15. Ketiak

422 40 2
                                    

"Dia lagi dia lagi, jangan kamu pikir aku ga tau dia masih suka nemuin kamu!" Marahnya padaku setelah kami sampai pada kamarnya, setahun sudah kami bersama, semakin mengenal satu sama lain, dan mengerti akhir-akhir ini amarahnya mudah sekali meledak, dan salah satu faktornya ya itu skripsi, dan sekarang aku seperti anak kecil yang dimarahi oleh ibunya, duduk mendengarkan amarahnya,

"Kamu tau kan aku ga pernah suka sama dia?" tanyanya aku mengangguk,

"Dan kamu masih nemuin dia?" aku mengangguk lagi

"Kamu suka sama dia?"

"Kok kamu ngelantur?"protesku ,

"Duduk dulu yah, bisa kan? Ga enak sama keluarga kamu ini udah malem tar di sangka aku ngapain kamu"
Akhirnya ia menurutiku duduk diranjang namun menjaga jarak dariku, "Udah boleh aku jelasin?"

Ia hanya berdeham,
"Pertama, aku ga pernah ngajak dia ketemu"ucapku, ia berdecak

"Kedua, aku nemuin dia sama Gea ga pernah sendiri, yang tadi kamu lihat itu Gea lagi kekamar mandi sayang" ia masih diam,

"Ketiga, kalo sukanya sama dia, kenapa sekarang aku disini sama kamu?"

Ia menghela nafasnya,  aku mendekat, memeluknya.

"Aku ngerti kamu lagi capek, tapi bisa kan denger penjelasan aku dulu?" ucapku sambil mengelus pundaknya

Ia hanya menarik nafasnya, lalu memelukku. Sepertinya ia sadar hari ini ia terlalu berlebihan.

"Tunggu deh!" ucapku, lalu melepas pelukannya, ku tempelkan tanganku pada keningnnya,

"Kamu demam?" tanyaku

"Dari tadi si lemes, panas ya?" jawabnya
Aku tidak menjawab hanya menghela nafas pelan.

"Kan aku bilang, kalo lagi sering begadang minum vitamin, atau ga usah sampe begadang kamu tu ga bisa kurang tidur!" Kini giliranku memarahinnya, ia memelukku erat dan itu bentuk rasa penyesalannya, beberapa hari ini aku tau dia sering sekali begadang untuk mengerjakan skripsinya,

"Sekarang apa yang dirasa?" tanyaku, mengeluk pucuk kepalanya

"Hmm pu-sing"ucapnya ragu, tersirat takut dari ucapannya. Dia memang selalu begitu jika aku sudah terlihat marah.

"Sekarang istirahat, aku beliin bubur sama minta obat ke tante  !" ia tidak menjawab, hanya memandang laptop dan kertas yang berserakan dimejannya.

"Aku yang ketikin nanti, kamu udah bikin draf kan?"
Ia mengangguk, lalu memejamkan matanya. Melihatnya terlelap sebaiknya aku membeli bubur dan meminta obat pada ibunya, sesampainya ruang tamu, aku menjelaskan kondisi Wilona pada ibunya, lalu aku berpamitan untuk membeli bubur dan ibunya pun langsung menuju kamar anaknya untuk melihat keadaannya.

Hanya 30 menit aku sudah sampai dirumah Wilona lagi dengan 1kantung bubur di tanganku, aku melangkah langsung menuju kamar Wilona, sampai didepan kamar Wilona

CLEK

"Aku tadi minta kamu tidur loh, ga mau nurut sama aku?"
Lihatlah , ia telah duduk didepan laptopnya  dan sekarang dengan wajah yang dibuat memelas menatapku,

"Kayanya aku percuma disini, aku pulang aja. Buburnya dimakan ya" ucapku lalu berbalik kea rah pintu, namun baru 2 langkah aku merasakan pelukan diperutku.

"Jangan marah, aku ga bisa tidur, aku udah coba merem-meremin, beneran deh"
Aku hanya menghembuskan nafas pelan, menatapnya yang wajahnya berada dipundak kananku, ia mengecup pundakku beberapa kali. Oke aku kalah.

Akhirnya kuputuskan untuk menginap agar bisa memastikan ia tidak begadang lagi, aku sudah selesai mandi dan mengenakan baju pilihannya, hotpans biru dengan shirt oversize putih.
"Masih pusing ga ?" tanyaku merebahkan diri disampingnya, ia mengangguk.

Realita PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang