17. Resya si dewasa

306 29 0
                                    

Resya yang masih menalar semua ini, rasa kesal melihat kekasihnya dikecup lelaki itu masih belum hilang, di tambah lagi Wilona mengapit lengan lelaki itu, Resya menjauh dari mereka, samar-samar Resya mendengar bahwa itu teman dekat Wilona dulu, sedekat apa hingga Wilona tidak lagi peduli dengan keberadaannya pikir Resya. Terlalu cepat keadaan berbalik, Resya masih mencoba mengerti situasi ini.

"Wilona ga pernah cerita?" tanya Gea yang sudah berada di samping Resya yang terlihat pucat. Resya menggeleng.

"Kak.. pulang yuk?" Rasya yang tau keadaan kakaknya pun mencoba mengalihkan pandangan Resya, Resya mengangguk.

Resya berjalan terlebih dahulu menuju mobilnya tanpa berniat ikut keluarganya serta Gea berpamitan dengan  pemilik acara.

"Doi nanyain elu tadi, kaya bocah dih maen ngambek aja" sindir Gea setelah sesaat dia berada di dalam mobil, beruntung mereka hanya berdua di mobil itu, adik serta orang tuanya memang berangkat dengan mobil berbeda.

Resya hanya diam, tak berniat menanggapi perkataan Gea.

Semenjak hari itu, Resya masih mendiamkan Wilona , sebenarnya bukan karna hal itu saja,  namun pekerjaanya menyita waktunya bahkan di hari libur pun ia harus mendampingi papihnya untuk bertemu koleganya, walaupun sekedar bermain golf. Ia sudah memaafkan Wilona  setelah penjelasan melalui pesan yang kekasihnya kirim panjang kali lebar saat malam itu juga. Dan Resya pun memberikan ijin saat Wilona ingin pergi keluar dengan teman kecilnya itu. Tak apalah dipikirnya karna ada Nino juga yang ikut setidaknya mereka tidak pergi berdua saja,  lagi pula ia sedang tidak bisa menemani kekasihnya.

" Ini kita mau kemana si Dra ? Gea ga bilang saya masih ada jadwal loh" 

Ya , Gea sekarang di angkat menjadi personal asisten Resya, tentu karna permintaan Resya pada ayahnya, dan memaksa Gea.

" Saya juga ga ngerti bu, hanya di minta pergi bersama ibu di restoran yang sudah di pesan Bapak"

Resya hanya menghela nafasnya, rindu. Hanya itu saja yang ia rasakan, rasanya ingin ia berlari keluar dari mobil atau bahkan memecahkan kaca mobil dan lompat agar bisa menemui kekasihnya sekarang juga. Nyatanya ia hanya bisa mengikuti Adra duduk di kursi penumpang hingga tibalah mereka di sebuah restoran.

"Nah akhirnya kalian sampai juga" sambut ayahnya Resya dan lelaki paruh baya yang memeluk Adra. Ya, ternyata Ayah Resya sudah menunggunya bersama ayah Adra. Resya sedikit heran dengan kehadiran Ayah Adra, namun ia acuhnya lebih baik ia tidak mengulur waktu dengan menanya yang akan dijelaskan , hanya membuang waktu. Ia hanya ingin makan malam ini berakhir dan ia bisa menemui kekasihnya. Tebaknya mungkin ayahnya dan ayahnya Adra akan melalukan bisnis bersama.

" Berhubung kamu dan Adra sudah di sini" ucap Ayah Resya, setelah mereka menyantap makanan cuci mulutnya.

"Jadi, papih dan om sengaja mengundang kalian berdua, untuk membicarakan kelanjutan silahturahmi antar keluarga kita dan keluarga Adra"

" Maksud papih?"
Tanya Resya dengan perasaan yang mulai tak enak.

" Kami ingin, kamu dan Adra bisa berjodoh"

DEG !

Kuping Resya seketika rasanya berdengung. Ia mencoba menalar semua ini, menelaah perkataan ayahnya . Entah mengapa akhir-akhir ini ada saja yang membuat jantungnya terasa sakit.

Resya menatap Adra , namun aneh Adra tampak tenang dan bahkan tersenyum menatapnya.

"Pih, aku mau pulang, maaf om aku permisi"
Resya meninggalkan restoran dengan perasaan marah dan kesalnya. Kecewa atas ayahnya yang seenaknya mempunyai gagasan seperti itu tanpa memberitahunya terlebih dahulu.

Realita PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang