Afair

355 23 5
                                    

Happy reading semua

Maaf jika ada kesalahan kata, kalimat, dan tanda baca

Dan maaf dah lama gak update, kalau begitu Happy reading semua!

Dan semoga suka dengan ceritanya( ╹▽╹ )
--------------------------

Malam menjelma menjadi pagi, sang rembulanpun pergi karna sang mentari yang datang menggantikan posisinya.

Meski sudah pagi namun embun masih tetap menyelimuti begitupun dengan udara dingin yang di bawanya.

Memasukkan plastik berisi sepatunya ke dalam tas, dan pergi ke satu ruangan di sana terbaring wanita paruh baya berusia sekitar tiga puluhan ke atas hampir mengijak kepala empat.

Pemuda yang menjadi objek pembicaraan kita mendekat ke arah kasur lalu mencium telapak tangan sang wanita meminta izin pamit untuk menuntut ilmu.

"Bu berangkat ya.."ucapnya lembut lalu mengelus pelan telapak tangan sang ibundanya tersebut sebelum beranjak pergi.

Sebelum ucapan sang ibu menghentikan langkahnya di ambang pintu, ia pun berbalik menghadap sang ibu.

"Belajar yang pinter ya nak, katanya mau jadi Dokter?"wanita tersebut tersenyum lembut ke arah sang anak lalu menatap kembali ke arah langit-langit

"jangan sia-siakan kesempatan, kamu itu mau ngelakuin apapun yang penting bener ya di dukung.. makanya kamunya juga jangan sampe sia-siain usaha orang tua.

ibu lagi sakit tinggal bapakmu yang sibuk kerja banting tulang sana sini, kamu juga sebagai anak yang nurut, jangan sampe bikin malu orang tua."akhir pesan ibunya sebelum akhirnya kembali tidur guna mengistirahatkan tubuhnya.

Sang anak bernama Afair. Tersenyum getir, merasa ragu akan impiannya tersebut. Impian yang sudah sejak kecil ia dambakan dan idolakan, seolah tak ingin melepaskannya dengan mudah namun kini melihat kondisi keluarganya membuat ia berfikir ulang tentang cita-citanya tersebut.

"Berangkat dulu ya buk, permisi.."

Mengambil sandalnya yang berada di pintu belakang membawanya ke depan dan memakainya bersiap menuju ke sekolah.

"Huf.. kenapa semalem harus ujan sih, tapi kalo gak ujan juga sumur kering.. hah! Jadi serba salah"ia menggaruk kepala belakangnya, menatap jalanan yang becek karna hujan.

Melangkah menyusuri jalan satu-satunya menuju sekolah terdekat.

Ia bertemu beberapa bude yang biasanya berangkat ke ladang kini hanya diam di rumah, karna hujan tadi malam yang deras pasti tanah masih basah dan itu akan menyusahkan dan tidak bisa untuk di koret.

"Bude!"sapa Afair tersebut kepada seorang ibu rumah tangga yang sibuk menyiapkan anak-anaknya untuk bergegas ke sekolah.

"Ah! Baru berangkat dok?"tanya ibu itu tersenyum ramah.

"Iya bude"

"Yaudah hati-hati di jalan ya janan becek jadi suka licin"sang pemuda menganguk sembari membukuk kecil dan memberi senyuman menyatakan untuk pamit.

bergegas berjalan menuju sekolah akhirnya sampai juga ia di depan gerbang sekolah, membersihkan sendalnya yang sudah jeblok terkena banyak lumpur hingga menjadi berat jika di bawa jalan.

Berkeset di rerumputan yang ada di lapangan guna membersihkan tanah-tanah yang tersisa di sendalnya, memasuki perkarangan sekolah ia mencari tempat duduk.

"Asem, Bangkunya pada basah semua!"gerutunya menatap bangku di bawah pohon beringin yang basah itu dengan kesal.

Ujung-ujungnya ia baru mengganti alas kakinya dari sendal menjadi sepatu ketika sudah sampai di kelas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 15, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

happy memoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang