungnya, jantungnya terus berdegup kencang , cemas tak tenang , ia terlalu takut mendengar kenyataan tentang orang disamping Wilona dalam fotonya itu.

Salah satu yang bisa membuatnya tenang adalah mendengarkan musikalisasi puisi, seperti sekarang walaupun lagi lagi air mata itu menetes  setidaknya ia bisa lebih tenang, tak terasa akhirnya pesawat yang ia tumpangin segera mendarat, ia bersiap  menarik nafasnya, dan mengatur kembali wajahnya, Resya si ceria itulah topengnya saat ini. Sekilas ia mengingat pertemuan pertamanya dengan Wilona , namun ia menggelengkan kepalanya.
"Tarik nafas, senyum" begitulah ucapnya pada dirinya sendiri.

Resya sibuk menarik kopernya, sambil menyalakan ponselnya. Tak lama pun ponselnya berdering, siapa lagi kalau bukan adiknya, Rasya.

" Kakak dimana??"

" Ini baru selesai ambil koper, jalan kedepan"

"Oke"

Tut tut tut
"Ga sopan bocah"  gumam Resya.

Resya pun berjalan keluar, melihat beberapa orang sibuk membawa spanduk nama orang yang mereka jemput, hingga..

"Astaga, malu malu in!!"
kaget Resya lalumenutup mulutnya sendiri,

"RESYA COME TO MOMMY"

Itulah tulisan spanduk penjemputnya, Resya mendatangi orang orang yang menjemputnya, dengan wajah yang ia tutupi dengan pasportnya,  entah wajahnya harus ditaruh dimana.

" Turunin gak! Lipeeeet, emang ga ada kata-kata lain? Astagaaa Rasya!!!" Protesnya pada adiknya dan Gea sang sahabat sejatinya, namun yang di marahi malah tersenyum dan hampir meneteskan air matanya, Rasya dan Gea memeluk Resya dengan erat.

"Miss you guys"
Ucap Resya memeluk erat sahabat dan adiknya,

" Ga usah sok inggris!" Protes Gea, mereka terkekeh lalu, setelah dirasa cukup merekapu. melepas pelukannya menyadari sosok yang ia rindukan menatapnya sedari tadi, Resya menuju ibunya yang sedari tadi menatapnya,

" Aku pulang mi, maafin aku ya?"
Ucap Resya dengan air mata yang sudah tidak bisa ia bendung lagi begitupun ibunya, yang memeluk anaknya dengan erat.

"Kamu ga salah sayang, anak mamih ga salah" ucap ibunya , mengecup pipi anaknya dengan sayang, mereka berpelukan ditambah dengan Gea dan Rasya yang ikut-ikutan.

"Hey jadi tontonan orang tu" suara ini , suara yang selalu Resya hindari karna rasa bersalahnya dan kecewanya bahkan tak jarang Resya menghindari saat panggilan tatap muka saat ia berada di rumah tantenya. Ia merasa sangat bersalah dengan sosok di depannya ini dan terlihat rambut yang mulai menumbuhkan warna lain selain hitam,

"Papih, maafin aku ya?" Ucap Resya dengan menahan isaknya

"Jagoan papih" ucap Donni, memeluk anaknya erat, lalu mengecup keningnya berkali-kali.  Lalu ia melepaskan pelukannya untuk melihat putrinya dari bawah hingga atas.

"Kak, jelek banget kekurusan ini" protes papihnya , Resya tidak bisa berkata apa apa , ia sibuk menahan tangisnya yang sudah sesegukan

" Cup cup, udah yah, papih juga minta maaf, udah malu tu, kita pulang ya" ucap Donni menenangkan Resya dipelukannya..

"Tau kak, udah kurus cengeng, jelek banget dah"

" Berisik jojon" balas Resya

"Hahaha"mereka tertawa kecuali Rasya, pasalnya Rasya  menepati janjinya untuk menyisakan kumisnya kotak antara hidung dan bibirnya.

Resya Pov

Entah keputusanku untuk kembali ini salah atau tidak, namun melihat keluargaku yang senang melihatku kembali, aku pikir ini bukan pilihan yang salah.

Walaupun aku dan papih sudah berbicara seperti dulu, namun ternyata masih terasa ada sesuatu yang membuat kami tidak sebebas dulu, aku tau papih pasti ingin membahas hal itu. Keputusanku untuk kembalipun tak luput dari ucapan  tante Tari waktu itu, 1 bulan sebelum aku memutuskan untuk kembali ke jakarta.

"Percaya sama tante, papihmu ga akan maksain kehendaknya, tante jamin"

Entah apa yang tante Tari ucapkan pada papih, dia bilang akan memberitahunya saat waktu nya tepat.

"Kak makan yuk" suara dari balik pintu kamarnya menyadarkannya..siapa lagi kalau bukan adik satu-satunya . Karena si Gea sudah ijin pulang katanya diminta antar ke mall oleh ibunya.

"Cukur kumis sana Jon"

"Seriusan udah boleh di cukur ?"

"Iya bawel, cowok kok berisik"
Protes Resya

" Kak, besok ke dufan yuk?"

"Ogah panas"

"Ayolah kak, kita ajak kak Gea juga"
Resya tidak menjawab, ia melangkahkan kakinya keluar kamarnya dan sang adik terus mengekori dibelakangan dengan bujuk rayunya.

"Eh eh ngapain si kamu ganggu kakakmu terus?"
Tegur mami saat melihat anak bontotnya terus saja berjalan sambil merengek padaku.

Aku duduk di meja makan, dan mengambil lauk pauk pada nasinya yang telah lebih duluku taruh pada piring.

"Si kakak di ajak ke dufan ga mau mih" adu Rasya sambil mengambil lauk pauk pada piringnya jg.
Papihnya yang mendengarpun sedikit terkekeh.

"De, kamu tu udah mau wisuda, badan gede, otot gede, kenapa kalo ada kakak mu jadi seperti anak 5 tahun?" Ledek papihnya

"Aku juga bingung pih, kamu ga lembek kan di kampus de?" Kali ini aku yang bertanya pada si bontot

" aku cuma lagi memerankan peran adik dengan baik" ucap Rasya dengan nada sok dewasanya.

"Emang dasar manja aja"
Ledek mami, kami pun tertawa bersama.

Resya pov end

Di balik tawa ada seseorang yang menatap anak perempuannya dengan mata berkaca-kaca, dalam hati ia berkata
"Maafin papi"











Realita PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang