4. Hati Barbie

613 56 6
                                    


Keesokan  harinya, pagi ini Resya sudah mandi yang bersiap-siap berangkat kerumah sakit tempat kakeknya di rawat, saat ia ingin pintu rumahnya ia sudah dikagetkan dengan seorang wanita yang sepertinya ingin mengetuk pintunya,

"Ehh mau kemana?" tanya Wilona

"Tar dulu deh, lo ngapain lagi ke sini lagi?" tanya Resya menatap Wilona didepan pintu rumahnya

"Kan aku mao nemenin kamu di suruh mamih kamu selama dia di Jogja!"

" Ckk mamih!" gumamnya kesal

" Ya udah mao ikut ga? Gue mau kerumah sakit,
Eyang  udah dipindahin kerumah sakit Harapan Insan baru aja sampe, mau ikut ga? Kalo ga mau gue anter lo pulang dulu"

"Ga usah, aku ikut kamu aja!"

"Ya udah ayo!"

Sesampainya dirumah sakit,
"Eyaaaannnggg kenapa sih pake sakit segala" tangis Resya pecah saat melihat eyangnya terbaring dirumah sakit, di sana sudah ada mamih,papih serta Raysa, dan adik-adik dari papihnya,  terkekeh melihat Resya menangis seperti anak kecil, begitupun Wilona.

"Cih gaya doang sok cool, tomboy, kalo udah sama eyang kaya Barbie ga ada pantes-pantesnya kak, geli jadinya!" sindir Rasya,

" Gue denger loh Dek!" ucap Resya dengan suara paraunya

"Jagoan ojo nangis!  wong eyang da papa” ucap Eyangnya sambil mengelus kepala  cucunya itu

"Wis to, gak malu kamu sama yang lain? sama cah ayu itu?" ucapan Eyang menyadarkan Resya, ia lupa bahwa ada Wilona, ia langsung menghapus air matanya.

"Hmm aku cuma kelilipan kok eyang!"

"Klise" ujar Rasya
Seisi ruangan penuh gelak tawa setelah mendengar dan sindiran Rasya,

"Deket banget sama eyang ya?" tanya Wilona pada Resya, mereka saat ini sedang duduk ditaman rumah sakit

" Dulu waktu papih merintis perusahaannya, papih sering pergi keluar kota bahkan negri, mamih dan Raysa selalu ikut nemenin papih, gue tinggal sama eyang  dan eyang putri di Jogja, eyang dan eyang putri bukan hanya kakek dan nenek, tapi mereka  teman, sahabat, kakak, adik." Ucap Resya lalu ia terkekeh

"Adik?"tanya Wilona heran

“Iya, dulu eyang rela pura-pura jadi adik gue saat kita mainan rumah-rumahan”
Wilona mengagguk , lalu terkekeh.

"Terus, selama kamu kerja gini, jarang dong ketemu eyang?"

"Iya apa lagi semenjak eyang putri ninggalin kita dan eyang cuma sendiri di kampung,  tiap bulan gue selalu sempetin ngunjungin eyang, bahkan kadang jumat sore pulang kerja langsung meluncur ke jogja, minggu malem dah sampe Jakarta lagi"  Jelas Resya , Wilona mengangguk.

"Kenapa ga minta eyang pindah kejakarta aja ?"

"Itu udah sering gue bujuk, tapi ga bisa, dia bilang di Jogja banyak kenangan dia sama eyang putri" ucap Resya menghela nafasnya "Gue takut dia kenapa-kenapa"

"Eyang pasti baik-baik aja, tadi aja udah bisa ngeledek kamu kan"

Resya mengangguk lalu menatap Wilona
"makasih ya udah mau nemenin gue dari kemarin dan hari ini"
Wilona tersenyum lalu mengangguk, "hmm aku boleh minta sesuatu ga?" tanya Wilona, Resya memicingkan matanya curiga pada Wilona

"Tenang, bukan ya aneh-aneh kok"

"Oke, apa?" tanya Resya

"Biasain pake aku-kamu waktu bicara sama aku, bisa ga?"

"Kalo ga bi-"

"Iya gue coba" ucap Resya memotong ucapan Wilona, Wilona tersenyum begitupun Resya, mereka saling tatap hingga "Ekhm gu-ue maksudnya aku  mao liat eyang lagi sebelum pulang" ucap Resya berusaha menghilangkan kecanggungan dan berusaha bersikap biasa saja walaupun detak jantungnya tidak bisa di ajak kompromi.
Begitupun Wilona, hingga tak sadar Resya sudah berjalan meninggalkannya yang masih duduk di bangku taman.
"Aku ikutt" ucapnya sembari berlari kecil

Realita PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang