25. Semoga Bahagia

91 9 14
                                    

Resya Pov
Sepertinya kamu sudah terlalu jauh untuk aku gapai, aku selalu menanti kemungkinan- kemungkinan kita bertemu, walaupun tidak menutup kemungkinan itu akan menjadi hari yang lagi-lagi sakit untukku, karena mungkin saja kita bertemu saat kamu menghabiskan waktu bersamanya .

Lelah, aku lelah mengikuti maunya hatiku yang selalu menginginkan kamu, logika ku berkata "lupakan kamu, buka hati biarkan hati lain mengisi hatiku"

Sedang si keras kepalanya hatiku berkata

" Dia akan kembali, tunggulah sedikit lagi"

Tak jarang aku bergelut dengan hatiku,

" Sedikit lagi kamu itu tak pernah pasti! Lihatlah ini sudah bulan ke 10, sudah 4 bulan berlalu dari janjinya , masih mau bilang sedikit lagi ?"

Tapi lagi lagi, aku kalah dengan si hati ini, aku lagi lagi mengikuti hati kecilku yang keras kepala ini dari pada logikaku sendiri.

Dasar aku. Si paling keras kepala jika menyangkut pujaan hatinya.

"Selamat pagi buk"

Sapaan Pak Aji security kantor membuyarkan lamunan ku yang sudah kubilang berkali-kali tidak perlu memanggil ibu, lelah memberitahunya jadi kubiarkan saja.

" Pagi pak" Sahutku

Kembali ke kantor adalah pilihan yang tepat,

Kulangkahkan kaki menuju ruanganku dengan terus menjawab sapaan karyawan tak lupa dengan senyum terbaikku. Pencitraan kalo kata Gea.

Hingga tiba diruanganku , aku menarik nafas melihat tumpukan berkas dimeja ku, sebenarnya ini sudah lebih berkurang daripada sebelumnya, terhitung sudah 2 minggu aku kembali mengisi kursi papi.

" papi kayanya sengaja selama ini numpukin kerjaan ya ?"

" Biar kamu ga makan gaji buta"

"Ya terus selama ini papi bukan makan gaji buta?"

"Ya suka suka papi, perusahaan punya papi"

Jawabnya dengan wajah sombongnya yang membuatku menggelengkan kepala tidak percaya, dan kemudian dia tertawa terbahak.

Tok tok

"Masuk"

"Sya"

" ia Dra?"

Jawabku yang hapal dengan suara ini, Adra. tanpa mengalihkan pandanganku dari para berkas yang sedang kukerjakan ini.

" Ini Sya"

Tiba tiba saja sepucuk bunga mawar putih berada di atas berkas yang kukerjakan ini. Aku segera mengangkat kepalaku menatapnya.

" Ucapan selamat datang" jelasnya nada canggungnya

Aku tak tau harus merespon seperti apa,

" Only welcome gift-"

Akhirnya aku mencerna kondisi ini, sengaja kupotong ucapannya.

" Kenapa ga ketoprak gitu Dra? Bisa di makan, ini mah di pajang doang" ucapku mencoba mencarikan suasana yang mulai canggung ini. Namun tanpa ku sangka jawaban Adra membuatku menyesal telah mencoba mencairkan suasana yang menurutku canggung ini

" ini aja aku metik di kebun kantor yang di samping gedung"

Ucap Adra dengan santainya,

Aku menatap dia tidak percaya, kulemparkan pulpen yang berada di tanganku kepadanya.

" wah...kam-"

" Jangan bilang kamu kege.er an ya?" potong Adra , lalu terkekeh.

Memang, hubungan kami menjadi seakrab ini, Adra tidak pernah mengungkit tentang masa lalu katanya "Kayanya dulu memang terlalu cepat"





Realita PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang